Chapter: “Aku nggak bisa berhenti, Sayang…” ucapnya, suaranya serak namun penuh tekad dan kepalanya timbul tenggelam diantara kaki Dona.Dona terdiam. Tangannya berhenti mengusap rambut Nola. Hening menekan ruang itu, hanya terdengar detak jarum jam. “Mama...” Nola memanggil pelan, menatap mata ibunya yang mulai berkaca-kaca. Dona menarik napas panjang. “Mama sayang sama Papa kamu... tapi...” suaranya merendah, hampir berbisik, “…Mama juga sayang sama Daddy.” Bara di ambang pintu memejamkan mata. Kata-kata itu bagai belati yang menembus pelan tapi pasti, meninggalkan perih yang membakar dada. “Tapi...” ucap Dona lagi, tampak ingin melanjutkan perkataannya pada Nola. Bara segera bersiap, menunggu dengan napas tertahan untuk mengetahui apa yang akan istrinya ucapkan. “Tapi itu dulu... Dulu Mama sayang sama Papa. Dan... karena ada hal yang belum bisa Mama jelasin sama Olla, akhirnya Mama sekarang lebih sayang sama Daddy,” ucap Dona sambil menahan air mata di balik senyum yang berusaha ia pertahankan. “Tapi, kenapa Mama lebih sayang sama Daddy? Kan Daddy bestie aku?” tanya Nola polos. “Um... karena Daddy it
Last Updated: 2025-08-15
Chapter: OLLA MULAI MEMPERTANYAKAN PAPANYA (RANGGA) PADA DONA“Iya, Mama?” sahut Dona sambil tetap tersenyum, tangannya menata makanan dan menyiapkan bahan mentah untuk dimasak. “Dona, kamu di mana? Sama Olla?” tanya ibunya, suaranya terdengar tergesa dan khawatir. “Iya, kenapa, Ma?” balas Dona, nada suaranya tetap tenang meski dahinya sedikit berkerut. “Kata Rangga, kalian nggak pulang ke rumah,” ucap ibunya penuh kecemasan, namun terselip nada interogasi. Udara di sekitar Dona seolah mendadak menegang—ia tahu, percakapan ini tak akan berhenti di sini. “Sayang?” Bara baru saja keluar dari kamar sambil membuka kancing kemejanya, lalu melangkah mendekati Dona. “Oh! Um, Mas!” ucap Dona terkejut, matanya membelalak sebelum ia buru-buru kembali berbicara pada ibunya di telepon. “Mama, nanti telepon lagi, ya?” ujarnya cepat, mencoba menahan nada gugup. “Dona? Tadi suara siapa? Kok nggak mirip sama Rang—” Panggilan terputus seketika. Keheningan yang tersisa justru terasa mencekik. “Siapa, Sayang?” tanya Bara sambil melirik ponsel D
Last Updated: 2025-08-14
Chapter: KETAHUAN?“Kenapa lagi, Ma?” tanya ayah Bara dengan nada berat. “Bara sudah melampaui batas! Dia berani banget kasih lihat perempuan itu dan anaknya di depan semua staf! Memalukan!” seru ibu Bara, matanya berkilat penuh amarah. “Loh, tapi kan mereka memang—” “Nggak! Mama nggak mau dengar lagi!” potong ibu Bara dengan teriakan yang memecah ruangan, nadanya tajam bagai pisau. ••• Menjelang jam pulang kantor, Bara meminta Deni untuk segera merekrut orang baru yang akan menggantikan pekerjaan Dona. “Baik, Pak,” ucap Deni singkat, tapi sorot matanya penuh tanggung jawab. “Saya mau yang cerdas, bisa kerja, bisa kerja sama, komitmen tinggi, tanggung jawab besar, dan pendidikan bebas—asal dia punya semangat kerja yang tinggi. Itu pesan dari istri saya,” ujar Bara tegas sambil menggandeng tangan Nola menuju lift. “Siap, Pak!” jawab Deni dengan semangat yang membara. Dona sudah menunggu di dalam mobil. Ia merapikan tas kerja dan tas sekolah Nola di bangku belakang. “Mama!” seru Nola b
