공유

Mantan Istri

작가: Srirama Adafi
last update 최신 업데이트: 2025-02-07 10:02:07

"Shan, a-aku bisa jelasin!"

Angga berusaha meraih bahu Shania, tetapi wanita itu mundur selangkah.

Shania menggeleng. "Semua udah jelas, Mas!" Suara Shania terdengar tenang, tetapi tegas.

"Enggak, Shan. Kamu salah paham!" Angga berusaha menggoyahkan keyakinan Shania.

"Oh, ya? Bagian mana?" tantang Shania.

"A-aku ... aku ...." Angga menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia merasa kesal sendiri karena tiba-tiba otaknya seperti tidak bisa diajak berpikir.

"Siapa, Mas?" Suara wanita dari dalam rumah semakin membuat Angga terpojok. Apalagi saat wanita itu keluar.

Dan saat melihat keberadaan Shania, kedua bola mata wanita itu nyaris keluar saking terkejutnya.

"Hai, Mbak! Kaget, ya?" sapa Shania sembari tersenyum sinis. Lebih tepatnya berusaha menyembunyikan rasa sakitnya yang luar biasa.

Perempuan mana yang tidak sakit hati, saat suami pamit untuk pergi dinas di luar kota, tak tahunya berada di rumah mantan istrinya.

"Ehm ...." Wanita itu bingung hendak menjawab apa.

"Luar biasa kalian, ya? Sudah cerai tapi masih seperti suami istri," sindir Shania.

"Ngaco kamu, Shan!" bentak Angga. "Kamu itu emang enggak pernah bisa percaya sama aku, ya? Sampe kamu nuduh aku kayak gitu!"

Karena panik, Angga justru melimpahkan kesalahan pada Shania. Shania sampai tercengang dengan tudingan Angga.

"Seburuk itu aku di mata kamu, Shan? Sampai kamu enggak bisa buat sekadar percaya sama aku! Sampai aku mau dinas pun kamu ikuti kayak gini!? Atau jangan-jangan kamu sampai pasang pelacak buat ngecek posisiku!? Luar biasa kamu!"

"Hah?" Shania benar-benar terkejut dengan semua yang Angga lontarkan. Satu tahun menjadi istri Angga, ini kali pertama Angga sampai menghardiknya setajam itu.

"Terserah kamu mau tuduh aku kayak gimana! Aku cuma pesen satu hal sama kamu, bersihin hati dan pikiran kamu itu!"

Tanpa menunggu tanggapan Shania, Angga kembali masuk ke rumah Indri untuk mengambil tas, ponsel, dan kontak mobilnya. Lelaki itu kemudian berpamitan pada putri dan mantan istrinya yang masih berdiri di pintu, persis di depan Shania.

"Kamu mau berangkat sekarang, Mas?" tanya Indri.

"Iya, In. Maaf udah buat keributan di rumah kamu," ucap Angga tanpa memedulikan Shania yang masih berdiri di tempatnya. Amarahnya membuat Angga tak lagi memedulikan perasaan istrinya.

"Ah, iya, Mas. Wajar dia salah paham sama kamu. Mungkin dia pikir, kamu bohongin dia soal dinas kamu itu," ujar Indri menambahi kebohongan Angga. Tanpa Angga perintah, Indri sudah paham apa yang harus ia lakukan.

"Iya, In. Enggak apa-apa. Aku emang enggak pernah ada benarnya di mata Shania."

"Wah, serasi sekali kalian berdua, ya?" sindir Shania. "Yang satu playing victim, yang satunya menutupi."

"Maksud kamu apa, Shan?" bentak Angga tidak terima.

"Lagian Mas Angga ke sini cuma mau ketemu Gita, gitu aja kamu heboh banget?" imbuh Indri.

"Hah? Kalian pikir aku sebodoh itu?"

Angga dan Indri tak langsung menjawab. Ia masih menunggu kelanjutan ucapan Shania.

"Kapan, Mbak? Kapan aku pernah melarang apalagi seheboh ini ketika Mas Angga pamit buat ketemu Gita? Kapan? Pernah, Mas? Pernah aku kayak gitu? Pernah aku heboh saat kamu pamit buat ketemu Gita? Pernah?"

"Udah, udah! Jangan buat keributan kayak gini!" bentak Angga.

"Asal kamu tahu, Mas. Aku enggak akan sampai ngikutin kamu kayak sekarang kalau aku enggak ada bukti!"

