Home / Romansa / SANG PEWARIS / DIJEMPUT PAKSU

Share

DIJEMPUT PAKSU

Author: UmiLily
last update Last Updated: 2025-05-16 09:00:33

Haniyah mengerucutkan bibirnya saat melihat Elkan sudah berdiri di samping mobilnya di parkiran mahasiswa. Bukan tidak suka dijemput suaminya, tapi coba lihat saja, suaminya itu sekarang jadi pusat perhatian mahasiswi yang berlalu lalang.

“Cieee dijemput Paksu.” Ledek Kamila sambil menyenggol bahu Haniyah.

Tidak–tidak, kali ini dia tidak sedang mode salah tingkah karena diledek Kamila, justru kali ini dia sedang mode kesal karena melihat banyak mata memperhatikan suaminya yang nampak cuek bebek itu.

“Kenapa dijemput suami gitu mukanya kusut? Masa baru nikah berapa hari sudah marahan sih?” Haniyah melirik kesal pada Kamila. “Isy, malah ngelirik begitu, kamu kenapa?” tanya Kamila pada akhirnya.

“Lihat tuh, dia t

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SANG PEWARIS    MELIBATKAN PIHAK KETIGA

    Akash mematung. Kata-kata itu menggantung di udara, mengguncang pikirannya seperti badai yang datang tanpa peringatan.“Mafia?” tanya Elkan ragu. “Gak mungkin.” Suara itu keluar dari mulutnya nyaris sebagai bisikan. "Dia mungkin punya kuasa, punya uang banyak, tapi kalau mafia… rasanya gak mungkin.” Elkan benar-benar tidak percaya dengan ucapan mereka."Dia memiliki usaha perbankan Pak," ucap Farid pelan. "Usaha perbankan yang ia jalankan tidak sepenuhnya murni untuk urusan perbankan seperti yang diketahui umum. Usaha itu dibuat sebagai topeng… untuk mempermudah pencucian uang klien-klien besar yang selama ini dia jaga.”Tak hanya Akash, Haniyah pun ikut menggeleng tidak percaya setelah mendengar ucapan Farid.“Selama ini dia membantu orang-orang yang nggak mau uang kotornya kelihatan. Bandar narkoba, penyelundup, bahkan oknum pejabat. Uang haram itu disulap jadi seolah-olah bersumber dari investasi, tabungan bisnis, atau pembe

  • SANG PEWARIS    BERHASIL LOLOS

    Jakarta malam ini sedikit mencekam. Sesuai pesan Anandita, malam ini Elkan pulang ditemani Farid dan Fathur. Brata merelakan asisten termudanya itu untuk mendampingi Elkan. Dia tahu pasti kemampuan ilmu bela diri Farid sebaik apa, maka pilihan tepat kalau dia dikirim untuk mengawal Elkan.Fathur berada di mobil yang sama dengan Elkan. Ia yang memegang stir karena tahu kondisi kepala Elkan yang terlalu penuh saat ini. Elkan bukan takut berhadapan dengan orang-orang itu, tapi kalau sesuai prediksi Anandita dan Sultan, dia tidak akan mampu melawan geng motor itu sendiri.Farid tidak ikut di dalam mobil, dia memilih mengekori dengan motor trail dari belakang.Mobil SUV hitam yang dikemudikan Fathur keluar dari arah gedung perkantoran di Jalan Gatot Subroto.Rahang Fathur mengeras saat menggenggam setir. Matanya tajam menatap ke jalan. Sesekali ia melirik ke spion, berharap motor yang mengikuti mereka sejak tadi menjauh.“Sepertinya

