Share

NICHOLAS

Author: Kumara
last update Last Updated: 2021-05-08 13:12:26

"Kamu habis dari mana aja sih, May? Aku cari dari tadi!" protes Theo.

Aku tidak mungkin jujur kepadanya soal kejadian absurd yang tadi terjadi di toilet perempuan. "Nggak ada. He he."

"Ayo, udah waktunya makan." Untung Theo tidak bertanya lebih jauh.

Semua orang sudah duduk, makanan disajikan dengan meja troli yang dibawa oleh para pelayan. Masalah selanjutnya adalah aku tidak mengerti soal etika makan! Pisau yang mana untuk makanan yang mana, sendok yang mana untuk makanan yang mana. Ada banyak tipe dan ukuran sendok-garpu dan pisau. Demi Tuhan, ternyata makan bersama orang kelas atas itu tidak semudah bayanganku.

Siku Theo menyenggolku pelan, aku menoleh. "Ikuti aja cara makan aku," bisiknya. Syukurlah Theo selalu pengertian. Kami makan diiringi penampilan penyanyi opera, kurang mewah bagaimana lagi. Habis menyantap dessert, anggota keluarga Theo kembali bercakap-cakap, katanya sebentar lagi mereka akan mendengar pidato dari kakek Theo lalu mengocok arisan.

Nasib baik Theo meminta izin, kami tak akan mengikuti acara sampai habis, dengan alasan aku harus pulang tepat waktu.

"Tapi kamu belum ketemu abangnya Theo!" kata Tante Baskoro menahan kepergian kami. "Tunggu bentar, oke? Minimal kamu harus ketemu dulu sama Nicholas!" Tante Baskoro berdiri, mengendarkan pandangannya. "Nicholas! Nicholas!" Dia memanggil seseorang yang duduk di meja yang lain.

Aku bertatapan dengan Theo, mata kami saling berkomunasi. Tadi Theo belum sempat menjelaskan kenapa aku sebaiknya menjauh dari Nicholas. Terus terang, aku belum pernah bertemu dengan Nicholas. Dia juga tak pernah terlihat di media, atau barangkali memang karena aku tidak mengenalinya.

"Mayang, ini Nicholas, kakak laki-laki Theo satu-satunya," ucap Om Baskoro setelah orang yang mereka maksud datang mendekat.

Aku menoleh ke belakang, ke arah datangnya kakak laki-laki Theo. Mataku terbelalak, pria yang ada di hadapanku sekarang adalah pria yang tadi ada di toilet, pria yang mukanya tampan. Gadis berambut pirang bernama Cherry berada di belakangnya, matanya juga mendelik melihatku.

"Nicholas, ini Mayang, pacar adik kamu," ucap Tante Baskoro memperkenalkan aku kepadanya. "Mayang, ini Nicholas. Dan ini Cherry, eh ..., temennya Nicholas." Tante Baskoro memasang muka aneh saat memperkenalkan Cherry, hanya Tuhan yang tahu seperti apa hubungan mereka sebenarnya.

Nicholas masih memasang muka datarnya. Kusambut uluran tangannya, lumayan kaget ketika kugenggam tangannya yang dingin tapi lembut.

"Ternyata selera Theo yang kayak kamu, ya. Ini pertama kali aku liat dia bawa pacarnya." Cherry menggenggam tanganku dengan muka sinisnya.

Apa maksudnya 'selera'? Memangnya aku ini semacam makanan?

"Kerja di mana?" tanya Nicholas tiba-tiba.

Mata Om dan Tante Baskoro langsung terpaku padaku, mereka sepertinya menunggu jawaban dari mulutku juga, sebab sejak tadi mereka belum bertanya soal hidupku, justru Nicholas yang pertama bertanya.

Aku melirik Theo, Theo memberi isyarat agar kujawab dengan cerita bohong.

"Toko buku!" jawabku cepat.

Terkutuklah DNA keluargaku, aku memang tidak terlahir dengan kemampuan berbohong yang baik. Aku tidak bisa berbohong. Orang bilang, makin jujur seseorang, maka akan semakin sulit hidupnya, mungkin karena itu keluargaku tidak pernah kaya raya.