"Bukti?"

Shania membuka ponsel dan menunjukan bukti yang ia miliki kepada Angga.

Angga terperangah melihat itu.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

관련 챕터

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Ancaman

    "Shan! Tunggu! Itu semua bohong!" teriak Angga.Namun, Shania bergeming. Wanita itu terus melangkah menuju mobilnya.Angga hendak berlari mengejar istrinya itu, tetapi tiba-tiba lengannya dicekal Indri."Kamu mau kemana, Mas?""In, aku selesaikan dulu masalahku dengan Shania, ya? Tolong, kamu ngerti! Setelah semua beres, aku janji bakal balik ke sini.""Tapi kamu baru aja sampai, Mas. Bahkan belum ada sepuluh menit! Gita udah nungguin buat bisa jalan-jalan sama kamu, tidur dibacain dongeng sama kamu tiga minggu lamanya, Mas! Terus gitu aja kamu mau pergi?""Aku ngerti, In. Tapi kamu tahu sendiri gimana keadaannya sekarang. Tolong, In, kamu ngertiin aku, ya! Aku harus bicara sama Shania sekarang. Aku enggak mau dia salah paham. Apalagi sekarang dia sedang hamil.""Jadi aku dan Gita enggak lebih penting dari Shania?" Indri menatap Angga dengan sorot mata terluka. Angga melepas dengan lembut cekalan tangan Indri, kemudian meremas kedua bahu wanita itu. "Dengarkan aku, In. Saat ini Shani

    최신 업데이트 : 2025-02-07
  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Sesal

    "Pergilah, Mas! Tapi setelah ini, semua orang akan tahu kalau kita sudah menikah lagi!"Angga tertegun mendengar ancaman dari Indri. Lelaki berwajah bersih itu menghembuskan napas kasar, kemudian membanting pintu mobilnya.Dengan langkah lebar, ia kembali menuju tempat dimana Indri berada. Wajahnya kini merah padam dan rahangnya mengatup dengan keras. Saat ini kesabarannya benar-benar habis.Begitu tiba di teras, ia menatap Anggita lalu berkata dengan tegas. "Gita ke kamar dulu! Ayah mau bicara penting sama Bunda."Melihat wajah ayahnya yang tampak menyeramkan, Anggita tak berani membantah. Meski tangisnya masih belum reda, balita itu menurut untuk masuk ke rumah.Angga menghela napas panjang begitu siluet Anggita tak terlihat lagi. Kini ia menatap tajam pada Indri setelah sebelumnya enggan sekali menatapnya."Mau kamu apa?" Angga tidak membentak, tetapi suaranya cukup menggetarkan kepercayaan diri Indri.Indri memilih bungkam. Untuk menutupi kegusarannya, ia membuang muka dan masih b

    최신 업데이트 : 2025-02-07
  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Bukti

    "Apapun akan aku lakukan asal kamu enggak ninggalin aku, Shan!" Angga membanting pintu mobilnya dengan keras, kemudian melangkah memasuki rumah."Assalamualaikum! Shan! Shania! Kamu dimana, Shan?"Berkali-kali Angga memanggil Shania, tetapi sama sekali tidak ada jawaban. Angga takut sekali Shania pergi dari rumah, meski mobilnya ada di halaman."Astaga, kamu dimana, Shan?" Angga pun mencari di seluruh penjuru rumah. Sampai akhirnya, ia menemukan istri dan ibunya sedang berada di teras belakang. Angga menghela napas lega."Bu." Angga langsung mendekat dan mencium tangan ibunya."Loh, kamu enggak jadi keluar kota, Ga?" tanya Bu Rani yang sedang disuapi bubur menantunya.Angga menggeleng. "Enggak, Bu."Angga kemudian menoleh ke arah Shania. Menatap lembut wanita yang tengah mengandung buah hatinya. "Kita bicara dulu, yuk, Shan.""Aku sedang nyuapi ibu," tolak Shania tanpa menatap suaminya. Dadanya teramat sesak mengingat kebohongan Angga.Tanpa bertanya, Bu Rani tahu kalau anak dan mena