Last Updated: 2025-08-13
Chapter: “What? Sialan! Beraninya dia! Dan kalian semua percaya?” ucap ibu Bara dengan suara meninggi.“Masuk aja,” ucap Bara dengan nada santai. Tampak Nola berlari-lari kecil mengelilingi sofa empuk di ruang kerja Bara, tawanya riang. Deni tersenyum memperhatikan Nola. “Lucu banget, Pak,” ucap Deni tulus. “Anak saya,” ucap Bara sambil tersenyum lebar, duduk di kursi kerjanya dengan bangga. “Jadi, ada apa, Den?” tanya Bara. “Begini, Pak...” ucap Deni, lalu mulai menceritakan sesuatu. Mendengar cerita Deni, Bara tertawa lepas. “Hahaha! Itu bener semua. Kamu hebat juga,” ucap Bara, nadanya penuh apresiasi. “Jadi... saya nggak ngawur dong, Pak?” tanya Deni, matanya berbinar lega. “Iyalah... penjelasan kamu bener. Dona memang istri saya, dan anak gemoy itu... anak saya. Anak kandung,” ucap Bara, senyumnya merekah, namun sorot matanya menyimpan rasa haru yang dalam. “Lega deh, Pak. Tapi... saya boleh dong main sama ponakan nih,” ucap Deni sambil melirik Nola yang asyik bermain sendiri. “Ha-ha!” Tawa Bara dan Deni pecah. Nola tampak sama sekali tidak terganggu. Gadis
Last Updated: 2025-08-12
Chapter: BARA TAK BISA LAGI MENAHAN... “Mas, kok ada darah di tangan kamu?” ucap Dona saat tak sengaja melihat kepalan tangan Bara ketika tengah memegang setir, matanya langsung membesar. “Um? Masa sih?” ucap Bara, berlagak seolah tak tahu-menahu, senyumnya tipis namun matanya sekilas gelap. “Lihat dulu, Sayang...” bisik Dona sambil melirik Nola di kursi belakang, lalu fokus menatap kepalan tangan Bara, nadanya penuh cemas. “Ini darah, deh...” ucap Dona dengan wajah khawatir, lalu buru-buru menghapus bercak yang sudah mengering itu dengan tisu basah, tangannya sedikit bergetar. “Sakit nggak, Sayang?” tanya Dona, suaranya turun menjadi lirih seakan takut mendengar jawaban. “Nggak ada sakit, nggak ada rasa... aku nggak luka kok,” ucap Bara sambil tersenyum samar, tatapannya kosong. “Aneh deh. Iya sih, nggak ada gores... tapi darah siapa, ya, Mas? Ini beneran darah, loh...” ucap Dona, matanya menatap tisu basah itu seakan mencari jawaban yang tak ingin ia temukan. “Mas nggak kena sesuatu atau apa ada yang terj
Last Updated: 2025-08-11
Chapter: “Gimana, Mas... puas..." ucap DellaDella terus menjerit keras, hingga tak sengaja salah seorang pembantu rumah tangga yang hendak melewati kamar Bara mendengar suara itu. “Suara apa itu? Kok mirip...” ucap pembantu itu, keningnya berkerut curiga. Ia mendekati pintu dan menempelkan telinganya, mencari kepastian. “Ouh... Mas... ah... yes...” Suara Della semakin keras, menusuk ke dalam pendengaran siapa pun yang lewat. “Astaga! Perempuan itu? Ih! Amit-amit, masa dia bawa laki-laki ke kamar Mas Bara? Tapi... tapi perasaan nggak ada laki-laki yang masuk ke sini. Apa jangan-jangan dia main sendiri? Ih... dasar aneh!” gumam pembantu itu, tubuhnya bergidik geli. Ia segera berbalik dan menuruni anak tangga dengan langkah terburu-buru, ingin menghapus bayangan yang baru saja ia dengar. Namun, tanpa sengaja ia nyaris menabrak ibu Bara yang sedang menaiki tangga. “Hati-hati dong, Yuyun!” ucap ibu Bara sambil mengelus dadanya, terkejut dengan benturan itu. “Eh, maaf, Bu...” sahut Yuyun dengan wajah pucat. “Kamu kenapa
