Home / Romansa / SEDIKIT LAGI, SAYANG! / 23. MULAI MALAM INI, TIDUR SATU KAMAR.

Share

23. MULAI MALAM INI, TIDUR SATU KAMAR.

last update Last Updated: 2025-12-10 13:38:18

“Mas? Kamu yakin sama omongan kamu tadi di makam Mama aku?” tanya Cindy sambil menatap Nathan yang sedang berkendara. Suaranya pelan, tapi ada getaran takut sekaligus harap.

“Mau makan apa?” tanya Nathan tanpa menoleh sedikit pun pada Cindy.

“Mas... jawab dulu,” ucap Cindy, mulai kehilangan kesabaran.

“Makan di mana?” ulang Nathan lagi, nada suaranya datar namun terdengar seperti menahan sesuatu.

“Mas...” Cindy menghela napas panjang, lalu berpaling ke jendela. “Nggak makan. Aku nggak mau,” ucapnya lirih, menahan kecewa yang mulai menusuk dadanya.

Nathan tak menjawab. Ia langsung mengambil lajur kiri menuju restoran. Cindy hanya melirik dengan rahang mengeras, menahan kesal yang mulai naik ke dada.

“Tunggu di sini,” ucap Nathan datar setelah mobil terparkir rapi, lalu keluar tanpa menoleh.

Cindy tidak menjawab. Diamnya terasa seperti balasan tipis-tipis yang penuh sakit hati.

Dari dalam mobil, Cindy memperhatikan Nathan memasuki restoran. Ia berdiri di depan meja pesan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   56. TES KESUBURAN TAPI KEBABLASAN.

    Cindy dan Nathan tampak berbincang singkat dengan seorang perawat. Setelah itu, keduanya diarahkan menuju lift. “Lantai lima,” ucap perawat tersebut ramah. Shella yang berdiri tak jauh dari mereka langsung menajamkan pendengarannya. Begitu melihat Cindy dan Nathan masuk ke dalam lift, ia segera menyusul dan berdiri di sudut, berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Di dalam lift, pandangan Shella tertumbuk pada papan petunjuk lantai yang terpasang di dinding. “Lantai dua: radiologi. Lantai tiga: laboratorium. Lantai empat: penyakit dalam. Lantai lima: obgyn.” “Obgyn? Organ dalam?” gumam Shella pelan, alisnya berkerut. “Apa sih maksudnya?” bisiknya lagi, jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Lift berhenti di lantai lima dengan bunyi ding pelan. Cindy dan Nathan melangkah keluar lebih dulu, berjalan berdampingan menuju sebuah ruangan dengan papan nama dokter yang terpampang jelas. Tanpa menoleh ke belakang, mereka masuk ke dalam ruang praktik. Shella menelan ludah.

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   55. SHELLA MENGIKUTI KEMANA CINDY DAN NATHAN PERGI? NGAPAIN?

    “Kenapa juga lo cari masalah sih? Udah gue bilang, jangan lo campuri urusan Nathan,” ujar Bayu pada Shella saat keduanya tengah membuat kopi di pantry. Nada suaranya rendah, menahan kesal. “Masalahnya, gue ngerasa Nathan ngebohongin gue, Bay…” balas Shella pelan. Tangannya berhenti mengaduk kopi, rahangnya mengeras. Bayu mendengus kecil, lalu menoleh tajam ke arah Shella. “Shella, gue tanya sama lo. Emangnya kapan sih Nathan pernah nyatain perasaan ke lo?” katanya datar, tapi menusuk. “Kalian cuma deket kayak biasa. Nggak lebih.” Ia menyandarkan pinggul ke meja pantry, menyilangkan tangan di dada. “Bukan berarti dia sering bantu lo, anterin lo pulang, terus otomatis pacaran sama lo,” lanjut Bayu. Bayu terkekeh singkat, tapi tanpa humor di matanya. “Terus gue gimana? Gue juga sering kan anterin lo pulang?” Ia mengangkat alis. “Apa supir taksi juga lo anggap pacar lo?” Kata-kata itu menggantung di udara, membuat Shella terdiam, dadanya naik turun menahan emosi yang tak s

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   54. RENCANA KE DOKTER KANDUNGAN