    최신 업데이트 : 2025-02-07
  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Tamu

    "Kamu kan, tahu sendiri gimana dulu Indri ninggalin aku, Shan. Di saat aku bangkrut, aku butuh dukungan, dia malah ninggalin aku. Mana mungkin aku balikan sama orang yang udah buang aku?"Tak sepatah kata pun keluar dari bibir Shania. Hatinya masih ragu dengan segala yang terucap dari bibir suaminya itu."Sekarang kamu enggak usah mikir yang aneh-aneh lagi, ya! Fokus sama kehamilan kamu, sama bayi kita," lanjut Angga.Lelaki itu mengelus perut Shania yang masih rata. "Aku janji bakal jadi suami dan ayah yang baik buat kalian. Aku janji akan buat kamu jadi wanita paling beruntung di dunia, karena kamu udah mau menerimaku sebagai suami kamu. Aku janji, Shan. Percaya sama aku!" Shania semakin ragu. Apalagi selama ini, Angga nyaris tak pernah berkata-kata manis seperti itu. Sepengatahuan Shania, Angga bukan sosok laki-laki romantis. Namun, tiba-tiba setelah peristiwa tadi, Angga bersikap semanis itu.Shania justru jadi teringat perkataan salah seorang temannya. Biasanya untuk menutupi k

    최신 업데이트 : 2025-02-07
  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Permintaan Gila

    "Sebelum sama Mas Angga, kamu masih gadis, kan? Kenapa mau dijodohkan sama duda anak satu? Apa karena Mas Angga udah mapan jadi kamu mau? Padahal selain duda anak satu kalian juga terpaut umur yang cukup jauh, kan?" Indri menarik sebelah bibirnya sembari menatap Shania dengan sinis."Sayangnya walaupun udah nikah lagi, kasih sayang Mas Angga masih utuh untuk kami," imbuh Indri. "Sepertinya benar ya, kalau cinta laki-laki itu bakal habis untuk cinta pertamanya.""Oh, ya?" Shania tidak terpengaruh sedikitpun. "Mbak Indri bangga banget kayaknya ya, masih dicintai sama mantan suami? Belum move on, Mbak?""Sepertinya sih, Mas Angga yang belum move on," sahut Indri tak mau kalah. "Secara aku kan, cinta pertamanya, pacar pertamanya, dan juga istri pertamanya.""Oh, ya? Mbak seneng banget dong, ya? Selamat deh, kalau gitu. Tapi jangan lupa, Mbak. Mbak Indri juga mantan istrinya!"Mata Indri melebar mendengar perkataan Shania. Ia tidak menyangka wanita berwajah lembut itu mampu berkata setajam

    최신 업데이트 : 2025-02-07
  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Sekamar dengan Mantan

    "Jangan gila kamu, In!""Kenapa? Aku juga istri kamu, Mas!""Jangan bercanda kamu, In. Mana mungkin kalian tinggal di sini." "Kenapa enggak mungkin? Aku juga berhak tinggal di rumah ini. Tinggal bersama-sama dengan kamu!""Jangan ngaco kamu, In!""Ngaco kamu bilang, Mas?""Tentu saja! Apa namanya kalau bukan ngaco?""Aku istri kamu, Mas! Aku juga ingin bisa terus sama-sama dengan kamu! Kamu pikir, aku enggak sedih selalu sendirian di rumah? Setiap malam aku bahkan ngebayangin kamu sedang mesra-mesraan sama perempuan itu?" Satu bulir bening terjatuh dari pelupuk mata Indri."Hati aku sakit, Mas. Aku ... enggak rela suamiku bersama perempuan lain." Indri tersedu-sedu. "Perempuan mana yang sanggup membayangkan orang yang paling dicintai bermesraan dengan perempuan lain? Perempuan mana, Mas?""Aku ngerti, In. Tapi ...."Aku enggak sanggup, Mas. Aku enggak sanggup .... Tiap malam, aku bahkan enggak pernah bisa tidur karena mikirin kamu ....""Aku ngerti, In." Angga memegang kedua bahu In

    최신 업데이트 : 2025-03-15
  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Keputusan