Last Updated: 2025-08-10
Chapter: 33 - DICECAR SOAL LATAR BELAKANG. DICARI MERTUA.Ibu Rain sontak terdiam. Pertanyaan Gendis barusan menusuk jantungnya. Ia menatap wajah menantunya itu lekat-lekat, lalu menggenggam tangan Gendis lebih erat. “Duh, Gendis… kamu ini bicara apa?” ucap ibu Rain yang tampak terkejut mendengar ucapan dari Gendis. “Maaf, Ma. Saya cuma takut akan ada penolakan,” ucap Gendis sambil menundukkan wajahnya. “Mama sama sekali nggak akan berubah! Keturunan itu urusan Allah. Yang penting kalian bahagia dulu. Cucu itu bonus, bukan syarat sayang Mama ke kamu,” ucap ibu Rain dengan suara bergetar, matanya mulai berkaca-kaca. Gendis langsung menunduk, air matanya jatuh perlahan. Ada kelegaan, tapi juga rasa haru yang menyesakkan. Namun tiba-tiba, suara Wanda terdengar dari arah belakang. “Kalau nggak bisa kasih keturunan… terus gimana, Ma? Rain kan anak lelaki satu-satunya. Masa Mama sama Papa nggak pengen punya cucu dari darah daging mereka?” tanyanya dengan nada sinis, kedua tangannya terlipat di dada. Suasana langsung menegang. Gendis
Last Updated: 2025-08-16
Chapter: 32 - BUKTI PERSELINGKUHAN Putri menajamkan pandangannya, melihat seseorang di kejauhan. Matanya membesar, napasnya tercekat. “Sayang!” ucap Putri sambil menepuk lengan suaminya yang tengah memilih barang. “Sayang… itu Raka, kan?” tanya Putri, suaranya bergetar di antara keterkejutan dan rasa tak percaya, matanya tak lepas menatap sosok yang pernah jadi sumber luka bagi sahabatnya. “Um? Kenapa?” sahut suaminya, keningnya berkerut. “Raka? Raka suaminya…” ucap suami Putri, matanya mengerjap tak percaya. “Iya, Gendis!” sahut Putri, nadanya meninggi penuh emosi. “Dan itu bukan Gendis! Itu perempuan lain!” seru Putri sambil berbisik cepat, pandangannya tajam, sementara panggilan video dengan teman-temannya masih aktif. “Kok…?” ucap suami Putri, wajahnya memucat antara bingung dan kaget. “Aku harus foto! Kalau perlu aku rekam!” ujar Putri dengan nada mantap, lalu segera mematikan panggilan telepon dan mengangkat ponselnya, siap membidik Raka dan Suzan. “Sayang, hati-hati… nanti jadi masalah,” ucap
Last Updated: 2025-08-16
Chapter: 31 - KETAHUAN?“Aku takut nanti nama kamu jelek. Karier kamu sebagai Psykologi Reproduksi bisa rusak karena ini. Aku nggak mau,” ucap Gendis, menatap Rain dengan mata berkaca-kaca. “Terus, maunya kamu gimana?” tanya Rain, nada suaranya mulai meninggi, campuran frustrasi dan khawatir. “Aku mau… aku kembali ke rumah. Dan aku harus cari bukti lebih banyak lagi—lebih dari sekadar pesan dari wanita itu soal baju kemeja Mas Raka,” ucap Gendis, matanya kini dipenuhi tekad. “Saya nggak mau kamu balik ke sana,” potong Rain cepat, suaranya tajam penuh larangan. “Tapi harus, Mas… kalau nggak—” suara Gendis terhenti, seolah kata-kata selanjutnya terlalu berat untuk diucapkan. Udara di antara mereka pun mendadak terasa sesak. Rain menatapnya tajam, lalu dengan satu gerakan cepat memegang kedua pipi Gendis, memaksa perempuan itu menatap matanya. “Kamu pikir Saya bakal biarin kamu balik ke rumah itu?!” suaranya rendah tapi dinginnya menusuk, membuat jantung Gendis berdegup tak karuan. “Mas…” Gendis m
