Share

Mantan Istri

Author: Srirama Adafi
last update Last Updated: 2025-02-07 10:02:07

"Shan, a-aku bisa jelasin!"

Angga berusaha meraih bahu Shania, tetapi wanita itu mundur selangkah.

Shania menggeleng. "Semua udah jelas, Mas!" Suara Shania terdengar tenang, tetapi tegas.

"Enggak, Shan. Kamu salah paham!" Angga berusaha menggoyahkan keyakinan Shania.

"Oh, ya? Bagian mana?" tantang Shania.

"A-aku ... aku ...." Angga menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia merasa kesal sendiri karena tiba-tiba otaknya seperti tidak bisa diajak berpikir.

"Siapa, Mas?" Suara wanita dari dalam rumah semakin membuat Angga terpojok. Apalagi saat wanita itu keluar.

Dan saat melihat keberadaan Shania, kedua bola mata wanita itu nyaris keluar saking terkejutnya.

"Hai, Mbak! Kaget, ya?" sapa Shania sembari tersenyum sinis. Lebih tepatnya berusaha menyembunyikan rasa sakitnya yang luar biasa.

Perempuan mana yang tidak sakit hati, saat suami pamit untuk pergi dinas di luar kota, tak tahunya berada di rumah mantan istrinya.

"Ehm ...." Wanita itu bingung hendak menjawab apa.

"Luar biasa kalian, ya? Sudah cerai tapi masih seperti suami istri," sindir Shania.

"Ngaco kamu, Shan!" bentak Angga. "Kamu itu emang enggak pernah bisa percaya sama aku, ya? Sampe kamu nuduh aku kayak gitu!"

Karena panik, Angga justru melimpahkan kesalahan pada Shania. Shania sampai tercengang dengan tudingan Angga.

"Seburuk itu aku di mata kamu, Shan? Sampai kamu enggak bisa buat sekadar percaya sama aku! Sampai aku mau dinas pun kamu ikuti kayak gini!? Atau jangan-jangan kamu sampai pasang pelacak buat ngecek posisiku!? Luar biasa kamu!"

"Hah?" Shania benar-benar terkejut dengan semua yang Angga lontarkan. Satu tahun menjadi istri Angga, ini kali pertama Angga sampai menghardiknya setajam itu.

"Terserah kamu mau tuduh aku kayak gimana! Aku cuma pesen satu hal sama kamu, bersihin hati dan pikiran kamu itu!"

Tanpa menunggu tanggapan Shania, Angga kembali masuk ke rumah Indri untuk mengambil tas, ponsel, dan kontak mobilnya. Lelaki itu kemudian berpamitan pada putri dan mantan istrinya yang masih berdiri di pintu, persis di depan Shania.

"Kamu mau berangkat sekarang, Mas?" tanya Indri.

"Iya, In. Maaf udah buat keributan di rumah kamu," ucap Angga tanpa memedulikan Shania yang masih berdiri di tempatnya. Amarahnya membuat Angga tak lagi memedulikan perasaan istrinya.

"Ah, iya, Mas. Wajar dia salah paham sama kamu. Mungkin dia pikir, kamu bohongin dia soal dinas kamu itu," ujar Indri menambahi kebohongan Angga. Tanpa Angga perintah, Indri sudah paham apa yang harus ia lakukan.

"Iya, In. Enggak apa-apa. Aku emang enggak pernah ada benarnya di mata Shania."

"Wah, serasi sekali kalian berdua, ya?" sindir Shania. "Yang satu playing victim, yang satunya menutupi."

"Maksud kamu apa, Shan?" bentak Angga tidak terima.

"Lagian Mas Angga ke sini cuma mau ketemu Gita, gitu aja kamu heboh banget?" imbuh Indri.

"Hah? Kalian pikir aku sebodoh itu?"

Angga dan Indri tak langsung menjawab. Ia masih menunggu kelanjutan ucapan Shania.