  • SANG PEWARIS    GENG MOTOR

    Mereka berhasil sampai di rumah dengan selamat. Perasaan mengganjal di hati Anandita masih terus berlanjut dan itu memancing rasa penasaran Haniyah. Mereka berada di ruang tengah karena Anandita ditugaskan tidak meninggalkan Haniyah sampai Elkan datang.“Mbak Dita kenapa? Kok kayak ada pikiran gitu?” tanya Haniyah penasaran.“Mbak, saya minta izin hubungi Pak Elkan ya?” Haniyah mengangguk saat mendapat jawaban Anandita yang lebih ke arah bertanya.Melihat Haniyah mengangguk, Anandita lekas menelepon Elkan. Kebetulan sekali saat itu Elkan masih bersama Brata dan Sultan.“Gimana Mbak?” tanya Elkan dari seberang sana. Haniyah sengaja mengaktifkan pengeras suara agar Haniyah ikut mendengar.“Kami sudah sampai di rumah dengan selamat Pak. Selama perjalanan ada satu motor yang mengikuti kami dari arah kampus, tapi kami berhasil meloloskan diri. Tapi… ada sesuatu yang mengganjal dalam kepala saya.”“Apa?” tanya Elkan dari sebe

  • SANG PEWARIS    AKSI KEJAR-KEJARAN

    Haniyah sempat terkejut saat melihat pesan yang ditunjukkan Anandita di ponselnya. Matanya tertuju pada sosok perempuan dewasa di hadapannya. Tidak ada raut kaget atau tertekan di wajah wanita itu, dia begitu tenang. Berbeda sekali dengan apa yang dirasakan Haniyah saat ini. Baru membaca pesan itu saja, dia sudah mulai panas dingin. Khawatir kalau sedang terjadi sesuatu, entah padanya atau pada suaminya.“Elkan gimana?” tanyanya pelan.Anandita tersenyum. “Jangan khawatir, di samping Elkan ada Fathur dan Farid di dekatnya. Mereka berdua punya kompetensi di atas saya.” Kening Haniyah mengernyit.“Mereka—” Kalimat Haniyah terhenti saat melihat Anandita mengangguk pasti. “Baiklah kalau begitu,” ucapnya tenang.Haniyah lalu mengajak Anandita duduk bersamanya dan memperkenalkannya pada Kamila."Mil, kenalin ini Mbak Dita, teman aku di Baswara," ucap Haniyah memperkenalkan keduanya. Kamila yang sejak tadi diam memperhatikan interaksi mereka akhirnya mengangguk pelan dan mengulurkan tangan

  • SANG PEWARIS    TUGAS UNTUK ANANDITA

    Ruang kerja Brata mendadak sunyi, ketika mendengar praduga Sultan. Membayangkan ada seseorang yang menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisinya membuat Elkan tidak habis pikir. Siapa? Kenapa? Ada masalah apa?Elkan duduk bersandar, kepalanya sibuk berpikir siapa kira-kira yang melakukannya. Tapi, seberapa keras pun dia berpikir. Elkan tetap tidak menemukan jawaban.“Sekali lagi saya tidak ingin berspekulasi Pak. Tapi dari pola geraknya, kecepatan aksinya, dan cara dia menghindari kamera pengawas, saya tidak ragu... yang mengejar Elkan bukan orang biasa.” Elkan menegakkan tubuhnya dan menghela nafas kasar.“Tapi saya gak ngerasa punya musuh besar Pak Sultan. Rasanya membayangkan seseorang berusaha membunuh saya, kok kayak gak masuk akal ya,” ucap Elkan.

  • SANG PEWARIS    PENYELIDIKAN

    Sepeninggal Elkan, Carol kembali dalam mode diam, suara bip monitor jantung terus berdetak dalam irama monoton yang menjadi temannya di dalam ruang perawatan. Wajahnya sudah tidak terlalu pucat, dan bahkan tatapan matanya tajam—penuh perlawanan.Di sudut ruangan, Banyu dan dua polisi berdiri tegak. Yang satu membuka buku catatan, yang lain bersandar ke dinding, menatap Carol seperti membaca keheningannya. Sementara Banyu berdiri di sisi ranjang perawatan.“Kamu pasti tahu kalau Bara sudah diadili dan hanya tinggal menunggu keputusan hakim kan? Dia pernah menyebut namamu sekali, meskipun dia mengatakan ide menculik itu adalah murni idenya tanpa campur tanganmu. Tapi dia juga mengatakan kalau kamu ingin dia mengirimkan foto dan video saat dia melakukan sesuatu pada Bu Haniyah, itu benar?” Carol menyeringai mendengar pertanyaan Banyu tanpa menjaw

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status