Share

LUKA LARA

"Assalamualaikum mbak indah"

"Waalaikumsallam Anggii" 

Mbak indah memeluk erat gadis mungil itu "makin kecil aja kamu nggi"

"Iih mbakk"

"Iy bawaanya berat berat terus sih, manknya tambah kecil"

"Satu lagi nih ikut ikut" 

Elang memeluk erat mbak indah sangat lama, seolah olah ia gak ingin melepaskan perempuan yang dari kecil merawatnya itu. "Mbak aku bawain buah ini, kata dokter tadi susah makan ya..." 

"Kok repot repot sih tuan" 

"Soalnya mbak gak mau makan. Mbak harus makan"

"Iya iya"

"Sini, aku suapin"

Elang dengan telaten menyuapi buah buah itu, Anggi selalu terharu saat Elang mulai menunjukkan sisi kedewasaannya yang ini. Ia merapikan rambut mbak indah yang berantakan. Lalu sekali lagi memberikan buah kedalam mulutnya. 

"Gimana tuan, sekolahnya hari ini?"

"Aku menang basket mbak" 

"Gak buat ulah lagi kan?"

"Elang gak buat ulah? Mana bisa sih mbak" 

"Elang..." 

"Mbak, si ukhti ini cupu. Dia gak pernah pergi kemana mana selain ke masjid sama perpustakaan. Gak bakal tau aku kayak gimana"

"Eh ngaco kamu El" 

"Emank kamu pernah pergi kemana sih aku tanya" 

"Liat basket, kantin! Kok! Ke Mall, gue kayak cewek biasa kali! Kemarin juga ke Dufan"

"Sama siapa"

"Temenlah"

"Cowok cewek?"

"Mawar , Revi" 

"Tuh kan mbak dia cupu"

"Biarin, ketimbang gue pergi sama lawan jenis. Kayak lu sama Bulan.. nimbulin gosip yang enggak enggak malah" 

"Nona Bulan? Tuan masih sering pergi sama Nona Bulan ?!"

"Iya mba, . ." Elang menggaruk kepalanya "masalahnya dia sering ngajak. Daripada dirumah ya mending pergi aja kan"

Mbak indah menatap Anggi , mencoba menerka nerka bagaimana perasaan gadis kecil itu sekarang. Dan jelas gak butuh waktu lama untuk memastikannya karena mereka sama sama wanita. 

"Jangan kebiasaan gitu, inget kamu udah punya Anggi juga loh. Emank kamu gak mikirin perasaan Anggi yang denger gosip gosip seputar kamu sama bulan" Elang dengan spontan menatap Anggi

"Ahh enggak papa kok mbak"

Mbak indah diam, sekarang dua orang itu menatap Anggi, seperti mencoba mengintrogasi perempuan itu dari stiap tingkah yang ia buat. 

"Iih. Jangan gitu ahh" 

Elang menyeringai "cemburu ya?"

"Enggak" 

"Enggak tuh, mba ... Gapapa kan berarti kalo aku jalan sama Bulan" 

"Kalo Anggi gapapa, brti kasian di Bulan. Semua orang tau bulan itu suka sama kamu. Dan sekarang kamu kasih harap ke dia?"

"Jadi beneran Bulan suka sama Elang, bukan cuma buat main main aja"

"Enggaklah ngii" Mbak indah menatap serius ke Elang "Dia serius suka sama kamu Elang, dan kamu tau itu" mbak indah sekarang coba menegaskan. 

"Mbakk, tenang elang udah coba ngasih batas kok. Tapi ya memang, karena Bulan juga temen lama Elang. Elang gak bisa gitu aja beri dinding ke dia kan" 

Hati Anggi seperti terhantam peluru sekarang, bukan perkara tentang Bulan tapi kebohongan yang Elang lakukan. 

Anggi memberi jeda nafas yang panjang, untuk menutupi rasa sakit, sembari mendengar cerita Elang mengenai Bulan. 

"Mau pergi" 

"Hah?"

"Iya mbaak udah malam... Belom mandi juga nih aku. Nanti kalo temen temenku sadar aku belom pulang ke kos, pasti mereka khawatir"

"Yaudah aku anter"

"Gausah!!" Anggi tersenyum saat sadar nada tingginya mengema diruangan. "Aku bisa pakek gojek" Anggi dengan langkah kecilnya secepatnya keluar dari ruangan mbak Indah. 

"Aku anter pulang ya" suara bas itu sudah berada disebelah kiri Anggi.

Anggi menoleh pada Elang "Kamu sama mbak indah aja"

"Cie cemburu"

Anggi menoleh kembali pada elang "iih, enggak" 

"Halah.." Elang tersenyum, mulai menggoda Anggi.

"Emank..kok ngapain juga"

"Berarti gapapa dong , kalo weekend gue sama Bulan"

"Silahkan. . . Seharian sama dia juga gapapa!!. Toh hubungan kita juga sebenarnya gak ada" 

"Gak ada?"

"Iyakan? Semua orang gak tau hubungan kita apa. Berarti hubungan kita nyatanya gak ada"

"Dari mana kamu dapet presepsi begitu"

"Hubungan emank gitu. Buat apa ada hubungan kalo lingkungan sekitar gak tau. Cuma kayak virtual aja. Gak nyata sama sekali. Kayak halu nya gue doang"

"Ini pasti efek kamu lagi haid" 

"Gak usah salahin Datang Bulan gue!!"

"Oke .." Elang kembali melangkah, kini langkahnya ia buat lebih pelan agar berada dibelakang Anggi. Sembari berhati hati dalam segi apapun , kata atau kelakuan. "Jadi gue antar kan?"

"ENGGAK!"

"oke gue antar"

"Kan gu-"

"Gak mau ahh kalo kamu lagi kayak gini, lebih baik kamu omelin aku gini terus ketimbang harus liat kamu pergi dengan keadaan gak stabil gini. Nanti kamu kenapa kenapa dijalan gimana?" Elang masih mencoba menjelaskan dengan nadanya yang tenang. Ia yang terkenal jadi singa, benar benar berbeda dihadapan Anggi yang manja. 

Anggi menatap wajah serius Elang, sebenarnya dia cukup takut jika wajah serius Elang itu mulai muncul didepannya. Seperti burung elang sungguhan yang akan menerkam mangsanya. "Baik" jawabannya yang akhirnya tetap kalah dengan wajah serius Elang. 

Tak ada percakapan didalam mobil , hanya siulan pak Eko sesekali, yang berkonsentrasi pada jalannya. 

"Aku cuma mau ngelindungi kamu doang loh.." 

"Hmm"

"Hemm?"

"Terus aku mau ngomong apa? Aku bilang aku dah tau resikonya kok. Pasti kamu juga bakal tetep nutupin itu. Yah gapapa sih wajar kamu malu punya cewek kayak aku"

"Terserah" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status