Share

3. Bargowi dan Anak Buahnya Mulai Memburu Ramandika

Salah seorang anak buah Bargowi yang pada saat itu tengah berada di beranda rumah tersebut, tampak kaget melihat kedatangan Ramandika.

"Siapa pemuda itu?" desis pria tersebut, sama sekali dia tidak mengenal tamu tak diundang itu.

Pria itu adalah Wikara yang kebetulan sedang bertugas menjaga perkebunan milik majikannya. Wikara sudah paham bahwa pemuda yang berdiri di hadapannya itu sedang dalam kondisi marah, sehingga dirinya lekas bangkit dan langsung menghampiri Ramandika.

"Siapa kau, Anak muda? Ada keperluan apa kau datang ke tempat ini ?" tanya Wikara bernada tinggi.

"Di mana pimpinanmu?" jawab Ramandika balas melontar pertanyaan. Suaranya terdengar keras menyulut amarah Wikara.

"Untuk apa kau mencari pemimpinku?"

"Jangan banyak tanya! Katakan saja, di mana Bargowi?" bentak Ramandika.

Entah apa yang merasuk dalam jiwa Ramandika? Pada saat itu sikapnya benar-benar berubah, ia tampak garang dan sangat berani sekali tandang ke markas orang-orang kepercayaan Kuwu Sangkan yang terkenal kasar dan kejam.

"Berani sekali kau membentakku, apakah kau sudah bosan hidup?" bentak Wikara. "Jangan mencari pemimpinku, hadapi saja aku!" sambungnya penuh amarah.

"Aku tidak ada urusan denganmu. Aku hanya ada urusan dengan pemimpinmu, Ki Sanak."

"Hahaha ... kau bilang tidak ada urusan denganku?" tanya Wikara bersikap angkuh, dua bola matanya menatap tajam wajah Ramandika sambil tersenyum sinis.

Tanpa banyak bicara lagi, Ramandika langsung maju dua langkah dan langsung menyerang Wikara dengan menggunakan tangan kosong. Namun naas baginya, karena Wikara bukanlah orang sembarangan.

Dengan gerakan yang sangat cepat, Wikara menangkap tangan Ramandika seraya menggerakkan kaki kanannya dengan lihai, menendang perut Ramandika. Tendangan keras tersebut, membuat Ramandika kesakitan. Lantas, jatuh bergelimpangan.

"Bangkitlah! Hadapi aku, Anak muda!" tantang Wikara.

"Kurang ajar!" bentak Ramandika.

Seiring demikian, datanglah beberapa orang pria yang tiada lain adalah orang-orang kepercayaan Kuwu Sangkan yang baru saja kembali dari kediaman sang kuwu.

Melihat Wikara tengah berhadapan dengan Ramandika, sontak mereka langsung menghampiri. Tanpa diperintah mereka langsung melakukan tindakan keji terhadap Ramandika.

"Habisi saja pemuda ini!" seru Wikara kepada kawan-kawannya yang baru tiba.

Demikianlah, mereka pun langsung menyerang Ramandika dengan menggunakan senjata tajam.

Seketika itu, Ramandika menjadi bulan-bulanan orang-orang tersebut. Ia sudah tidak mampu lagi melakukan perlawanan, wajahnya sudah penuh darah.

"Aku tidak bisa lagi melanjutkan pertarungan dengan mereka. Jika aku terus bertahan, maka aku akan mati di tempat ini," desis Ramandika sambil mencari celah untuk melarikan diri.

Sekuat tenaga, ia berusaha menahan gempuran orang-orang tersebut. Hingga pada akhirnya, Ramandika pun kembali jatuh. Tangan kirinya mengalami luka terkena sabetan golok.

"Hahaha ...!" Wikara tertawa lepas saat melihat Ramandika mengalami luka. "Bunuh saja dia!" serunya.

Dalam keadaan semakin terdesak, Ramandika pun memutuskan untuk menyelamatkan diri. Ia bangkit dan langsung berlari kencang menembus kegelapan malam.

"Kurang ajar, jangan lari kau!" teriak Wikara. "Kejar pemuda itu!" seru Wikara kepada kawan-kawannya.

Dengan demikian, orang-orang itu langsung berlarian. Mereka terus mengejar Ramandika hingga tiba di ujung desa tersebut.

"Ke mana larinya anak muda itu?" tanya salah seorang dari mereka.

"Entahlah, mungkin dia sudah memasuki hutan ini. Sebaiknya kita kembali, kita harus melaporkan kejadian ini kepada Ki Bargowi dan kepada Ki Kuwu," sahut Wikara.

"Apakah kau kenal dengan pemuda tersebut?"

"Aku tidak mengenalnya, tapi pemuda itu mengenal Ki Bargowi. Dia datang berteriak-teriak memanggil Ki Bargowi," jawab Wikara.

"Apakah kau tidak bertanya kepada pemuda itu tentang tujuan kedatangannya?"

"Tidak. Tapi aku yakin, kedatangannya membawa dendam tersendiri kepada Ki Bargowi," jawab Wikara.