Last Updated: 2025-08-15
Chapter: TERNYATA RAKA?“Ah! Mas! Lebih keras!” Sementara di waktu yang sama, Raka tengah asyik bercinta dengan seorang wanita di dalam kamar tidurnya. Lebih gilanya lagi, ia melakukannya di rumah yang selama ini ia tempati bersama Gendis. “Kamu tahu kan, aku suka banget kalau kamu… terus menjerit kayak gini,” ucap Raka sambil tersenyum, tatapannya panas dan tak melepaskan genggamannya. “Iya, Mas… aku juga. Aku nggak bisa sehari aja tanpa kamu… ah… jangan berhenti, Mas…” “Aku nggak akan berhenti… sampai…” ucap Raka dengan nafas memburu, membiarkan kalimatnya menggantung di udara bersama desahan mereka. Usai hasrat itu tersalurkan, Raka memeluk wanita itu erat, lalu berbaring di sisinya. “Mas… apa kamu yakin dia terima aku?” tanya wanita itu lembut, matanya mencari kepastian di wajah Raka. “Dia harus terima kamu… karena kamu bagian hidup aku,” jawab Raka tegas, meski suaranya masih tersengal. “Tapi… Mama sama Papa bisa kan terima aku lagi?” suara wanita itu terdengar ragu, hampir berbisik. “Aku yakin
Last Updated: 2025-08-15
Chapter: 29 - ARDI MENGETAHUI SIAPA SUAMI GENDIS“Aku tahu siapa suami Gendis,” ucap Ardi pelan namun mantap. “Hah? Mas tahu dari mana? Mas… serius?” suara Wanda meninggi, matanya membelalak penuh penasaran. “Nanti kita bahas lagi. Sekarang kita keluar dari kamar, gabung sama mereka seperti biasa. Kamu jangan terlalu tunjukkin kalau kamu nggak suka sama mereka… supaya Mama sama Papa nggak mengurangi nilai harta warisan buat kita nanti,” ucap Ardi, menatap Wanda tajam seolah menanamkan strategi ke dalam pikirannya. Wanda mengangguk pelan, napasnya teratur kembali. Namun di balik sorot matanya, amarah dan ambisi itu masih menyala—membakar lebih besar dari sebelumnya. Ardi membuka pintu kamar perlahan, memastikan tidak ada yang memperhatikan. Wanda merapikan rambutnya di depan cermin kecil, menarik napas panjang, lalu memaksakan senyum manis di wajahnya. Begitu keluar, langkah mereka terasa ringan, namun di balik tatapan lembut itu tersimpan maksud tersembunyi. Di ruang keluarga, Rain dan Gendis sedang menata gelas serta pi
Last Updated: 2025-08-15
Chapter: 28 - PLAYING VICTIM “Sebenarnya, Gendis sekarang ini… duh, aku takut salah ngomong. Biar ini jadi urusan aku aja sama Gendis, Ma. Mungkin ini waktunya aku perbaiki diri aku,” ucap Raka, seolah berusaha menahan luka yang semakin dalam. “Memangnya kalian berantem? Kok bisa Gendis nggak cerita sama Mama? Tolong kamu cari Gendis… dia harus pulang hari ini juga!” suara ibu mertuanya meninggi, penuh tekanan dan kegelisahan yang hampir meledak. “Jadi benar, kalian ada masalah?” tanya ibu mertuanya dengan suara bergetar, seperti seseorang yang baru saja menyadari badai besar tengah menghampiri keluarganya. “Mama tenang aja. Biar aku atasi semuanya. Maaf kalau aku ngerepotin Mama. Harusnya Mama nggak perlu tahu masalah aku,” ucap Raka, nadanya merendah namun sarat dengan kepura-puraan yang menusuk. Raka terlihat bahagia ketika semua permainan yang ia rancang kini mulai mendapatkan korban. ••• “Udah siap, Darmin?” tanya ayah Rain sambil mengenakan kacamata hitam dan bersiap pergi. “Sudah, Pak, Bu. Si
