Share

SAY YES, PLEASE
SAY YES, PLEASE
Penulis: Kumara

CUMA SAHABAT

Posisi dudukku kubenarkan beberapa kali, karena makin gelisah. Bokong mulai terasa panas. Gara-gara apa lagi kalau bukan Theo yang tak kunjung datang? Lagi dan lagi, terlambat! Padahal dia sendiri yang mengajak untuk bertemu hari ini. Katanya ada hal penting yang mau disampaikan. Aku cukup skeptis soal itu, apa hal menarik yang bisa disampaikan seorang anak orang kaya seperti dia? Dapat hadiah mobil baru? Perjodohan? Liburan ke luar negeri? Semua itu sudah usang. Tidak. Aku tahu Theo bukan orang yang suka pamer.

Bisa kubilang, Theo itu unik dan berbeda untuk ukuran anak orang kaya. Hal itu terbukti benar, nyatanya, dia mau berteman denganku, seorang cewek dari kelas menengah ke bawah yang sekarang bekerja di Toko Buku. Tidak ada yang istimewa dariku.

Biar aku cerita sedikit bagaimana aku bisa bertemu dengan Theo. Kami bertemu saat kuliah, dan masuk komunitas yang sama, komunitas teater! Terdengar membosankan ya, aku tahu. Theo dan aku punya segudang kesamaan dan kesukaan. Kami sama-sama suka mendekam di rumah, suka menonton film drama romantis, suka membaca novel picisan seperti Twilight dan 50 Shades of Grey, dan tidak punya banyak teman. Kalau aku jadi laki-laki, aku pasti persis seperti Theo, begitu juga sebaliknya, semisal Theo itu perempuan, dia pasti persis seperti aku, hanya saja dia lebih cakep tentunya.

Aku dan Theo sudah bersahabat selama lima tahun, pokoknya cuma sebagai sahabat ....,

"Sorry aku telat!!!"

Hampir saja aku terkena serangan jantung. "Jangan ngagetin bisa nggak sih?!" hardikku sebal.

Theo nyengir. Antara merasa bersalah atau memang sengaja ingin jahil.

"Udah sana, pesan kopi! Punya aku udah habis, sekalian aja pesan dua!" pintaku.

"Nanti dulu soal kopinya, May ..., aku mau langsung ke poin utama, ini soal penting!" Theo menatapku lurus.

Jujur saja, tiap kali aku dipandangi setajam ini oleh Theo, dadaku lumayan bergemuruh. Tidak, bukan karena aku jatuh cinta kepadanya. Namun karena dia memang tampan! Harus aku akui. Lihat saja garis wajahnya yang tegas, dengan hidung yang tinggi dan ujung yang runcing, matanya cekung, bulat tapi kecil, bercahaya, dengan bulu mata yang panjang dan lebat. O liat, bibirnya yang merah jambu itu ...,

"May! Kamu dengar aku ngomong nggak sih?! Malah bengong!" Sekali lagi Theo berteriak.

"O ... iya iya ..., aku dengar, kok. Terusin aja. Ngomong apa tadi? Eh, belum ya? Jadi apa?" Aku gelagapan.

Theo memutar bola matanya kesal. "Aku butuh cewek buat diajak ke acara keluarga!"

Alisku mengerut. "Hm ... terus?"

"Ya, aku butuh bantuan kamu, May. Kamu mau kan jadi pacar pura-pura aku? Buat acara yang satu ini aja, ini acara besar. Om aku, tante, sepupu, semua keluarga besar akan datang. Aku bisa mati gila kalau aku doang yang datang tanpa pasangan!"

"Kamu gila ya? Ogah, ah! Keluarga kamu kan ... kelas atas, bisa-bisa aku yang mati berdiri di sana!" tolakku cepat.

"May, aku mohon ..., please, aku yang akan belikan kamu gaun, sepatu, bayar make up, semua dari aku, May! Ini acara family gathering yang diadakan sekali sepuluh tahun. Sepuluh tahun sih nggak apa-apa aku nggak bawa pasangan, tapi sekarang ..., umur aku udah dua lima! Aku mesti bawa pasangan, May." Theo memasang tampang memelas yang memang cukup membuatku luluh.

"Kamu itu ganteng banget Theo, kaya raya lagi, masa iya kamu nggak bisa cari pacar?"

Ya. Aku paham kok, Theo sama sepertiku, sulit berkomunikasi dengan orang baru. Kalau orang sepertiku saja belum pernah berpacaran, bagaimana dengan Theo?

Theo memasang muka 'anak anjing'. "Sekali ini, May ... sekali ini aja ..., cuma kamu sahabat yang aku punya."

Kuhela napas panjang. Kalau sudah seperti ini caranya memohon, bagaimana bisa aku menolak? "Oke. Sekali ini aja!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status