Share

6. Negosiasi

Bertemu dengan seorang student dari Jakarta dan hura hura mungkin itu hidup yang dilakoninya.

Dihamili dan lelaki itu diseretnya untuk bertanggungjawab. Mereka menikah di Singapura sebelum Jayadi Sanjaya pergi  dengan suatu alasan yang hanya diketahui lelaki itu.

Meilani pulang ke Bintan dan membesarkan anaknya. 3 Tahun yang lalu setelah   kakaknya meninggal karena kecelakaan.

Andri anaknya dibesarkan di bawah asuhan Meilana. Sekarang sudah 7 tahun umurnya.

Ia mengira, lelaki itu penakut, Jayadi   sangat takut menjadi seorang ayah. Jadi dia pergi karena masih kuliah. Atau mungkin juga dia sekolah dinegara lain. Inggris atau Amerika.

Kakaknya terlalu gengsi untuk mencari minta bantuan; atau mungkin juga ada hal lain yang tidak diketahuinya. Meilana hanya dapat  menduga duga.

Meilani pintar kuliah dan membiayai hidupnya dari pekerjaan disebuah bar di Singapura. Tapi kuliah itu tidak selesai.

Dalam keadaan mabuk ia melakukan perbuatan terlarang dengan seorang lelaki, adalah Jayadi Sanjaya.

Ia tak banyak tahu lelaki itu, temannya membantu menemukan lelaki itu dan bersedia mengawininya demi anak yang dikandungnya.

Setelah itu Jayadi pergi. Meilani membiarkan.

Ia  kembali kedesanya, karena dia tak sanggup lagi hidup di Singapura.

Pulang kedesa kecilnya sebagai gadis yang tidak beruntung, membesarkan seorang anak dibantu Meilana.

Meninggalnya Meilani, adiknya Meilana mengambil alih untuk membesarkan anak itu.

Tidak peduli berapa banyak yang dibutuhkan merawat anak pada situasi keuangannya, Meilana dapat  melakukannya!

"Meilana." Andika menggumamkan nama itu. Mengingat wanita itu. Dia merasa kagum sekaligus  kasihan.

Wanita itu. Wajahnya tidak jelek, malahan sangat cantik dengan hidung yang bangir.

***

Andika memikirkan tentang Meilana. dengan riasan sederhana. Kalau menjadi konglomerat seperti apa wajahnya dia.

Ia ingin melaporkan kepada tuan Sanjaya mengenai tugas yang dibebankan kepadanya.

"Belum perlu," kata ayahnya.

"Selesaikan dulu tugasmu dan lihat putra itu."

"Jangan katakan ibunya sudah meninggal. Anggap Meilana itu Meilani," setelah ayahnya menerima seluruh laporan yang disampaikan Andika.

Tuan Sutanta memberikan pandangan yang berbeda dengan pikirannya.

"Maksud ayah saya dan Meilana akan membohongi tuan  Sanjaya?"

Tuan Sutanta serius.

"Dia tidak akan tahu. Biarkan dia jadi menantu tuan Sanjaya dan kita akan mengendalikannya."

"Bagaimana kalau beliau tahu?"

"Salahkan wanita itu, kau tidak rugi bukan?"

"Apakah itu baik? Kita harus memikirkannya lagi," teriak Andika ingin menolaknya dengan keras.

"Tidak ada waktu," ujar ayahnya.

"Kau masih muda dalam dunia bisnis."

"Ini bukan bisnis!" Bantah Andika.

"Ini menyangkut kehidupan kamu!"

"Menyangkut masa depanmu juga." Ujar ayahnya diujung telpon genggamnya.

Tak ingin dia melakukan itu. Namun lelaki itu terlalu lemah untuk membantah ayahnya.

"Itu yang akan kamu lakukan, atau kamu tidak akan pernah menjadi Konglomerat. Kamu kehilangan segalanya, bisnis Papa dalam kesulitan keuangan."  Putus tuan Sutanta.

Andika tidak terlalu mengerti dengan perkataan ayahnya. Andika merasa gamang untuk melakukan. Apakah itu akan membantu Meilana? Atau menjerumuskannya?

Tuan Sutanta terus saja mendesak anaknya. Serangkaian instruksi yang harus dilaksanakan bersama Meilana.

Meilana, Andika mengingat nama itu. Ia membayangkan wajah Meilana.  Tidak jelek, tapi cantik dengan hidung yang mancung.

Kulitnya halus meski dia harus bekerja keras setiap hari.

Namun tiba tiba dia merasa perlu untuk menerima arahan dari tuan Sanjaya.

"Izinkan aku ayah, aku akan melaporkan kepada tuan Sanjaya. Beliau perlu tahu," usul Andika.

Ayahnya berpikir sebentar.

"Itu baik juga, tapi ingat yang kita bicarakan. Laporkan yang perlu saja dan ada yang dirahasiakan."