Last Updated: 2025-08-14
Chapter: KANYA JADI INCARAN MUSUH LAMAMalam itu di sudut gelap dekat warung kopi tua yang sepi pelanggan, dua pria itu duduk di atas motor masing-masing, helm masih menggantung di setang. Rokok menyala di ujung jari mereka, dan obrolan pelan tapi penuh racun mengalir di antara kepulan asap. “Besok kita mulai rencana,” kata si pria bertubuh kekar, menyesap rokoknya pelan. “Kita culik, tapi nggak langsung. Kita bikin dia panik dulu.” “Penculikan, pemerasan, bisa dapet ratusan juta. Cewek kayak gitu pasti punya harga,” jawab temannya yang lebih kurus, matanya tajam memperhatikan layar ponsel yang menampilkan foto Kanya dari akun sosial medianya. “Masalahnya, dia tinggal sama cowok. Mungkin suami. Mungkin pacar.” “Kita pastiin dulu besok. Kalau perlu kita nginep depan gedung. Kita harus tahu siapa aja yang keluar masuk apartemen itu.” Mereka tertawa pelan. Tawa yang lebih mirip desisan ular ketimbang manusia. Sementara itu... Di dalam apartemen yang terang dan modern, Brian duduk rapi dengan kemeja putih yang atasnya u
Last Updated: 2025-07-19
Chapter: ORANG YANG MENCURIGAKAN MUNCUL? Sementara itu di apartemen, Brian duduk di depan laptop dengan rambut sedikit acak-acakan dan kaos oblong berwarna abu-abu. Daniel duduk manis di pangkuannya, tangan kecilnya sibuk memainkan stabilo berwarna kuning. “Daniel, jangan ganggu mouse-nya Daddy dong…” Daniel menyeringai sambil menunjuk layar dan berucap, “Dino! Daddy, itu Dino!” “Bukan, itu grafik performa keuangan bulan ini, Nak…” Brian tersenyum lelah, namun matanya tetap hangat. “Tapi kalo kamu bilang Dino juga, ya udahlah…” Hari ini, mereka tidak hanya menjalankan peran. Mereka hidup di dalamnya. Kanya di depan kamera, Brian di balik layar, dan Daniel menjadi pusat dari semesta mereka berdua. ••• Siang itu, di apartemen yang mulai sunyi karena AC menyala lembut dan tirai ditutup setengah, Brian duduk di lantai sambil menyuapi Daniel yang enggan diam. Bayi gemuk itu lebih sibuk bermain dengan sendok dan menjatuhkan mangkuk kecil ke lantai. “Daniel, suap nih... Aaaa... pesawat mendarat di mulut!” suara Brian
Last Updated: 2025-07-17
Chapter: KELUARGA SINTIA KECEWA. BRIAN SAMA KANYA SIBUK BUAT ANAK KE DUA.Rumah Sakit, malam hari Lampu di ruang IGD bersinar terang. Di luar, Ibu Silvi duduk dengan mata sembab, sementara Pak Erik berjalan mondar-mandir dengan wajah tegang. Dokter baru saja keluar dan menjelaskan bahwa Sintia masih belum sadar akibat overdosis dan benturan dari kecelakaan. Ibu Silvi dengan suara gemetar, “Dia cuma butuh ditanya kabarnya. Sekedar ‘kamu nggak apa-apa’, gitu aja nggak ada...” Pak Erik menahan amarah, “Brian... bocah itu. Dulu sopan. Dulu perhatian. Tapi sekarang?! Ditelepon pun jawabannya cuma ‘maaf, Brian nggak bisa kesana’. Lalu ditutup.” Ibu Silvi menghapus air matanya. Ibu Silvi berucap, “kamu pikir dia kayak gini karena siapa? Karena disakitin, karena dikhianatin? Tapi dia perempuan, Erik. Sekalipun salah, masih pantas dikasih waktu bicara.” Pak Erik duduk akhirnya, diam sejenak sebelum dia berkata, “kalau anak itu bisa tega ninggalin perempuan yang pernah dia tunangin begitu aja... berarti hatinya udah dibagi ke yang lain.” ••• Daniel suda