"Kapan, Mbak? Kapan aku pernah melarang apalagi seheboh ini ketika Mas Angga pamit buat ketemu Gita? Kapan? Pernah, Mas? Pernah aku kayak gitu? Pernah aku heboh saat kamu pamit buat ketemu Gita? Pernah?"

"Udah, udah! Jangan buat keributan kayak gini!" bentak Angga.

"Asal kamu tahu, Mas. Aku enggak akan sampai ngikutin kamu kayak sekarang kalau aku enggak ada bukti!"

"Bukti?"

Shania membuka ponsel dan menunjukan bukti yang ia miliki kepada Angga.

Angga terperangah melihat itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu mau melabrak itu siapkan mental seperti akan berperang. ntar udah ketemu malahan menye2 banyak drama air mata.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Ending

    "Segitunya kalian mencampuradukkan masalah pribadiku sama kerjaan! Sampai tanpa sepengetahuanku kalian mengacak-acak ruang kerjaku!? Kalian nemuin bukti kesalahan yang udah aku lakuin selama kerja di sini!? Mau jadiin itu alasan buat pecat aku!?" seru Angga seperti orang kesetanan.Shania tertegun mendengar itu. Ada rasa bersalah yang tiba-tiba mencengkeram dadanya. Namun, saat ini memang itu yang ia inginkan. Ia tidak ingin melihat Angga lagi.Sejurus kemudian Shania melangkah lebar mendekati Angga dan tim audit serta Andreas. Dengan kepala tegak ia berkata, "Enggak pantas kamu bicara sekasar itu pada atasanmu, Pak Angga!" "Oh, jadi kamu yang nyuruh mereka menggeledah ruanganku?" Angga menunjuk wajah Shania."Ya. Kamu mau apa?""Dasar perempuan licik!" umpatnya dengan mata penuh kebencian."Dan kamu masih mau bekerja di perusahaan perempuan yang kamu sebut licik ini?""Shit!" seru Angga. Ia terjebak dengan ucapannya se

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Keributan

    "Bisa enggak aku cuma pergi sama Shania?" Angga menatap Hamish tidak suka. "Masih banyak hal yang harus kami bicarakan. Dan satu lagi, status Shania sekarang ... masih sah sebagai istriku!"Hamish mengedikkan bahu sembari membuang napas. "Are you okay, Shan?"Shania mengangguk. "Yeah.""Oke, hati-hati," pesan Hamish."Kita makan siang bareng lain kali, ya?""Oke.""Ayo!" ajak Angga yang sudah tidak sabar untuk menjauhkan Shania dari Hamish.Shania pun mengekori langkah Angga. Sebenarnya ia enggan pergi berdua dengan Angga. Hanya saja ia tak mau melibatkan Hamish dalam permasalahan pribadinya.Di mobil Shania memilih diam. Ia tidak ingin membahas apapun dengan Angga. Baginya semua sudah selesai tinggal menunggu proses pengadilan. "Shan," panggil Angga yang sejak tadi merasa didiamkan."Hem.""Kok, gitu sih, Shan, jawabnya?" protes Angga karena selama menjadi istrinya Shania tidak perna

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Gagal

    "Sus, gimana kondisi anak saya?" tanya Angga begitu salah seorang perawat keluar dari ruang PICU."Bapak sama Ibu diminta dokter untuk masuk," ucap perawat tersebut tanpa menjawab pertanyaan Angga.Indri menatap wajah Angga dengan cemas. Jantungnya berdegup kencang. Ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.Angga mengangguk, memberi keyakinan pada Indri bahwa Anggita pasti baik-baik saja. Lelaki itu kemudian menggenggam erat telapak tangan Indri. "Mari!" ajak perawat berseragam biru muda tersebut.Angga dan Indri mengekori perawat itu.Setiap langkah, Indri seperti sedang menapaki lempengan es yang rapuh. Yang sewaktu-waktu bisa retak, kemudian mereka semua terjerumus ke dalam air yang dalam dan teramat dingin. Suara monitor semakin membuat jantung Indri tak karuan. Berkali-kali ia memukul-mukul dadanya agar jantungnya baik-baik saja."Selamat pagi, Pak, Bu," sapa dokter yang berdiri di sisi tempat tidur Anggita."Selamat pagi, Dok. Gimana kondisi putri kami, Dok?" kejar Angga yang