    "Jadi, acara meeting kamu di luar kota gimana, Mas?" tanya Shania saat Angga bersiap berangkat ke kantor.Lelaki yang tengah mengenakan jam tangan itu terkejut dan menoleh ke arah istrinya. "Ehm ... anu ... itu, daripada aku telat udah absen kemarin, aku izin untuk bulan ini," dusta Angga."Bisa gitu, ya?" sahut Shania sembari mengenakan hijab di depan cermin meja riasnya."Ya gimana lagi. Namanya juga ada kepentingan yang lebih penting." Lelaki bertubuh tegap itu berjalan ke arah Shania. Dipegangnya bahu istrinya itu agar menghadapnya. "Kamu tahu apa yang lebih penting buat aku saat ini?" Shania menggeleng ragu."Astaga! Kamu enggak tahu, Shan?"Shania kembali menggeleng."Astaga .... Buat aku, kamu yang paling penting, Shan! Kamu lebih penting dari semua yang ada di hidup aku, Shan. Itu sebabnya aku milih pulang buat lurusin semuanya sama kamu. Karena aku enggak akan bisa tenang, seandainya kemarin tetap berangkat buat meeting. Sementara kamu salah paham sama aku."Shania ragu unt

    최신 업데이트 : 2025-03-15
  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Strategi

    "Baik, Mas! Antar mereka! Pastikan mereka baik-baik saja sampai rumah. Aku janji, ke depan enggak akan pernah lagi merepotkan kamu! Selamanya!""Sh-Shania, kenapa kamu ngomong gitu?" Angga terkejut dengan respon istrinya."Kenapa? Bukannya itu yang kamu mau?""Ta-tapi ....""Udah, Mas," potong Indri. "Daripada kamu sama istri kamu jadi bertengkar, aku pulang sendiri enggak apa-apa. Aku udah terbiasa apa-apa sendiri, kok. Toh, kalau aku sama Gita kenapa-napa, enggak akan ada yang kehilangan kami." Indri berusaha menarik simpati Angga."Udah, antar mereka, Mas! Tenang aja. Lagian ini bukan kali pertama aku periksa kandungan sendiri."Tak mau banyak drama, Shania langsung meninggalkan mereka. Wanita itu memilih untuk bersiap ke dokter.Tak berselang lama, Angga menyusul.Keduanya sama-sama diam meski berada di ruangan yang sama. Sebenarnya Angga ingin meminta maaf kepada Shania, tetapi gengsinya terlalu tinggi. Suara notifikasi dari ponsel Shania memecah keheningan. Wanita bermata benin

    최신 업데이트 : 2025-03-15

최신 챕터

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Ending

    "Segitunya kalian mencampuradukkan masalah pribadiku sama kerjaan! Sampai tanpa sepengetahuanku kalian mengacak-acak ruang kerjaku!? Kalian nemuin bukti kesalahan yang udah aku lakuin selama kerja di sini!? Mau jadiin itu alasan buat pecat aku!?" seru Angga seperti orang kesetanan.Shania tertegun mendengar itu. Ada rasa bersalah yang tiba-tiba mencengkeram dadanya. Namun, saat ini memang itu yang ia inginkan. Ia tidak ingin melihat Angga lagi.Sejurus kemudian Shania melangkah lebar mendekati Angga dan tim audit serta Andreas. Dengan kepala tegak ia berkata, "Enggak pantas kamu bicara sekasar itu pada atasanmu, Pak Angga!" "Oh, jadi kamu yang nyuruh mereka menggeledah ruanganku?" Angga menunjuk wajah Shania."Ya. Kamu mau apa?""Dasar perempuan licik!" umpatnya dengan mata penuh kebencian."Dan kamu masih mau bekerja di perusahaan perempuan yang kamu sebut licik ini?""Shit!" seru Angga. Ia terjebak dengan ucapannya se

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Keributan

    "Bisa enggak aku cuma pergi sama Shania?" Angga menatap Hamish tidak suka. "Masih banyak hal yang harus kami bicarakan. Dan satu lagi, status Shania sekarang ... masih sah sebagai istriku!"Hamish mengedikkan bahu sembari membuang napas. "Are you okay, Shan?"Shania mengangguk. "Yeah.""Oke, hati-hati," pesan Hamish."Kita makan siang bareng lain kali, ya?""Oke.""Ayo!" ajak Angga yang sudah tidak sabar untuk menjauhkan Shania dari Hamish.Shania pun mengekori langkah Angga. Sebenarnya ia enggan pergi berdua dengan Angga. Hanya saja ia tak mau melibatkan Hamish dalam permasalahan pribadinya.Di mobil Shania memilih diam. Ia tidak ingin membahas apapun dengan Angga. Baginya semua sudah selesai tinggal menunggu proses pengadilan. "Shan," panggil Angga yang sejak tadi merasa didiamkan."Hem.""Kok, gitu sih, Shan, jawabnya?" protes Angga karena selama menjadi istrinya Shania tidak perna