    “Nath… besok jangan halangi aku buat ngomong ke keluarga kamu,” ucap Cindy lirih sambil memejamkan mata, tubuhnya bersandar rapuh dalam pelukan Nathan malam itu. “Aku nggak bakal halangi kamu buat ngomong apa pun, selama itu benar,” jawab Nathan pelan. Ia ikut memejamkan mata, mempererat pelukannya seolah ingin memberi rasa aman yang selama ini kurang. “Jangan tinggalin aku,” pinta Cindy dengan suara bergetar, nyaris seperti bisikan yang lahir dari ketakutan terdalamnya. “Nggak akan pernah,” ucap Nathan tegas namun lembut, dagunya bertumpu di puncak kepala Cindy, menegaskan janji yang akhirnya ia ucapkan tanpa ragu. ••• Pagi menyapa keluarga Nathan, dengan topik bahasan yang sama. “Yang Papa tahu, ibunya memang sakit keras, Ma. Papa pernah lihat dia di rumah sakit, ketemu dokter di Cipto,” ucap ayah Nathan pagi itu, suaranya terdengar lebih tenang, mencoba meluruskan keadaan. “Udahlah, itu bukan urusan kita, kan?” sahut ibu Nathan dingin, tanpa menoleh, seolah topik itu tak

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   53. RAHASIA TERBONGKAR. IBU NATHAN MENGAMUK.

    “Gila!” ucap ibu Nathan saat baru saja tiba di kediamannya. “Mama… baru pulang kok udah marah-marah?” sahut ayah Nathan, mencoba menenangkan suasana. “Papa tahu nggak? Hari ini ada kejadian yang bikin mama gila dan marah!” ucap ibu Nathan sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa, matanya menatap tajam ke arah suaminya. “Kenapa? Ada masalah apa? Bukannya tadi makan malam bareng Shella, kok malah marah-marah pas pulang?” tanya ayah Nathan, nada suaranya tenang tapi menahan kekhawatiran. “Nathan, Pa… Nathan bawa perempuan itu lagi ke kehidupan dia!” seru ibu Nathan, nadanya penuh campuran cemas dan marah. “Maksudnya? Cindy?” tanya ayah Nathan pelan, menahan napas, matanya fokus pada istrinya. “Males banget dengerin nama itu!” ucap ibu Nathan, suaranya menggelegar di ruang tamu. “Jadi… Cindy sama dia?” tanya ayah Nathan pelan, matanya menatap istrinya penuh kekhawatiran. “Iya, mereka satu rumah lagi, dan mama nggak tahu sejak kapan itu terjadi! Malam ini mama kesana dan lih

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   52. KAMU TERLALU BASAH, SAYANG.

    Ibu Nathan segera meninggalkan apartemen itu dengan wajah masam. Rahangnya mengeras, menahan amarah yang belum tuntas. “Ma… tunggu…,” ucap Cindy lirih. Ia melepaskan pelukan Nathan dan berlari menyusul mantan mertuanya yang sudah berdiri di depan lift. Pintu lift hampir tertutup ketika suara dingin itu terdengar. “Tutup!” perintah sang ibu kepada Shella. Shella refleks mengangguk dan menekan tombol. Namun, tangan Cindy lebih dulu menahan pintu lift yang hampir rapat. “Ma!” panggil Cindy, napasnya terengah. Pintu lift berhenti. Hening sesaat. Nathan berdiri di ambang pintu apartemennya, bersandar dengan kedua tangan terlipat di dada. Tatapannya tajam dan waspada, menunggu—apa pun yang akan terjadi selanjutnya. “Apa lagi?” bentak ibu Nathan tajam. “Berani kamu panggil saya dengan sebutan Mama?” Cindy menelan ludah. Dadanya naik turun, tetapi suaranya tetap dijaga agar tak bergetar. “Aku cuma mau minta maaf,” ucapnya pelan, namun tegas. “Kalau malam ini aku melakukan

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   51. PERDEBATAN CINDY DAN MANTAN MERTUANYA

    “Shella, bawa Mama pulang,” ucap Nathan dingin malam itu, rahangnya mengeras menahan amarah. “Sampai rumah, anterin dia. Mobil kamu biar sopir kantor yang bawa nanti.” “I-iya, Nath…” sahut Shella gugup, jemarinya saling meremas. “Nggak,” potong ibunya tegas. Ia menatap Nathan tanpa berkedip. “Mama nggak mau pulang. Wanita itu suruh keluar. Temui Mama sekarang.” Nathan menghela napas berat, dadanya naik turun. “Ma, sudah cukup.” “Belum!” suara ibunya meninggi, langkahnya maju satu langkah. “Selama perempuan itu masih di sini, Mama nggak akan pergi!” Di balik pintu kamar, Cindy menggigit bibirnya, tubuhnya gemetar. Tangisnya tertahan, napasnya tercekat, sementara suara itu menghantam telinganya tanpa ampun. “Nathan,” suara ibunya kembali dingin namun tajam, “jangan uji kesabaran Mama.” Nathan menutup matanya sejenak, lalu membukanya dengan sorot tegas. “Mama pulang. Sekarang.” Hening menekan ruangan. Shella menelan ludah, matanya berpindah-pindah cemas antara Nathan dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status