Setelah berkata demikian, dia bersama kawan-kawannya langsung kembali ke markas mereka.

Sedangkan Ramandika langsung menuju kediaman Ramudya yang berada di tepi hutan. Ramandika mengalami luka yang sangat parah akibat sabetan golok dari salah seorang pendekar yang bertarung dengannya.

Setibanya di depan gubuk sederhana yang berdiri kokoh di tengah-tengah perkebunan jagung, Ramandika langsung mengetuk pintu gubuk tersebut.

"Tok! Tok! Tok! Paman, tolong buka pintunya!" ucap Ramandika.

Mendengar suara Ramandika, Ramudya bergegas bangun dari tidurnya. "Iya, tunggu sebentar!" sahut Ramudya bangkit dan langsung membuka pintu.

"Apa yang terjadi denganmu, Ramandika?" tanya Ramudya menatap wajah pemuda yang sudah ia anggap sebagai putranya itu.

"Aku baru saja bertarung dengan orang-orang kepercayaan Kuwu Sangkan, Paman."

"Nekat sekali kau ini," desis pria paruh baya itu. Kemudian langsung mempersilakan Ramandika untuk masuk.

Setelah berada di dalam gubuk tersebut, Ramudya tidak banyak bertanya lagi, ia langsung mengambil kain halus dan air hangat untuk membersihkan luka memar dan luka sabetan golok di tangan Ramandika.

"Mengapa kau nekat berurusan dengan mereka?" tanya Ramudya sambil membersihkan luka di tangan Ramandika.

Ramandika menghela napas dalam-dalam, lalu menjawab pertanyaan pria paruh baya itu, "Aku mendatangi mereka, karena aku sudah tahu bahwa mereka adalah para pelaku yang sudah membinasakan keluargaku."

Mendengar jawaban Ramandika, Ramudya tampak kaget dan langsung bertanya lagi, "Kau mengetahui hal itu dari siapa?"

"Dari Rawinta, Paman," jawab Ramandika lirih. "Rawinta mengetahui itu semua dari keterangan Sintani sebelum ia meninggal, bahkan para penduduk desa lainnya pun mengetahui hal itu. Tapi mereka tidak ada yang mau buka mulut ketika aku bertanya kepada mereka," sambungnya menjelaskan.

"Kurang ajar sekali!" geram Ramudya. "Paman tidak menyangka Kuwu Sangkan bisa sekejam itu," sambung pria paruh baya itu tampak menyesalkan perbuatan sang kuwu.

Di tempat terpisah ....

Malam itu Wikara dan kawan-kawannya sudah berkumpul di rumah yang menjadi markas mereka. Mereka tengah melakukan pembicaraan penting dengan Bargowi yang kala itu baru saja tiba di rumah tersebut.

"Kira-kira, siapakah pemuda itu?" tanya Bargowi di sela perbincangannya dengan Wikara dan anak buahnya yang lain.

"Entahlah, aku tidak mengenali anak muda itu, Ki," jawab Wikara.

Bargowi terdiam sejenak, pandangannya menerawang jauh menembus kegelapan malam. Pikirannya mulai terarah kepada kasus pembantaian yang dilakukan oleh anak buahnya terhadap keluarga Dupara. Sehingga, ia berkesimpulan bahwa pemuda yang baru saja bertarung dengan anak buahnya adalah Ramandika.

"Apakah pemuda itu memiliki rambut pirang dan memakai kalung Sanca?" tanya Bargowi mengarah kepada Wikara dan kawan-kawannya.

"Benar, Ki. Pemuda itu berambut pirang dan mengenakan kalung Sanca," jawab Wikara.

'Sudah jelas, pemuda itu adalah Ramandika,' kata Bargowi dalam hati.

Sejenak ia menarik napas panjang, lalu berkata, "Ya, sudah jelas bahwa pemuda itu adalah Ramandika putra Ki Dupara, kemungkinan besar dia datang untuk menuntut balas kepada kita karena kematian kedua orang tuanya dan juga adiknya," desis Bargowi tampak yakin sekali.

Wikara mengerutkan kening memandang wajah Bargowi. Lalu bertanya lagi, "Apakah Aki yakin kalau pemuda itu adalah Ramandika?"

"Ya, aku yakin. Karena tidak ada orang yang memiliki kalung Sanca selain Ramandika dan Dupara," jawab Bargowi.

"Jika memang pemuda itu adalah putra Ki Dupara, lantas apa yang harus kita lakukan, Ki?" Wikara kembali bertanya kepada Bargowi.

"Besok kita cari dia, kita harus segera membunuhnya!" jawab Bargowi langsung memberi perintah.

"Ke mana kita harus mencarinya?" timpal salah seorang anak buahnya.

"Dalam kondisi terluka, tidak mungkin Ramandika pergi jauh dari desa ini. Besok kita harus mendatangi rumah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengannya," jawab Bargowi.

"Apakah Aki tahu siapa saja orang-orang yang dekat dengan Ramandika?" tanya Wikara kembali angkat bicara.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Boti Jjhc
hero selalunya bodoh pada awalnya dan menjadi sombong ketika dia kuat.haha....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status