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Gagal

    "Sus, gimana kondisi anak saya?" tanya Angga begitu salah seorang perawat keluar dari ruang PICU."Bapak sama Ibu diminta dokter untuk masuk," ucap perawat tersebut tanpa menjawab pertanyaan Angga.Indri menatap wajah Angga dengan cemas. Jantungnya berdegup kencang. Ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.Angga mengangguk, memberi keyakinan pada Indri bahwa Anggita pasti baik-baik saja. Lelaki itu kemudian menggenggam erat telapak tangan Indri. "Mari!" ajak perawat berseragam biru muda tersebut.Angga dan Indri mengekori perawat itu.Setiap langkah, Indri seperti sedang menapaki lempengan es yang rapuh. Yang sewaktu-waktu bisa retak, kemudian mereka semua terjerumus ke dalam air yang dalam dan teramat dingin. Suara monitor semakin membuat jantung Indri tak karuan. Berkali-kali ia memukul-mukul dadanya agar jantungnya baik-baik saja."Selamat pagi, Pak, Bu," sapa dokter yang berdiri di sisi tempat tidur Anggita."Selamat pagi, Dok. Gimana kondisi putri kami, Dok?" kejar Angga yang

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Ketakutan

    Entah sudah berapa lama Indri menangis di bawah gerimis. Tatapannya tak lepas dari rumah yang kini gelap gulita di depannya. Padahal sekitar seminggu yang lalu, ia masih nyaman menempati rumah itu. Rumah yang segala kebutuhannya ditanggung sepenuhnya oleh Angga."Mas ...." Indri meratap. Ia ingin sekali bersujud dan memohon ampun kepada Angga."Aku benar-benar minta maaf ...."Entah berapa kali Indri menggumamkan kalimat itu sambil tergugu. Seolah-olah Angga sedang berada di depannya. Sampai akhirnya ponsel di tasnya berdering. Dengan cepat Indri merogoh ponselnya. Kemudian melihat siapa yang menghubunginya malam-malam begini."Mas Angga," gumam Indri. Rasanya ia tak percaya kalau laki-laki yang sedang ia tangisi menghubunginya. Langsung saja Indri mengangkat panggilan tersebut."Ha-halo, Mas," sapa Indri."In ...." Suara berat Angga terdengar dari seberang. Indri tak langsung menjawab. Tenggorokannya tercekat sampai ia

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Rumah

    Shania terpaku mendengar suara lirih itu. Kata 'Bunda' terucap begitu pelan, tetapi cukup jelas di pendengaran Shania. "Gita, Gita ingin ketemu Bunda?" tanya Shania.Namun, gadis kecil itu kembali tidak merespon. Sama sekali."Ayo, bangun, Sayang! Ayo kita ketemu Bunda! Bangun, Sayang!" Shania terus berbicara di dekat telinga Anggita, tetapi balita itu sama sekali tidak merespon.Setelah beberapa saat mencoba membangunkan Anggita dan tidak berhasil, Shania bergegas melangkah keluar. Ia ingin memberitahu Angga kalau Anggita memanggil-manggil bundanya."Mas! Mas Angga!" panggil Shania begitu keluar dari pintu.Angga dan Hamish yang sejak tadi duduk diam langsung berdiri dan mengejar Shania."Ada apa, Shan? Gita gimana?" Angga sangat panik takut terjadi sesuatu dengan putrinya."Gita ... dia ... manggil-manggil bundanya, Mas. Dia manggil-manggil bundanya."Bahu Angga langsung terkulai lemas. "Gita udah siuman?" tanya Hamish.Shania menggeleng. "Belum. Tapi dia beberapa kali manggil-man

