Share

BAB 4A

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2023-05-22 17:38:28

"Apa, Ros? Istri idamanmu seperti Hanin? Nggak salah? Jangan gi la kamu!"

Mas Eris terdengar gugup dan tak percaya dengan jawaban saudara kembarnya. Dia masih geleng-geleng sembari tersenyum sinis. 

 

"Memangnya kenapa? Selera orang nggak bisa dipaksa sama, Ris," sambung Mas Eros lagi. Dia tampak santai menanggapi keheranan kembarannya.

 

"Masih belum kenyang tidur kali kamu, Ros. Makanya nggak bisa bedakan Hanin sama Fika. Perhatikan dulu mereka, baru kamu akan menemukan perbedaan diantara keduanya yang sangat drastis. Aku saja sekarang nyesel kenapa dulu gegabah menceraikan Fika," ucap Mas Eris sembari menghela napas kasar.

 

Ucapan Mas Eris itu benar-benar membuatku terluka. Teganya dia berkata seperti itu. Kalau memang dia nggak mencintaiku, kenapa dulu dia berusaha mendekatiku dan meminta pada ibu agar mau membujukku untuk menyetujui perjodohan itu?

 

Berulang kali dia datang membawa beragam oleh-oleh agar keluargaku luluh. Dia tunjukkan perhatian dan cinta untukku agar aku luluh, sampai akhirnya ibu benar-benar menjodohkanku dengannya. 

 

Ibu bilang Mas Eris adalah laki-laki yang tepat untukku. Laki-laki idaman mertua yang mau menerima dan menyayangi keluarga istrinya. Meski statusnya sudah duda beranak satu, tak jadi soal karena yang penting tanggungjawab, cinta dan setia.

 

Aku masih ingat betul apa saja nasehat ibu saat itu. Aku yang awalnya menolak akhirnya mengiyakan keputusannya. Bo dohnya aku dulu asal mengiyakan, tanpa istikharah terlebih dahulu.

 

Aku tak pernah menyangka jika akhirnya akan seperti ini. Cinta dan perhatian yang saat itu dia tunjukkan ternyata hanya semu semata. Perhatian yang dia perlihatkan pada keluargaku pun hanya omong kosong belaka. Nyatanya saat bapak sakit keras hingga tiada tak secuil pun tabungannya keluar.  

 

Aku benar-benar tak mengira jika dia belum move on dengan mantan istrinya bahkan menyesal sudah menjatuhkan talak padanya. Aku nggak mungkin terus bertahan dengan pernikahan seumur jagung ini kan? Yang ada hanya akan menyesakkan dada dan menyakiti diri sendiri.

 

"Kenapa kamu menikahi Hanin kalau memang masih mencintai Fika? Harusnya kalian balikan saja dan nggak perlu menjadikan Hanin sebagai tumbal perjalanan cinta kalian yang rumit itu!" ucap Mas Eros sedikit meninggi. 

 

"Kamu tahu dong alasan aku menceraikan Fika saat itu. Fika itu selingkuh. Aku masih sakit hati sama dia. Lagipula aku sengaja lebih cepet nikah biar dia cemburu. Biar saja menyesal sudah mengkhinati cinta tulusku. Mumpung ada kesempatan membuatnya cemburu sebab aku tahu dia sudah pisah dengan selingkuhannya itu," ucap Mas Eris sedikit lirih. Meski suaranya melemah, tapi aku masih begitu jelas mendengar jawabannya. 

 

"Gila kamu, Ris. Tega banget sama Hanin!" teriak Mas Eros begitu kaget mendengar ucapan saudara kembarnya. Dia saja kaget, apalagi aku.

 

Badanku tiba-tiba lemas dan luruh begitu saja ke lantai mendengar pengakuan suamiku detik ini. Kubekap mulutku sendiri agar isak ini tak terdengar dari luar kamar. Aku benar-benar tak menyangka jika hadirku hanya dijadikan pelampiasan dan tumbal agar Mbak Fika cemburu. Teganya!

Masih teringat jelas dalam ingatanku saat Mas Eris menjanjikan hal-hal manis pada kedua orang tuaku. Setidaknya, janji-janji manis itulah yang membuat ibuku luluh dan percaya jika calon menantunya itu akan benar-benar membuatku bahagia. 

