Beranda / Romansa / SEDIKIT LAGI, SAYANG! / 9. IBU NATHAN DATANG?

Share

9. IBU NATHAN DATANG?

last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-05 14:30:44

Cindy terbangun oleh deru nafas yang hangat menempel di punggungnya. Napas berat seorang pria mengembus pelan di tengkuknya, membuat seluruh tubuhnya menegang seketika.

Cahaya pagi menyelinap melalui tirai, menyorot lantai kamar yang berantakan—kemeja Nathan tergeletak dekat sofa, celana miliknya terjuntai di ujung ranjang, dan selimut kusut terseret hingga hampir jatuh.

Cindy menelan ludah. Kepalanya berdenyut ringan. Tangan Nathan yang menahan pinggangnya, bisikan serak pria itu, dan bagaimana ia sendiri tidak mampu menghentikan apa pun.

Dia meraba sisi ranjang. Nathan masih ada. Lengan kekar itu melingkari perutnya dari belakang, hangat, berat, dan… posesif.

Cindy memejamkan mata. “Mas… kita—”

Belum selesai ia bicara, Nathan menarik pinggangnya lebih dekat, tubuh mereka menempel tanpa ruang.

Kepalanya jatuh di bahu Cindy.

Ia memejamkan mata sesaat Nathan berada di antara helaian rambutnya.

Sensasi itu membuat dadanya berdesir, meski ia berusaha keras untuk tetap te
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wak Leh
mntan mertua dateng
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   59. MANTAN MERTUA JADI BUNGKAM!

    “Nathan, stop!” bentak ibunya tajam. “Mama nggak mau dengerin bualan kalian di sini. Tolong langsung bilang, kamu maunya apa?”Nathan menghela napas pelan, lalu menoleh ke Cindy. Sorot matanya tenang, tapi penuh keyakinan.“Silakan Cindy yang bicara, Ma, Pa,” ucap Nathan mantap. “Karena dia adalah korban dalam hal ini.”“Korban?” Ayahnya mendengus sinis. “Korban apa? Kamu jangan mengada-ada, Nathan. Perempuan ini sudah sejauh apa memengaruhi hidup kamu?”Cindy menarik napas dalam-dalam. Tangannya mengepal di pangkuan, tapi punggungnya tetap tegak. Saat berbicara, suaranya bergetar—bukan karena takut, melainkan karena menahan luka lama.“Maaf, Pa… Ma…” ucap Cindy lirih namun tegas. “Izinkan aku menyampaikan sesuatu.”Ruangan mendadak hening.“Soal pernyataan kalau aku mandul,” lanjut Cindy sambil menatap satu per satu wajah di hadapannya, “itu semua hasil rekayasa Mama.”Ibunda Nathan langsung bangkit setengah berdiri. Wajahnya memerah.“Itu fitnah!” teriaknya lantang.Cindy tersenyum

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   58. PANAS!

    “Permisi, Bu… Mas Nathan sudah datang,” lapor salah satu asisten rumah tangga dengan sopan. “Suruh langsung ke lantai tiga,” ucap ibu Nathan tegas, meski senyum tipis masih terlukis di wajahnya. Tatapannya sempat beralih ke arah kedua orang tua Shella yang sudah duduk di sana. Papa Nathan menghela napas pelan. “Papa harap jangan ada keributan, Ma.” “Itu tergantung siapa yang mulai duluan, Pa,” sahut ibu Nathan dingin, tanpa sedikit pun menoleh. Beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka. Nathan dan Cindy melangkah keluar dan baru saja tiba di lantai tiga. Seketika, semua pandangan tertuju pada mereka—terutama pada Cindy, sang mantan istri sekaligus mantan menantu yang kehadirannya selalu memantik ketegangan. Suasana mendadak sunyi. “Wah… Nathan, ayo duduk,” ucap ayahnya akhirnya, berusaha terdengar normal. Namun tak ada sapaan untuk Cindy. Ibu Nathan pun melakukan hal yang sama—menyambut Nathan dengan anggukan singkat, seolah Cindy yang berdiri di sisi putranya hanyal

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   57. MANTAN MENANTU TERTINDAS VS MANTAN PENINDAS!

