Share

CIUT

“Kamu gila ya, Mas! Ini tabungan buat lahiran anak kita, kenapa kamu pake enggak bilang-bilang, hah?” bentak Ningsih pada lelaki yang kini tengah lahap memakan makanannya.

“Duit-duit aku, terserah aku dong mau ngabisin,” jawab Budi santai sembari terus memasukkan makanannya ke dalam mulut.

“Aku enggak pernah ngelarang kamu ngirim uang ke anak-anak kamu, tapi enggak perlu sebanyak itu, kan? Ingat, sebentar lagi anak kita lahir.”

“Aku kan kerja, besok juga dapat uang lagi. Enggak usah sok drama kayak aku enggak pernah kasih duit, deh! Lagian selama ini duitku kan sama kamu semua. Kamu enggak lupa, kan?”

“Iya, tapi sekarang berbeda, sekarang kita butuh uang lebih banyak. Kamu tahu, kan, kalo biaya lahiran di sini mahal? Lagian di tempat terpencil kayak gini, apa-apa serba duit. Kamu mikir enggak, sih?”

Ningsih menghentak-hetakkan kakinya, ia geram pada suaminya karena telah lancang memakai uang yang susah payah ia kumpulkan untuk mengirimi anaknya. Selama ini mereka jarang sekali berten
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status