Tante Baskoro terbatuk, lalu melirik Theo dengan tajam. Jelas dia tidak akan menyangka kalau teman kencan puteranya adalah seorang karyawan di toko buku. Air muka Om Baskoro pun berubah. Suasana jadi berubah sangat canggung. Cherry pun tampak terkejut. Sementara Theo menepuk jidatnya, mungkin dia sekarang ingin sekali menoyor kepalaku.

"Mungkin udah seharusnya kamu antar dia pulang, Theo. Mungkin sebentar lagi dia juga harus kerja shift malam, kan kita nggak tau-tau," kata Tante Baskoro yang tak lain adalah sebuah sindiran.

"Ya, bye, Ma! Ayo Mayang, aku antar kamu pulang!" Theo langsung menarik tanganku cepat.

Sampai aku dan Theo berada di pintu, Nicholas masih terus menatap kami pergi. Entah apa maksud tatapannya itu, tapi yang pasti aku tahu, aku sekarang berada dalam masalah. Aku tahu itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SAY YES, PLEASE   EXTRA CHAPTER

    Tapi tunggu sebentar, itu belum akhirnya, masih ada yang harus aku sampaikan perihal hubunganku dengan Nicholas.Setelah orang tua Nicholas menerima kondisi kami, termasuk janin yang ada di kandunganku, kami melangsungkan kembali acara resepsi pernikahan yang lebih megah dan besar, di mana seluruh keluarga, kerabat maupun rekan bisnis keluarga Nicholas datang dan mendoakan kami.Kadang hatiku masih kecut, sebab samar-samar aku masih bisa mendengar suara cibiran dari keluarga Nicholas yang belum sepenuhnya menerima kehadiranku. Meski demikian, sosok Theo cukup sebagai pencair suasana.“Kenapa, Bumil? Kok mukanya cemberut?” tanya Theo sambil berdiri manis di sampingku, sementara Nicholas sibuk meladeni rekan-rekan bisnisnya yang berdatangan silih berganti sejak tadi siang.Aku pura-pura tersenyum, menutupi hati yang gelisah dan agak kecewa. “Nggak kenapa-napa kok, Theo ... giman

  • SAY YES, PLEASE   REKONSILIASI

    Sedetik dunia di sekitarku serasa berhenti berputar. Mataku terarah hanya memandang batu cincin berlian yang dipegang Nicholas. "Kamu ..., yakin?" tanyaku lirih. "Yakin banget! Aku udah fiks mau ninggalin semuanya, demi kamu, demi anak kita, masa depan kita. Kamu mau kan?" Nicholas menatapku penuh harap. Mana mungkin bisa aku menolaknya bila sudah begini. Air mataku jatuh sampai ke dagu, langsung kuanggukkan kepalaku berulang kali. "Ya! Iya ..., aku mau! Aku mau!" isakku terharu. Dalam sedetik Nicholas langsung berdiri memelukku erat-erat, lalu dia pegang daguku kemudian bibir kami bertemu kuat. Selesai dia cium aku merilis segala perasaan, dia sematkan cincin itu di jari manisku. *** Kami kembali ke rumah Papa dan Mama dengan tangan bergandengan. Mama berlari ke arahku saat dia sadari jari manisku dilingkari sebuah cincin dengan batu nan indah. "Kamu ..." Suara Mama menggantung. Di depan kedua orang tuaku yang agak kebingungan, Nichol

  • SAY YES, PLEASE   DILAMAR

    Mungkin benar apa kata orang, cinta ibu itu sepanjang masa. Walau ayah dan ibuku kecewa atas kebodohan yang kuperbuat, mereka masih menerima kondisiku. Aku tak diusir atau bahkan dibuang seperti yang aku sangka.Malahan, dengan penuh perhatian, ibuku menyiapkan ramuan jamu untuk menguatkan janin di rahimku. Dia pun meminta agar aku tak berpikir untuk menggugurkan kandunganku, dia mengecam pikiran itu meski hanya sekilas terbersit. Aku pun berjanji, bahwasanya aku tak akan pernah membunuh anakku sendiri. Aku akan mempertahankannya dengan apa pun.Semua berjalan baik selama seminggu aku berada di rumah Mama dan Papa. Sampai satu sore, Papa menerima seorang tamu yang katanya mencariku. Aku yang saat itu sedang memasak di dapur beranjak ke ruang tamu untuk melihat sendiri siapa yang datang."Mayang!"Betapa kaget aku saat yang kujumpai sedang berdiri di depan pintu ternyata Nicholas. Wajahnya semringah sekaligus kaget. "Aku nyari kamu ke mana-mana!" serunya.

