Share

7 Ke Singapura

Andika tersenyum melihat itu. Melihat  mata Andri si bocah yang berbinar binar.

Hubungan mereka segera mencair . Meilana menyukai lelaki asing itu, meski ada perdebatan sengit diantara mereka, Meilana mengakui bahwa Andika itu seorang yang simpatik.

Apakah dia akan menjadi Meilani dan  menjadi ibu bocah itu?

Meilana hampir tak dapat memikirkannya. Semuanya itu begitu tiba tiba. Ia hampir tak dapat mencernakannya.

"Untuk bocah ini, ia memerlukan permainan. Kita bisa berlibur."

" Singapura," ujar Andika.

" Aku bekerja."

"Itu tidak penting. Engkau bisa menggunakan uang berapa saja dan selesaikan semuanya. Surat pindah, pekerjaan baru, hidup baru, identitas baru."

"Aku tidak punya pasport untuk ke Singapura." kata Meilana.

"Pasportku sudah kadaluarsa,"

"Jangan kawatir, semuanya akan diurus. Agen akan menyelesailannya."

"Katakan saja, supaya semuanya dapat kita bereskan."

Meilana masih harus berpikir pikir. Dirinya terasa gamang. Bagaimanapun juga semuanya terasa direnggutkan.

Kelambanan gadis itu sangat mengesalkan Andika. Jadi ia kehilangan kesabaran yang tadi ditahan tahannya.

"Dengar Melana, engkau tidak perlu berpikir. Semua kesulitan kamu bisa diurus. Agen akan menyelesaikan. Dengan uang yang tidak terbatas, aku bisa selesaikan pasport kamu berdua dengan anakmu. Karena kamu ibunya, jadi pasport itu menyatu dengan kamu"

Kata kata  itu seperti kesombongan.

Namun Meilana tetap saja harus nyinyir mengatakan masalahnya.

"Rumahku? "

"Rumah kecil itu?"

Suara Andika membuat Meilana tersinggung.

"Itu rumahku," suaranya setengah berteriak.

"Aku akan membelinya, jangan kawatir. Berapapun harganya'"

"Kau membeli rumahku? Lalu kau apakan? "

"Kujual lagi, agen property akan menyelesaikannya melalui notaris. Jangan pikirkan itu. Kamu punya uang yang  tidak mau kau terima secara cuma cuma bukan? Rumah itu menjadi uang pertama kamu yang kubeli dua kali lipat."

Meilana terdiam, dia mengalah pada akhirnya.

Dia harus bersibuk dengan cepat, mengurus surat pindah, identitas baru dan semua dokumen dia dan Meilani.

Ada beberapa orang yang menyelesaikanya. Semuanya butuh waktu, tapi mereka bergerak dengan cepat.

Andika menyelesaikan semuanya melalui agen perumahan dan notaris serta biro jasa yang mengurus pasport mereka.

Lelaki itu memberikan uang yang cukup banyak untuk itu semua itu. Dengan identitas Meilani, ia juga membuka tabungan. 

Harga rumahnya dimana semuanya dibayar Andika.

"Sebenarnya anda tidak  perlu untuk memikirkan apa apa.Karena anda adalah konglomerat. Anda Crazy Rich. Bisa dibilang begitu. Kamu cuma tidak tahu saja."

"Aku belum percaya."

"'Kamu harus belajar untuk percaya, belajar untuk jadi crazy rich. Singapura adalah tempatnya."

Ini yang dibayangkan Meilana ketika Andika tak bosan bosannya menjelaskan hal itu kepadanya .

"Tuan Sanjaya kakeknya akan tidak setuju jika engkau bodoh, tapi aku tahu itu. Sebagai seorang yang pernah jadi mahasiswa, kamu tidak akan kesulitan."

“Dia ingin Andri menjadi ahli warisnya dimasa depan, Anakmu akan menjadi pemilik Sanjaya Utama Corporation, seperti yang dilakukan ayahnya Jayadi, jika dia tidak meninggal. Kamu juga menantu tuan Sanjaya."

Andika tersenyum lagi, meyakinkan gadis itu agar jangan ragu.

"Yang kita lakukan adalah mengurus perusahaan sampai Andri kecil menjadi cukup umur dan dewasa.'"

" Saya sangsi, apakah saya sanggup mengelola perusahaan?"

"Engkau bisa belajar. Aku akan membantumu," tegas Andika.

"Ada lebih dari selusin orang pandai yang digaji dibawah perintah kamu. Mereka profesional."

Tidak ada orang yang merasa shock berat seperti Meilana.  Ucapan Andika seperti bunyi  genta yang bertalu talu  memukul kesadarannya yang  paling dalam .

Setelah beberapa hari selesai, sekarang dia adalah Meilani. Meilana sudah hilang. Meilana sudah berhenti bekerja,  tidak ada lagi nama itu dalam identitasnya yang baru.

“Kamu  dapat belajar dan kuliah, ditempat terbaik. Sementara anakmu  akan  disiapkan untuk pewaris. Tuan Sanjaya pasti akan memberikan pendidikan terbaik untuknya," kata Andika yang mungkin sudah beberapa kali diucapkan. Sampai Meilana bosan mendengarnya.