Serangkaian instruksi lagi diberikan ayahnya Tuan Sutanta.

Andika melaporkan kepada tuan Sanjaya. Konglomerat itu sangat memperhatikan. Berapapun uang dibutuhkan, tuan Sanjaya tidak keberatan untuk membiayainya. Apalah arti uang bagi seoranf konglomerat yang sangat kaya seperti Tuan Sanjaya.

"Bawa menantuku ke Jakarta, kalau dia kuliah di Singapura itu keren. Lakukan apa saja."

Andika meminta waktu, untuk menyelesaikan semuanya dan agar sang menantu dapat dibawa.

Suara tuan Sanjaya begitu sumringah.

***

Minggu siang itu, Andika ada dirumah Meilana. Wanita itu bingung, apakah dia akan menerima lelaki itu atau menolaknya. Setelah pembicaraan panjang dikantornya 2 hari yang lalu Meilana tak ingin meneruskannya.

"Aku ingin menolong kamu." Andika dapat melihat kecemasan diwajah Meilana.

"Aku punya penawaran lebih baik agar  kau tidak kehilangan anak itu," ujar Andika.

"Tapi sebelumnya izinkan aku melihat anak itu."

"Dia sedang tidur siang," jawab Meilana.

"Tak perlu membangunkannya', aku hanya ingin melihatnya."

Meilana menatap tepat tepat ke wajah lelaki itu.

Andika mengedarkan pandangan.menatap berkeliling . Melihat foto di dinding. Melihat juga foto anak itu.

Terakhir, ia melihat foto Meilana dan disampingnya pasti Meilani, seperti kembaran yang cantik.  Meilana lebih muda.

Mukanya yang putih bersih, halus dan rambut yang hitam. Mata teduh namun menyiratkan kekerasan hati.

Andika memperhatikan lebih dalam.  

" Baiklah," kata Meilana akhirnya.

Andika melihat anak itu.  Seraut wajah bulat dengan mata bundar. Andika membandingkan dengan wajah ayahnya yang telah meninggal. Persis sama sewaktu kecil yang dilihatnya difoto dirumah tuan Sanjaya . Tanpa perlu DNA Andika dapat yakin, itu adalah cucu tuan Sanjaya.

Andika tahu, bocah itu mirip dengan Jayadi.

"Bisakah kita membicarakannya?" Tanya Andika dengan wajah serius.

Meilana berpikir sebentar, lama ia tidak menjawab. Dia berpikir dalam kegalauan.

Ketakutannya, mungkin ia perlu mendengar sesuatu.

"Engkau bisa tetap bersama anak itu, asal kamu menjadi Meilani'," usul Andika. Ucapan itu membuat mata Meilana terangkat.

" Aku Meilana," ujarnya ragu .

" Apa susahnya jadi Meilani? Kamu seperti kembarannya dan wajah kamu saya lihat sangat sama."

Tawaran Andika terasa aneh.

"Kamu akan jadi keluarga konglomerat. Menjadi menantu dan mengendalikan sebuah kerajaan bisnis besar."

Mata Meilana lebih membesar lagi .

"Aku punya pacar," Meilana tidak yakin .

Andika tertegun.

"Apa engkau mencintai pacarmu?Bisakah engkau melupakannya demi anak itu?"

Meilana diam. Itu tidak buruk. Lelaki asing itu seperti menebak hatinya.

"Ayo, aku akan membawamu ke Jakarta. Mungkin kau perlu penyegaran, aku membawamu ke Singapura lebih dahulu dan kau mendapat keinginanmu."

" Keinginan?" Meilana  lebih heran lagi.

"Kita ke Singapura, aku akan membelikan kamu apa saja. Itu uangmu dan setelah itu, kita memastikan anak itu adalah benar cucu kakeknya."

Pembicaraan itu terhenti ketika tiba tiba sikecil muncul. Andri bangun dari tidurnya dan muncul didepan Andika.

Meilana mengulurkan tangannya, anak itu memeluk Meilana sambil menatap asing ke Andika.

" Ayo, lihat Om," ujar Meilana. Anak itu menatap Andika, kemudian menatap Meilana.

" Ini om, ayo peluk Om." Andika mengulurkan tangan itu.

Anak itu tidak segera menanggapinya, baru setelah Meilana menganggukkan kepalanya, si kecil itu menghampiri Andika.

"Salam sama om."

Si bocah itu menyalaminya. Segera saja bocah itu menjadi suka. Mungkin dia merindukan seorang ayah. Siapa tahu '?

"Ayo, main kesana bersama Dion. Anak mami mau main layangan bukan?"

"Mami izinkan Andri main layangan? Tanya anak itu lagi. Biasanya maminya cerewet kalau dia berpanas panas dilapangan.

Meilana mengizinkan dan si bocah itu berlari keluar setelah mengambil layangannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status