Share

Penyegelan Rojer

Bab 2

...

Masih dalam ingatan Karent...

Rojer berhasil masuk ke kamar Karent dan mulai menggeledah kamar itu.

Di mulai dari tempat tidur Karent, tidak butuh waktu lama untuk menggeledah kasur itu.

Karena benda yang ia cari telah di temukan, yaitu Mutiara Suci.

Cring ...

Kilauan cahaya keluar dari mutiara itu dan menyilaukan matanya, memaksa Rojer untuk berpaling.

Rojer menggenggam mutiara itu dan bergegas keluar dari kamar Karent.

"Akhirnya aku bisa mendapatkan kalung ini, ini adalah mutiara yang paling berharga!" ucap Rojer senang ketika ia berhasil mendapatkan barang yang dia cari.

Ketika akan melewati gerbang, ia melihat Trisno dan beberapa pelayan lainnya sedang berdiri mengobrol di pintu gerbang.

Rojer langsung menyembunyikan mutiara itu dan ia bergegas melewati orang-orang.

"Rojer, sejak kapan kau di sini?" tanya Trisno.

Baru saja Rojer akan menjawab, muncul Karent dari belakang.

"Berhenti, jangan coba-coba keluar dari kuil ini!" dengan lantang Karen memberi perintah.

Karent menghampiri Rojer dengan wajah penuh kemarahan.

PLAK!

Karent menampar Rojer dengan keras, hingga telapak tangannya membekas dipipinya.

"Siluman penghian*t!" maki Karent dengan penuh emosi. "Tidak tahu diuntung dan tidak tahu terima kasih, bajing*n!"

"Apa maksud semua ini?" tanya Rojer dengan wajah yang dibuat bingung.

Karent masih menatap matanya dengan tajam.

Trisno dan beberapa orang lainnya menyadari bahwa Rojer telah mengambil mutiara suci itu, "Dasar siluman anj*ng! Rupanya kau telah mengambil mutiara suci, kami?"

Rojer menyadari bahwa perbuatannya telah diketahui oleh mereka dan akhirnya memutuskan untuk bertarung.

Srekkk ...

Rojer mengeluarkan pedangnya dan mulai mengarahkan pedang itu ke arah Karent dan penjaga kuil lainnya.

"Sepertinya aku sudah ketahuan yah," ucapnya sembari tersenyum.

"Anj*ng!" maki Karent.

Pertarungan tidak dapat dihindari, Rojer mengayunkan pedangnya ke arah Trisno.

Trisno dapat mengelak, lalu dia mengeluarkan pedangnya dan menyerang Rojer.

Memang pada dasarnya Rojer adalah Setengah Siluman Anjing jadi dia bisa mengelak tebasan pedang milik Trisno dengan mudah.

Orang-orang yang berkumpul dengan Trisno tadi ikut bergabung untuk membantu.

Mereka bergantian menyerang Rojer dengan tangan kosong. Rojer bisa mengelak serangan mereka dengan mudah.

"Kembalikan mutiara suci kami, brengs*k!" maki Karent.

Sret!

Karent berlari dan melompat ke arah Rojer, dirinya berhasil duduk dipundaknya.

Rojer kesulitan untuk bergerak dia berusaha untuk menjatuhkan Karent dari pundaknya, tapi karena bentuk tubuh Karent yang kecil jadi dia agak susah membuatnya jatuh karena keseimbangannya yang kuat.

Karent mencekik lehernya dan di saat itu juga Trisno membantu Karent lalu dia menendang Rojer hingga jatuh tersungkur.

Ugh!

Saat Rojer jatuh Karent menghampirinya dan ingin mengambil mutiara suci, namun yang terjadi...

Jleb!

Karent tertusuk pedang Rojer.

"Argh!" Karent meringis.

"Kau selalu saja menghalangiku, maafkan aku jika kau tertusuk pedangku," ucap Rojer.

Karent jatuh tersungkur, dan Trisno yang melihatnya menghampiri Karent.

"K-k-kau, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" keluar sumpah dari bibir Karent yang mungil.

"Karent, kau baik-baik saja?" tanya Trisno khawatir.

Rojer bangkit berdiri dan dirinya masih tetap menggenggam mutiara suci.

"Mutiara suci ini akan menjadi milikku dan kalian tidak bisa merebutnya dariku!" ungkap Rojer lalu pergi.

Dirinya menuju hutan larangan.

"K-k-kejar dia! A-a-aku akan menyusul. Jangan biarkan dia memiliki mutiara suci itu, Trisno!" perintah Karent.