Dia bilang akan menjagaku dengan baik, tak hanya menjaga fisik tapi juga hati. Dia pun berjanji akan membuatku bahagia. Bahkan dia ingin segera memiliki keturunan dariku mengingat usiaku sudah cukup matang untuk menggendong bayi, katanya. 

Ibu yang memang begitu mendambakan cucu, langsung mengiyakan begitu saja. Apalagi umurku memang sudah menginjak seperempat abad. Umur yang cukup matang untuk menikah, tapi belum ada lagi laki-laki yang mendekat. Ibu terlalu mengkhawatirkan soal jodoh dan masa depanku setelah penolakanku pada tiga lelaki yang melamarku saat itu. 

Aku memang menolak mereka karena tak sesuai dengan isi hati. Bukan karena sok cantik atau apa. Penolakan demi penolakan itulah yang membuat ibu semakin takut jika anaknya tak laku dan menjadi gosip para tetangga sebagai perawan tua. Ibu malu. 

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Mustika Dyah S
Daque Menikah Pd U 27 bs tuch Mempunyai Anak [ Hamil ... 5X , Mempunyai Anak 4 Orang ............ ]
goodnovel comment avatar
Ana Khana
umur baru 25 kok udah takut dibilang perawan tua
goodnovel comment avatar
Adriana Epa Hoy
Allah su atur jodoh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 68 [TAMAT]

    "Mas, boleh minta sesuatu?" tanya Hanin setelah terdiam beberapa saat. Eros begitu setia dan bersabar menunggu Hanin bicara. "Minta apapun boleh, Sayang. Apaa yang nggak buat kamu. Asalkan tak menyalahi aturanNya, InsyaAllah aku berusaha mewujudkan." Eros membingkai wajah istrinya lalu tersenyum tipis."Kita kembali ke makam Tania sebentar saja, boleh? Mumpung masih di sini," tanya Hanin dengan mengedipkan mata seolah memohon agar permintaannya dikabulkan. "Boleh." Eros membalas singkat dengan seulas senyum di kedua sudut bibirnya. "Makasih, Mas." Eros mengangguk lagi. Setelahnya membuka sabuk pengaman Hanin dan mengajaknya turun dari mobil. Sepasang suami istri itu kembali ke tempat semula. Mereka berdiri di depan sebuah makam yang telah berwarna-warni dengan taburan bunga. Hanin dan Eros jongkok di depan makam itu seperti yang dilakukannya beberapa menit lalu. Bulir-bulir bening menetes di kedua pipinya saat mengusap nisan putih itu. Tania Putri Salsabila binti Danang Saputro.

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 67

    "Hanin, Eros, kalian di sini?" tanya Delima saat melihat Hanin dan Eros di depan makam Tania. Hanin yang masih memejamkan mata sembari merapalkan doa pun mendongak. Dia menatap Delima yang sudah berdiri di sampingnya."Tante Delima ...." Hanin beranjak dari tempatnya berjongkok lalu menyalami Delima, sementara Eros sedikit membungkuk sebagai pengganti jabat tangan. Eros belajar banyak dari Hanin yang tak mau bersentuhan dengan non mahram. "Maafkan saya yang baru datang ke pemakaman Tania, Tante," lirih Hanin setelah kedua perempuan itu mengurai pelukan. Delima mengusap lengan Hanin pelan lalu menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa, Nin. Tante tahu kamu baru saja melahirkan. Pamali kalau datang ke pemakaman sebelum masa nifas usai. Hanin mengangguk sembari tersenyum tipis menatap Delima yang berkaca. "Om Danang nggak ikut, Tante?" tanya Hanin setelah menyadari jika Delima datang sendirian ke pemakaman ini. "Papanya Tania ke kantor, ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Kebetulan T

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 66

    [Assalamualaikum, Bu. Gimana keadaan Tania sekarang?]Sudah tiga kali Hanin mengirimkan pesan yang sama pada ibunya, tapi sampai saat ini belum ada balasan apapun. Eros juga sudah menelepon Eris, tapi tak diangkat bahkan pesannya pun belum dibaca. Hanin dan Eros tak tenang. Mereka curiga ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada Tania, tapi tak mungkin pergi sekarang karena Arkana baru saja aqiqah dan masih ada beberapa tamu di rumah. "Gimana, Mas?" tanya Hanin pada Eros yang baru masuk ke kamar mereka. Eros menggeleng pelan lalu mengusap lengan istrinya. "Nggak apa-apa, Sayang. Mungkin ibu sama Eris masih menjaga orang tua Tania. Jadi, mereka nggak sempat membuka handphone. Nanti kalau sudah longgar pasti menghubungi kita," ucap Eros dengan senyum tipisnya. Dia berusaha menenangkan Hanin yang terus gelisah. "Eros benar, Nin. Kamu tenang saja. Nanti ibu juga telepon," ucap Desy, kakak iparnya yang masuk kamar sembari menggendong Arkana. Desy tersenyum lalu menidurkan Arkan di