"Itu sudah berkali kali kamu katakan, itu sudah cukup. Biarkan aku berpikir sendiri."  Meilana jengkel.

Meninggalkan hidup yang biasa dilakukannya bukan hal mudah.

Andika agak tergetar, tapi  dia tidak mau mengalah.

“Jadi kamu sudah mengerti ? Baguslah."

Dia  kemudian mengatakan apa yang sebenarnya  tidak ingin dia katakan padanya untuk terakhir kali .

 “Atau kakeknya  akan mengajukan sendiri permintaan untuk mengambil Andri sebagai cucunya, dan anda kehilangan anak itu."

Meilana mendelik. Itu kata kata yang ditakutkannya.

"Jadi anda siap, tidak ragu karena semuanya telah terjadi. "

" Baiklah, jika aku gagal, tuan Sanjaya tidak menerimaku bagaimana!"

" Kamu bisa pulang, uang kamu cukup banyak untuk bisa membeli rumah baru. Ambil rumah itu kembali kalau belum dijual agen properti, kau tak  perlu mengembalikan uang yang telah kuberikan. 

***

Kehilangan pacar yang mungkin tidak begitu dicintainya karena perbedaan keyakinan,  agama dan kebangsaan.

Lelaki itu melempem, dan pasrah berpisah ketika Meilana mengatakan akan pindah.

David Ong cuma berpikir sejenak.

"Pertemuan kita pendek sekali. Tapi tidak apa, kita belum lama berteman."

"Engkau mau kemana?"

"Jakarta, " ujar Meilana. Ia tidak mau mengatakan akan tinggal di Singapura.

Akan lebih panjang urusannya. Semua itu sudah diatur Andika. Dia cuma ingin mengatakan itu.

Berhenti bekerja tiba tiba adalah kepedihan yang lain. Terenggut untuk kehidupan sebelumnya masuk dalam ke kehidupan baru yang tidak dikenalnya. Seperti pusaran angin yang menghempas.

Duduk tak bergerak, kecemasan dan ketidakpercayaan membeku di matanya, diatas speedboat yang berlari kencang menuju Singapura.

Dia telah mempercayai orang yang hampir asing, menyetujui sebuah konspirasi.

Karena ketakutan bahwa seseorang akan mengambil darinya anak yang dia cintai sebagai sejak menit-menit pertama hidupnya.

Dan pada saat itu, seolah-olah mendapat sinyal, bocah itu menoleh dan memandang mereka. Seperti mengisyaratkan tidak mau berpisah. Meilana tersenyum kepada bocah kecil itu, meyakinkan bahwa mereka akan tetap bersama.

Ia dengan hati hati menjaga agar dialog mereka tidak didengar anaknya. Perdebatan, pembantahan yang berujung persetujuan tidak bagus untuk anak seusia 7 tahun yang bisa saja mengerti.

***

Andika membimbing si bocah dan turun dari spedboat yang telah membawa mereka ke Singapura.

Meilana mengikutinya dari belakng berpikir, si bocah adalah putra ayahnya keluarga Sanjaya .

Apa dia melupakannya saja dan menerima uang untuk seumur hidupnya ?

Apakah  si bocah akan tahu saat dia sudah  besar nanti?

Bagaimana dia akan bereaksi terhadap hal ini ketika dia mengetahui adanya konspirasi dan menyadari bahwa Meilana bukan ibunya?

Ah, sudahlah, dia akan tampil sebagai ibunya Andri,  Meilani adalah menantu tuan Sanjaya.

Merubah penampilannya dan identitasnya membuat semua orang tidak mengenalnya.

Selama ini ia telah melakukannya, dia tinggal ditempat yang jauh dan wajahnya hampir tidak bisa dibedakan dengan Meilani  .

" Meilana? "

Suaranya yang dalam membuyarkan pikirannya. Dia mengangkat kepalanya dan bertemu dengan tatapannya, yang membuatnya tersentak.

-"Jangan berpikir terlalu jauh?"  lagi lagi Andika mengingatkan .

****

Meilana melihat sekeliling ruangan. Tampak besar baginya, sofa berlapis kulit ringan dan kursi berlengan serta karpet coklat kekuningan yang lembut tampak bagus di ruang ini. 

Jendela dari lantai ke langit-langit menghadap ke taman sisi barat Apartemen. Sulit membayangkan sesuatu yang tidak ada apa apanya dengan rumahnya .

Tapi di sinilah dia tinggal menikmati Singapura  .

 Ia masih harus belajar menapak jalan kakaknya ketika tinggal di Singapura. Tempat tinggalnya, diuniversity dan tempat kerjanya Meilani agar jika ada yang bertanya tentang Singapura, ia tidak gagap .

Sekali lagi, dia merasakan gelombang teror yang akan datang.

Pikiran baru menentangnya, sudah terlambat, keputusan sudah terjadi. Semua kenangan lama harus lenyap.

Semua barang pribadinya dijual atau dihibahkannya kepada tetangganya.

Kini dia tergeletak di  kamar mewah di sebuah hotel di Singapura.

"Pilih kamar tidur untuk dirimu dan untuk Andri sibocah "  kata Andika.

Beberapa kamar tidur terbuka ke koridor yang lebar. Meilana tahu mana yang akan dia pilih, yang terjauh dari kamar tidur Andika.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status