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Ketakutan

    Entah sudah berapa lama Indri menangis di bawah gerimis. Tatapannya tak lepas dari rumah yang kini gelap gulita di depannya. Padahal sekitar seminggu yang lalu, ia masih nyaman menempati rumah itu. Rumah yang segala kebutuhannya ditanggung sepenuhnya oleh Angga."Mas ...." Indri meratap. Ia ingin sekali bersujud dan memohon ampun kepada Angga."Aku benar-benar minta maaf ...."Entah berapa kali Indri menggumamkan kalimat itu sambil tergugu. Seolah-olah Angga sedang berada di depannya. Sampai akhirnya ponsel di tasnya berdering. Dengan cepat Indri merogoh ponselnya. Kemudian melihat siapa yang menghubunginya malam-malam begini."Mas Angga," gumam Indri. Rasanya ia tak percaya kalau laki-laki yang sedang ia tangisi menghubunginya. Langsung saja Indri mengangkat panggilan tersebut."Ha-halo, Mas," sapa Indri."In ...." Suara berat Angga terdengar dari seberang. Indri tak langsung menjawab. Tenggorokannya tercekat sampai ia

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Rumah

    Shania terpaku mendengar suara lirih itu. Kata 'Bunda' terucap begitu pelan, tetapi cukup jelas di pendengaran Shania. "Gita, Gita ingin ketemu Bunda?" tanya Shania.Namun, gadis kecil itu kembali tidak merespon. Sama sekali."Ayo, bangun, Sayang! Ayo kita ketemu Bunda! Bangun, Sayang!" Shania terus berbicara di dekat telinga Anggita, tetapi balita itu sama sekali tidak merespon.Setelah beberapa saat mencoba membangunkan Anggita dan tidak berhasil, Shania bergegas melangkah keluar. Ia ingin memberitahu Angga kalau Anggita memanggil-manggil bundanya."Mas! Mas Angga!" panggil Shania begitu keluar dari pintu.Angga dan Hamish yang sejak tadi duduk diam langsung berdiri dan mengejar Shania."Ada apa, Shan? Gita gimana?" Angga sangat panik takut terjadi sesuatu dengan putrinya."Gita ... dia ... manggil-manggil bundanya, Mas. Dia manggil-manggil bundanya."Bahu Angga langsung terkulai lemas. "Gita udah siuman?" tanya Hamish.Shania menggeleng. "Belum. Tapi dia beberapa kali manggil-man

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Ruang PICU

    "Kita ke rumah sakit sekarang!""Tapi, Ham ....""Kita liat dulu kondisi Gita. Setelahnya kita bisa putusin nanti mau gimana."Meski sebenarnya Shania merasa sangat tidak enak dengan Hamish, tetapi ia sangat terharu dengan keputusan yang Hamish ambil."Iya, Shan. Benar. Kalian ke rumah sakit aja dulu sekarang!" titah Renata. Ia tak tega jika sampai terjadi sesuatu dengan Anggita. Lebih tepatnya Renata masih trauma dengan kematian Bu Rani, takut kalau-kalau Anggita akan mengalami hal serupa dengan neneknya."Ya udah, kami pamit ke rumah sakit dulu, Tan, Om," pamit Hamish."Titip Shania, Ham," ucap Akbar yang sedari tadi hanya diam. Lelaki itu merasa dilema. Ia tidak ingin Shania terus berurusan dengan Angga, tetapi juga tidak tega dengan Anggita."Siap, Om."Shania dan Hamish kemudian berjalan keluar menuju mobil Hamish. Menapaki barisan paving yang masih basah. Beberapa kali mereka harus melompat kecil untuk men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status