Ditangkupnya wajah Elkan dengan dua tangannya, mata keduanya masih terus beradu pandang seolah tidak ada hal lain yang bisa mengalihkan.
Cup!
Satu kecupan diberikan Haniyah di bibir Elkan, hanya kecupan singkat tapi cukup membuat getaran di diri Elkan.
“Kamu cuma boleh punya satu istri, cuma aku,” ucap Haniyah pada akhirnya, yang tentu diangguki Elkan dengan penuh semangat.
“Tentu, cuma kamu.” Dan kali ini, Elkan yang memagut bibir Haniyah dalam. Menyalurkan setiap rasa yang dia miliki untuk sosok perempuan posesif di hadapannya ini.
Sepertinya mereka lupa, mereka ada di dalam mobil dan sedang menepi di pinggir jalan saat ini.
***
<Setelah bicara dengan Haniyah, Elkan bergegas ke rumah sakit. Ia baru saja mendapat telepon dari rumah sakit memberitahukan kondisi Carol yang tiba-tiba drop. Sejak ia dioperasi sebulan lalu, Carol sudah sempat sadarkan diri, namun meskipun begitu, dia bungkam dan tidak mau buka suara.Saat kondisinya sudah membaik, polisi berencana untuk membawanya ke Jakarta. Dalam pengawasan itu Carol berusaha kabur, lewat tangga darurat. Naasnya, dalam pelarian itu Ia salah menginjak pijakan ketiga dari atas saat dikejar pihak berwenang. Tumitnya terpeleset, tubuh kehilangan keseimbangan.Carol terguling menuruni tangga beton dari lantai tiga. Tubuhnya menghantam tiap sudut besi pembatas tangga, kepala terbentur sisi tembok, lalu diam tak bergerak di bawah tangga. Hal itu membuatnya mengalami patah tulang paha kanan dan kiri, paru-paru kanan kolaps karena terkena bent
Haniyah, Mega, dan Raisa tiba di venue fashion show eksklusif yang digelar oleh "Ratu Fashion"—desainer yang tak hanya dikenal karena karyanya, tapi juga karisma yang magnetis. Malam ini mereka datang tanpa para suami yang sepakat menjaga Rumi di rumah.Di depan ballroom Hotel Amara yang gemerlap, Mega melangkah lebih dulu dengan gaun berwarna hitam berpotongan asimetris dengan kalung batu safir di lehernya. Raisa mengenakan gaun dan pasmina biru langit yang tampak memancarkan aura elegan. Sementara Haniyah, dengan gaun dan hijab panjang berwarna maroon tampak lebih tenang.Untuk Raisa dan Mega ini bukan pertama kalinya datang di acara fashion show, tapi untuk Haniyah–ini yang pertama kali dia melihat langsung sebuah peragaan busana. Mereka duduk di kursi yang telah disediakan, ditandai dengan nama mereka di sandaran kursi.
Setelah makan malam dan sesi bakar marshmallow, Elkan menggelar papan permainan baru di atas meja kayu lipat. Sebuah permainan yang dibuat khusus oleh Haniyah dengan kartu berwarna yang dilengkapi kata-kata dan ilustrasi kecil yang diberi nama "Cerita Berantai"."Sudah kenyang, saatnya main," ucap Elkan sambil mengocok tumpukan kartu.Rumi mengambil satu kartu bergambar jerapah berkacamata. “Jerapah... jadi dosen?” tanyanya bingung.“Rumi harus buat cerita dengan tokoh itu, ayo dicoba.” Rumi nampak berpikir sejenak dan menjentikkan jarinya. Dia berdiri dengan tenang ditengah keluarga yang sudah tidak sabar menunggu cerita karangan Rumi.“Suatu hari, ada se
Beberapa hari berlalu.Haniyah sedang berada di rumahnya ketika seseorang mengantarkan sebuah amplop berwarna putih gading dengan pita emas di atasnya. Di atas amplop itu tercetak dengan jelas nama Haniyah dan Elkan.Haniyah membuka amplop dan membaca undangan undangan di dalamnya. Undangan peragaan busana dari Ratu Fashion yang bertanda tangan nama Wira dan Hasna. Haniyah mengernyitkan keningnya, berpikir sebentar lalu ber-ooo karena mulai mengingat kedua nama itu.Sementara Haniyah mengembalikan undangan ke dalam amplopnya, sebuah mobil memasuki pekarangan rumahnya. Ia tersenyum, Mega dan Arifin turun dari mobil dan menghampirinya.Weekend memang menjadi harinya berkumpul untuk tiga keluarga ini. Satriya, Arifin dan Elkan. Dan kali ini, tempat kumpul yang dipilih adala
“Saudari Haniyah, Saudari Kamila. Kalian dipanggil untuk menyampaikan kesaksian atas terdakwa Bara. Bersediakah kalian berbicara di bawah sumpah?”Keduanya mengangguk.Di sisi sebelah kanan, Bara duduk diam. Tangannya diborgol, kepalanya tertunduk dengan wajah nyaris penuh penyesalan. Dia tidak berani mengangkat wajahnya untuk sekedar melihat dua wanita itu.Saat pertanyaan dimulai, Kamila dan Haniyah seolah diseret kembali ke masa lalu. Semua kejadian itu berulang di kepala mereka dan mau tidak mau harus mereka ceritakan ulang di depan Hakim, jaksa penuntut dan semua yang hadir di persidangan tu.Suara keduanya bergetar saat menceritakan ulang, tapi bisa dipastikan tidak ada yang terlewat saat mereka menceritakan apa yang terjadi saat itu.
Ronald kembali melayangkan satu pukulan ke arah Elkan, tapi lagi-lagi Fathur menepisnya hingga pukulan pria itu malah terkena meja dan jatuh tersungkur.Bug!Brak!Elkan berdiri, berjalan mendekatinya dan berusaha membantunya berdiri. Tapi Ronald menepis tangan Elkan yang berusaha membantunya berdiri.“Lepas, aku bisa sendiri!” tolaknya kasar.Elkan akhirnya menyingkir, dibiarkannya pria itu berdiri dengan sendirinya. “Sebetulnya Om mau apa ke sini? Kalau hanya untuk buat keributan, aku sarankan Om pergi, karena aku gak segan-segan akan melaporkan Om kalau Om bertindak lebih jauh lagi,” ucap Elkan mengingatkan.“Aku kesini untuk memperingatkanmu Elkan