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Ruang PICU

    "Kita ke rumah sakit sekarang!""Tapi, Ham ....""Kita liat dulu kondisi Gita. Setelahnya kita bisa putusin nanti mau gimana."Meski sebenarnya Shania merasa sangat tidak enak dengan Hamish, tetapi ia sangat terharu dengan keputusan yang Hamish ambil."Iya, Shan. Benar. Kalian ke rumah sakit aja dulu sekarang!" titah Renata. Ia tak tega jika sampai terjadi sesuatu dengan Anggita. Lebih tepatnya Renata masih trauma dengan kematian Bu Rani, takut kalau-kalau Anggita akan mengalami hal serupa dengan neneknya."Ya udah, kami pamit ke rumah sakit dulu, Tan, Om," pamit Hamish."Titip Shania, Ham," ucap Akbar yang sedari tadi hanya diam. Lelaki itu merasa dilema. Ia tidak ingin Shania terus berurusan dengan Angga, tetapi juga tidak tega dengan Anggita."Siap, Om."Shania dan Hamish kemudian berjalan keluar menuju mobil Hamish. Menapaki barisan paving yang masih basah. Beberapa kali mereka harus melompat kecil untuk men

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Janji

    [Shan, aku di rumah Om Akbar. Kamu ada lembur?]Shania menatap layar ponselnya dengan mata yang lelah, lalu tersenyum tipis saat membaca pesan itu.[Enggak, ini lagi siap-siap pulang.][Sip, deh. Nanti temenin aku cari kado, ya?][Oke.]Shania merapikan berkas-berkas di meja. Ruang sekretaris yang menjadi tempat kerja Shania cukup sepi. Hanya tersisa suara gemerisik AC dan detik jam di dinding. Aroma kopi yang samar masih menggantung di udara ketika Hendra mendekat ke arahnya. Dasi laki-laki itu sudah sedikit longgar. Namun, tak mengurangi ketampanannya.“Udah mau pulang, Shan?” tanya Hendra sambil tersenyum manis.“Iya, Hen. Aku duluan nggak apa-apa, ya?” Shania balas tersenyum, tapi ada lelah di matanya yang tak bisa disembunyikan.“Tentu aja, santai.” Hendra melipat tangannya di dada. “Angga udah kasih kabar?”Shania menghela napas lalu menggeleng pelan. “Belum. Tapi soal meeting tadi kayaknya aman dipegang Om Andreas.”“Baguslah. Tapi tetap aja, nggak seharusnya dia ninggalin tang

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Menghilang

    Tanpa Shania duga, lelaki yang wajahnya penuh lebam itu tiba-tiba berlutut di depannya."Aku mohon, Shan. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku mohon .... Demi ibu, demi Gita, dan demi pernikahan kita berdua. Aku mohon, Shan ...."Shania menggelengkan kepala. "Maaf Mas ....""Shan! Aku mohon!" potong Angga. Ia tidak ingin mendengar penolakan dari Shania. "Oke! Aku ngaku salah. Tapi, tolong beri aku kesempatan, Shan! Aku janji bakal perbaiki semuanya. Aku janji bakal jadi suami yang baik buat kamu."Angga memegangi lutut Shania dengan erat."Shan, kamu tau, aku udah enggak punya siapa-siapa lagi. Ibu udah pergi, apa iya, kamu juga akan pergi ninggalin aku dan Gita? Gimana aku sama Gita harus lanjutin hidup, Shan? Gimana?""Mas, tolong lepas!" Shania berusaha melepas cekalan tangan Angga di lututnya. Namun, Angga justru semakin mempereratnya."Enggak, Shan. Sebelum kamu maafin aku, aku akan terus ka

  • SEBATAS TEMPAT SINGGAH    Tak Biasa

    Shania terdiam mendengar permintaan polos Anggita. Hati kecilnya semakin tersayat. Ia sangat tidak tega saat menatap mata tanpa dosa balita itu."Emang Bunda Gita enggak mau ke sini?" tanya Shania hati-hati.Anggita terdiam dan menatap Shania cukup lama. Sampai akhirnya sorot itu semakin layu, baru kemudian menjawab, "Bunda sama Ayah bertengkar, Bu. Terus ... Gita diajak Ayah pulang ke sini. Bundanya pergi sama Om Hilmi. Tapi ... tadi pas sampai di sini ...." Anggita terlalu sedih untuk melanjutkan perkataannya. Mengingat betapa takutnya ia tadi saat melihat ayahnya dipukuli oleh orang yang selama ini ia panggil Kakek Akbar.Shania semakin merasa bersalah. Kini ia paham dengan nasehat papanya dulu. "Tidak akan ada kebaikan yang kamu dapat, dari mengedepankan emosi. Tahan diri, tunggu tenang sebentar, lalu bicarakan baik-baik. Karena kalau tidak, yang ada semua akan hancur. Tidak hanya yang melakukan kesalahan aja. Tapi, semua orang yang

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status