  • SAY YES, PLEASE   HURU HARA

    Dengan menumpang becak dari Bandara, aku sampai juga di rumah kecil milik orang tuaku. Hampir tak ada yang berubah. Di teras rumah kecil itu masih ada mesin jahit tua tempat ibuku biasanya menerima jasa menjahit.Dulu dia aktif membuatkan kebaya sampai gaun pengantin, tapi seiring dia menua, pesanan yang dia kerjakan hanya menjahit celana jins atau memperkecil baju saja. Lagipula, dia tak perlu pula bekerja terlalu keras sebab anaknya satu-satunya yaitu aku sudah bisa mandiri sendiri, dia cukup memikirkan masa tuanya saja.Kota tempat orang tuaku tinggal bukan kota metropolitan, cuma kota kecil. Dibilang desa atau kampung jelas bukan, tapi disebut kota besar juga bukan. Tidak banyak gedung tinggi, tapi mal ada, plaza ada. Kebanyakan adalah perumahan atau kawasan penduduk yang tak seberapa padat. Rumah mereka pun, sekalipun kecil dan sederhana, namun gampang diakses karena tepat berada di pinggir jalan besar. Di seberang rumah mereka, berdiri sebuah pabrik rokok yang su

  • SAY YES, PLEASE   RAHASIA KELAM

    Belum ada kepastian dari Nicholas selanjutnya kami harus bagaimana. Dokter hanya memberiku vitamin untuk memperkuat janin. Usai pemeriksaan, aku dipersilakan pulang. Theo tak berkata apa-apa, barangkali takut juga salah memberi komentar dan malah membuat Nicholas tambah berang.Tak ada basa-basi dari Nicholas, dia pun langsung pulang. Dia kembali lagi menjelang malam, aku tak tahu untuk apa. Sekelebat, aku kira dia akan melamarku, memintaku untuk menjadi istrinya, atau mungkin membicarakan rencana untuk pernikahan atau setidaknya ingin bertemu orang tuaku.Namun, aku salah. Dia justru berkata tanpa ragu, dengan mata begitu lurus dan tajam, "Sebaiknya kamu gugurkan aja kandungan itu. Jangan diteruskan."Mulutku terbuka setengah, kepalaku pening seketika seolah ada petir yang menyambar tepat di ubun-ubun. "Hah? Kamu nggak lagi mabuk kan, Nich?" tanyaku pelan, syok.Matanya agak memerah. "Aku belum siap untuk jadi ayah," jelasnya pendek.Singkat. Tapi

  • SAY YES, PLEASE   KARUNIA YANG TAK DIHARAPKAN

    "Mayang! Aku mau ngomong bentar, May!"Satu bulan ini aku terus "diteror" oleh Theo. Aku menolak bicara, aku bahkan ogah walau sekadar bertemu. Wajar kalau aku marah besar, apa yang dia lakukan begitu egois sekalipun berdalih untuk melindungiku dari Nicholas.Sejak Om Baskoro mengumumkan pergantian ahli waris, Nicholas memang gundah gulana. Itu manusiawi, seumur hidupnya dia menjalani hidup sebagai calon penerus tahta lalu tiba-tiba saja mahkotanya akan direbut oleh adiknya sendiri. Dan semua itu hanya karena satu orang perempuan, yaitu aku. Menurutku dia gila kalau dia tidak panik saat ini.Untungnya Nicholas belum ada tanda-tanda meninggalkan aku meskipun dia tampak sangat cemas belakangan ini."Mayang,please!"Kepalaku mau meledak juga lama-lama, Theo seolah tak akan menyerah sekalipun petir menyambar kepalanya. Akhirnya aku keluar, kulihat dia sudah pucat, kelelahan, terlalu lama menunggu."Apaan sih?!" hardikku jengkel.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status