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 65

    "Tania? Mana Tania, Del?" tanya Yuningsih mengikuti pandangan Delima ke area jalan raya. "Itu, Mbak. Dia tersenyum menatapku," balas Delima lagi. Salah satu jemarinya kembali menunjuk ke arah jalan. "Nggak ada, Del. Tania sudah pergi. Dia kembali ke pangkuanNya, Del. Ikhlaskan kepergiannya ya, supaya dia juga bisa tenang di sana." Yuningsih mengusap lengan Delima lalu kembali memeluknya. "Tania masih ada, Mbak. Dia bilang akan mengajakku dan Mas Danang jalan-jalan ke taman kota. Dia pasti sudah menunggu di rumah kan?" lirih Delima lagi. Air matanya masih bercucuran. Delima benar-benar belum bisa menerima kenyataan jika Tania telah tiada. Delima merasa jika anak angkatnya itu masih ada bersamanya bahkan kini menunggunya di rumah. Berulang kali Yuningsih menjelaskan, berulang kali pula Delima bersikukuh dengan ucapannya. "Tante, Tania sudah pergi. Om dan papa masih mengurus jenazahnya. Nanti kita makamkan bersama ya? Tak apa jika sekarang Tante belum bisa menerima ini semua, tapi k

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 64

    Dokter Erwin keluar dari UGD. Dia mencari keluarga pasien yang ditanganinya saat ini. Danang dan Delima yang berada tak jauh dari ruangan itu pun saling tatap lalu buru-buru beranjak dari kursi. Mereka melangkah tergesa menghampiri sang dokter. Keduanya tak sabar ingin mendengar penjelasan dokter tentang keadaan Tania saat ini. "Keluarga pasien Tania?" tanya Dokter Erwin saat Danang dan Delima sampai di dekatnya. Sepasang suami istri itu mengangguk bersamaan. "Benar dokter. Kami orang tua Tania. Bagaimana keadaan anak kami, Dok?" tanya Delima sedikit terbata. Dokter Erwin menghela napas panjang lalu menatap Danang dan Delima dengan sorot mata berbeda. Ada mendung di kedua matanya. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, Pak, Bu, tapi Allah berkehendak lain," ucap dokter lirih, tapi cukup jelas terdengar. Delima shock. Dia tak sanggup mendengarkan ucapan dokter selanjutnya. Wanita itu menangis histeris. Tubuhnya lemas dan luruh di lantai begitu saja. Danang yang berada di samping

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 63B

    "Ya Allah Tania kenapa, Tante? Padahal tadi tampak bersemangat dan ceria. Kenapa mendadak seperti ini?" Hanin kembali gugup dan terkejut melihat perubahan drastis perempuan di sampingnya. Tania benar-benar tampak lemas dan tak berdaya. "Tania memang begitu, Nin. Dia selalu berusaha kuat dan baik-baik saja makanya selama ini Tante dan Om juga nggak tahu kalau sakitnya sudah separah ini. Dia pintar menyembunyikan semuanya dan tak ingin melihat orang lain kerepotan." Delima mengoles minyak angin di kening Tania, tapi tak ada efek apapun karena Tania tetap terdiam."Maafkan kami, Nin. Kami harus bawa Tania ke rumah sakit," ujar Danang kemudian.Hanin mengiyakan dan mendoakan yang terbaik untuk Tania. Eros dan Eris pun ikut membantu Danang membawa Tania ke mobilnya. Ahmad, Yuningsih dan Eris ikut mengantar Tania ke rumah sakit. Sementara Rukmini dan Eros tetap di rumah menemani Hanin. Bahkan Hana pun ingin menginap di rumah sahabatnya itu."Semoga Tania baik-baik saja," lirih Hanin saat m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status