    “Banyak banget spermanya? Ini sih overload,” ucap perawat yang baru saja membawa sampel sperma milik Nathan ke ruang laboratorium. Sementara itu, Nathan dan Cindy duduk berdampingan di ruang tunggu. “Jam enam sore nanti kita langsung ke sana?” tanya Cindy pelan. Ia bersandar di dada Nathan, jemarinya masih menggenggam tangan pria itu. “Iya, Sayang.” Nathan mengangguk singkat. Satu lengannya merangkul Cindy, sementara tangan lainnya sibuk memegang ponsel. “Maaf, aku nggak fokus. Lagi ngecek email kerjaan.” Cindy mendongak, menatap wajah Nathan. “Minggu depan kita harus ke Kalimantan,” lanjut Nathan dengan nada sedikit berat. “Ada masalah izin alat berat. Pemilik proyek minta aku datang langsung ketemu Pemda.” “Oke…” jawab Cindy lirih. Kelopak matanya tampak berat. Tubuhnya makin melemas di pelukan Nathan—lelah dan mengantuk setelah rangkaian pemeriksaan hari itu, juga setelah momen intim yang baru saja mereka lalui. Nathan menurunkan ponselnya, mengecup pelipis Cindy de

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   56. TES KESUBURAN TAPI KEBABLASAN.

    Cindy dan Nathan tampak berbincang singkat dengan seorang perawat. Setelah itu, keduanya diarahkan menuju lift. “Lantai lima,” ucap perawat tersebut ramah. Shella yang berdiri tak jauh dari mereka langsung menajamkan pendengarannya. Begitu melihat Cindy dan Nathan masuk ke dalam lift, ia segera menyusul dan berdiri di sudut, berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Di dalam lift, pandangan Shella tertumbuk pada papan petunjuk lantai yang terpasang di dinding. “Lantai dua: radiologi. Lantai tiga: laboratorium. Lantai empat: penyakit dalam. Lantai lima: obgyn.” “Obgyn? Organ dalam?” gumam Shella pelan, alisnya berkerut. “Apa sih maksudnya?” bisiknya lagi, jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Lift berhenti di lantai lima dengan bunyi ding pelan. Cindy dan Nathan melangkah keluar lebih dulu, berjalan berdampingan menuju sebuah ruangan dengan papan nama dokter yang terpampang jelas. Tanpa menoleh ke belakang, mereka masuk ke dalam ruang praktik. Shella menelan ludah.

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   55. SHELLA MENGIKUTI KEMANA CINDY DAN NATHAN PERGI? NGAPAIN?

    “Kenapa juga lo cari masalah sih? Udah gue bilang, jangan lo campuri urusan Nathan,” ujar Bayu pada Shella saat keduanya tengah membuat kopi di pantry. Nada suaranya rendah, menahan kesal. “Masalahnya, gue ngerasa Nathan ngebohongin gue, Bay…” balas Shella pelan. Tangannya berhenti mengaduk kopi, rahangnya mengeras. Bayu mendengus kecil, lalu menoleh tajam ke arah Shella. “Shella, gue tanya sama lo. Emangnya kapan sih Nathan pernah nyatain perasaan ke lo?” katanya datar, tapi menusuk. “Kalian cuma deket kayak biasa. Nggak lebih.” Ia menyandarkan pinggul ke meja pantry, menyilangkan tangan di dada. “Bukan berarti dia sering bantu lo, anterin lo pulang, terus otomatis pacaran sama lo,” lanjut Bayu. Bayu terkekeh singkat, tapi tanpa humor di matanya. “Terus gue gimana? Gue juga sering kan anterin lo pulang?” Ia mengangkat alis. “Apa supir taksi juga lo anggap pacar lo?” Kata-kata itu menggantung di udara, membuat Shella terdiam, dadanya naik turun menahan emosi yang tak s

  • SEDIKIT LAGI, SAYANG!   54. RENCANA KE DOKTER KANDUNGAN

    “Nath… besok jangan halangi aku buat ngomong ke keluarga kamu,” ucap Cindy lirih sambil memejamkan mata, tubuhnya bersandar rapuh dalam pelukan Nathan malam itu. “Aku nggak bakal halangi kamu buat ngomong apa pun, selama itu benar,” jawab Nathan pelan. Ia ikut memejamkan mata, mempererat pelukannya seolah ingin memberi rasa aman yang selama ini kurang. “Jangan tinggalin aku,” pinta Cindy dengan suara bergetar, nyaris seperti bisikan yang lahir dari ketakutan terdalamnya. “Nggak akan pernah,” ucap Nathan tegas namun lembut, dagunya bertumpu di puncak kepala Cindy, menegaskan janji yang akhirnya ia ucapkan tanpa ragu. ••• Pagi menyapa keluarga Nathan, dengan topik bahasan yang sama. “Yang Papa tahu, ibunya memang sakit keras, Ma. Papa pernah lihat dia di rumah sakit, ketemu dokter di Cipto,” ucap ayah Nathan pagi itu, suaranya terdengar lebih tenang, mencoba meluruskan keadaan. “Udahlah, itu bukan urusan kita, kan?” sahut ibu Nathan dingin, tanpa menoleh, seolah topik itu tak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status