Tanpa banyak bicara Trisno langsung mengejar Rojer yang mengarah ke dalam hutan larangan.

Karent di bantu berdiri oleh orang-orang penjaga kuil.

"Terima kasih. M-m-maaf aku tidak bisa menjaga mutiara itu," ujar Karent.

"Tidak apa-apa, kau sudah melakukan tugasmu dengan baik, Karent!" ucap penjaga kuil yang bertubuh gempal.

Karent masih merasa bersalah dan dia tidak ingin membuang waktu, dengan keadaan yang masih dirasa baik-baik saja dia menuju kamarnya dan mengambil pistol khusus untuk menyegel siluman.

Lalu, dia menyusul Trisno yang telah berjalan lebih dulu menuju hutan larangan.

...

Kembali ke adegan Karent berjalan menuju rumah sang adik...

Dalam perjalanan menuju rumah adik Karent...

Akh!

Karent terjatuh, ia kehabisan banyak darah, Trisno mulai khawatir dengan keadaanya.

"Karent, kau tidak apa-apa?" tanya Trisno khawatir.

"A-a-aku sudah t-t-tidak sanggup lagi, Trisno," ungkap Karent yang mulai kehabisan tenaga.

"Ayolah Karent, sedikit lagi kita sampai ke rumah Elis adikmu," Trisno menyemangati Karent.

"Aku akan, menggendongmu." Trisno membantu Karent.

Dia menggendong Karent lalu mereka mulai berjalan kembali menuju rumah Elis.

Di Kediaman Elis ...

Elis adalah seorang pendeta, sejak kecil dia memiliki kekuatan untuk memurnikan segala jenis kekuatan sihir yang menempel pada diri seseorang, juga dia dapat membedakan mana manusia dan mana siluman.

Berbeda dengan Karent, dirinya hanya bisa merasakan keberadaan siluman dia tidak bisa membedakan siluman dengan manusia, namun kekuatan Karent jauh lebih besar dibanding Elis.

Elis membuka rumah berobat sederhana di kediamannya, dan hari ini begitu banyak pasien yang datang.

"Rupanya kau terkena mantera sihir nona," ucap Elis pada salah satu pasien wanitanya yang keadaannya benar-benar memprihatinkan.

"Apakah saya bisa sembuh, Pendeta?" tanya wanita yang tubuhnya terlihat hanya tulang saja.

"Tentu saja kau bisa sembuh, aku akan membantumu untuk menghilangkan mantera dari tubuhmu yang tinggal tulang itu." Ucapnya sambil meraba kepala wanita itu.

Pst! Pst! Pst!

Elis mengeluarkan mantera dari mulutnya, seketika itu juga keluar roh dari kepala wanita itu.

Akh!

Teriak wanita itu kesakitan ketika dia merasakan ada sesuatu yang keluar dari kepalanya.

Lalu wanita itu pingsan.

"Cih! Siluman apa kau, kenapa tampangmu begitu jelek?" gerutu Elis ketika melihat wujud siluman yang keluar dari tubuh pasiennya.

Rupanya bentuk siluman itu sangat menjijikan, bentuknya pendek, wajahnya jelek dan badanya berlendir.

"Kurang ajar, kepar*t! Beraninya kau mengeluarkan aku dari tubuh, buruanku?" maki si siluman jelek itu kepada Elis.

"Apa, beraninya kau memakiku? Set*n!" ucap Elis dengan emosi.

Dia menghampiri siluman itu dan mulai menginjaknya, siluman itu kesakitan.

"Akh! Au, hentikan!" teriaknya agar Elis menghentikan injakannya.

"Hentikan? Kau sudah berani memakiku lalu kau mau aku menghentikan, injakanku?" Elis semakin jengkel mendengar ucapan siluman jelek itu.

Lalu dengan geram dia menendang siluman itu jauh ke atas awan sampai tidak terlihat lagi jejaknya.

Elis puas karena ternyata mudah untuk mengusir siluman jelek itu dari hadapannya.

Dia kembali ke pasiennya dan melihat sedikit demi sedikit tubuh wanita itu mulai kembali seperti semula.

"Akhirnya kau sudah sehat, nona." ucapnya sambil mengelus kepalanya dan membiarkan pasiennya istirahat sejenak.

Tok ... Tok ...

Terdengar ketukan pintu.

Elis segera menuju ke arah pintu depan dan mendapat Trisno sedang menggendong Karent dipunggungnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status