Last Updated: 2025-07-16
Chapter: MANTAN BRIAN DATANG LAGI?LOBBY KANTOR NHB – JAM 14.10 SIANG Suasana kantor elite NHB mendadak gaduh. Security yang biasa bersikap tenang langsung siaga waktu seorang wanita berdandan glamor datang masuk tanpa appointment. Sintia. Dengan high heels menggedor lantai, rambut terurai, dan wajah penuh amarah yang ditutup senyum palsu. “Maaf, Mbak. Nggak bisa sembarangan masuk—” “Gue tunangannya Brian!” hardik Sintia, langsung melenggang ke lift eksekutif. Satpam bingung, tapi tetap ikutin dari belakang. RUANGAN BRIAN – LANTAI 12 Brian yang sedang review katalog lookbook baru tiba-tiba berdiri pas pintu ruangannya dibuka paksa. “Sayang, kita bisa ngomong baik-baik nggak?” Suara Sintia mendayu-dayu. Nggak cocok sama cara dia maksa masuk. Brian berdiri pelan. Tarik napas. Lalu menatap wanita itu dari ujung kaki sampai kepala seolah dia lagi lihat sesuatu yang menjijikkan. “Satpam.” Nada suaranya datar. “Brian?!” “Keluarin dia.” Dua satpam masuk dan langsung mengarah ke Sintia. “Brian! Lo
Last Updated: 2025-07-15
Chapter: IMBAS PENGKHIANATAN IRVAN KE BRIAN.PAGI DADDY DAN GRAFIK Pagi itu, aroma tumisan sayur dan telur orak-arik khas buatan Kanya menguar dari dapur. Kanya mengenakan apron lucu bergambar dinosaurus—bukan karena hobi, tapi karena Daniel yang milih waktu mereka belanja bareng. Di meja makan, kotak bekal stainless steel udah disusun rapi, isinya lengkap: nasi, ayam bumbu kecap, sayuran, dan potongan buah. Sementara itu, suara cipratan air terdengar dari kamar mandi. “Daniel... sabunnya jangan di makan, ya sayang…” teriak Kanya sambil nyalain hair dryer, lalu buru-buru ke kamar mandi. Daniel duduk di dalam ember mandi warna biru laut, tubuh gempalnya penuh busa, dan wajahnya senyum-senyum sambil ngerespon mainan bebek karet yang tenggelam di antara gelembung sabun. Di depan kaca wastafel, Brian berdiri dengan wajah serius, rambut masih sedikit basah. Pakaian kantor udah rapi, dasi tinggal disesuaikan. Tapi tangannya masih pegang ponsel yang menampilkan grafik progres proyek. “Kalau kita pakai pendekatan minimalis, g
Last Updated: 2025-07-11
Chapter: DARI MASA LALU MUNCUL “Maksudnya... kita pura-pura pernah punya masa lalu?” tanya Kanya sambil nyuapin Daniel suapan terakhir.Brian angguk sambil peluk Daniel makin erat.“Kita ketemu lagi baru-baru ini. Reconnect. Kamu bawa Daniel. Aku syok, tapi mutusin buat tanggung jawab. Cerita kayak gini masih bisa dimaafin... dibanding kalau kita jujur soal kekerasan itu.”Kanya diem. Matanya berkaca-kaca.“Tapi aku bohongin mama papa, Mas...”“Aku juga. Tapi bohongin demi kebaikan mereka. Kita yang nanggung. Daniel nggak akan ngerti nanti—yang penting dia tumbuh dalam cinta.”Kanya taruh sendok dan tatap Brian penuh rasa percaya. “Oke... deal, Mas.”Brian senyum, lalu gendong Daniel tinggi-tinggi.“Deal. Kita tutup masa lalu kamu, kita mulai dari cerita versi kita.”Daniel tertawa-tawa kegirangan diangkat ke udara. Kanya ikut tertawa sambil ngelap mulut si kecil.“Yang penting kita bertiga... bareng terus,” ucap Kanya.
Last Updated: 2025-07-10