Hizkia mengamati ekspresi berbeda dari istrinya. Ruth mengungkit apapun yang lewat dalam pikirannya. Diam dan memendam pikiran hanya akan menyakiti diri sendiri, pikir Ruth. Hizkia mencoba mencerna dan membiarkan unek-unek istrinya keluar, hingga keheningan tercipta kembali.
"Suara kamu bisa membangunkan Elkana." Tangan Hizkia terangkat ingin menyentuh lengannya dengan segera Ruth termundur selangkah.
"Jangan sentuh aku," ringis Ruth. Telapak tangannya terbuka mengarah pada Hizkia. Tangan Hizkia berhenti di udara, turun dengan terkepal, tadi hampir menyentuh lengan Ruth sebelum ada penolakan.
"Aku lelah... capek..." Ruth menurunkan nada suaranya, ia merasa kehilangan kata-kata, "aku juga salah, aku tidak mampu mengolah dan bersikap santai. Aku merasa pernikahan ini bagian dari permainan kamu. Kamu berdiri di balik kata 'janji kepada Abangmu'," lanjutnya. Ruth menutup mata lalu menghela nafas panjang dan dalam untuk
Tiba-tiba... Dering ponsel Hizkia di nakas samping sofa tempat keduanya duduk berbunyi. Pada awalnya mereka abaikan, tetapi pada dering panggilan kedua, Ruth menoleh untuk meraup udara. Tidak sengaja Ruth membaca nama pemanggil yang tertera beserta gambarnya. Foto perempuan dengan busana cut off shoulder top dipadu dengan hot pants. Sontak Ruth berdiri, melepaskan diri dari Hizkia dengan penampilan agak berantakan seperti hatinya yang makin kacau. Kenapa malah jadi bermesraan? Logikanya mulai buntu karena selimut gairah tubuhnya. "Sekarang kamu punya kebebasan, lakukan apapun yang kamu mau!" Ruth mengeluarkan kalimat itu, ia kembali pada kenyataan. Dirinya benar-benar berbalik dan berlalu meninggalkan kamar dengan rasa hati yang tak menentu. "Mama El..." Hizkia memanggil istrinya, tapi kali ini Ruth tidak kembali. Perempuan itu menutup pintu sedikit kencang membuat Hizkia terperanjat dan refl
Kening Hizkia mengernyit saat tengah memeriksa berkas laporan tentang kecelakaan kerja pembangunan gedung baru dari kuasa hukumnya. Hasil pengusutan yang berwajib ada dugaan kesengajaan. Dering ponsel Hizkia berbunyi. Pada panggilan kedua barulah ia melirik ponselnya. Mama. "Halo Ma..." Hizkia segera menjawab panggilan. "Halo Papa El.. apa kabar, Nak?" Hizkia tersenyum mendengar panggilan dari ibu kandungnya, sangat manis terdengar. "Baik Ma. Mama gimana kabarnya?" Percakapan antara ibu dan anak mengalir ringan. Nenek Elkana, Endang Srirahmawati, berencana mengunjungi mereka seminggu lagi, rindu pada Elkana dan menantu kesayangannya. Ruth sering menghubungi mama mertua, meski mereka tengah dirundung prahara rumah tangga. Ruth tahu benar membedakan masalah dengan suami tidak merembet ke orang tua. Hizkia juga berlaku yang sama terhadap bundanya Ruth.
Ruth terpaksa kembali sekamar dengan Hizkia. Mereka bersepakat tidak ingin menimbulkan kecurigaan Endang terhadap pernikahan yang tengah mereka jalani. Hati suami istri ini belum memutuskan apapun terhadap perkawinan mereka. Malam hari setelah menidurkan anaknya, Ruth masuk ke dalam kamarnya. Sementara, Endang telah terlelap di kamar tamu. Seharian bersama Elkana begitu menyenangkan hati Endang, rasa lelah yang menggembirakan. Ruth kembali bertemu muka dengan Hizkia yang tersenyum sumringah sembari menepuk-nepuk ranjang. Kalau tidak ada mama mungkin Ruth akan memperpanjang pisah ranjangnya. Syukur saja ada mama. Batin Hizkia. Awalnya, Ruth mengira Hizkia sudah tidur. Dirinya sengaja masuk ke kamar lewat dari jam sepuluh malam supaya mereka tidak perlu bertemu seperti saat ini. Terlintas ingatan akan ciuman mereka sebulan yang lalu, rasanya pipi Ruth merona menghangat. Peristiwanya begit
Keesokan hari, Ruth bangun seperti biasa. Ia menjalankan tugas harian: menghidangkan sarapan pagi yang telah dimasak Riyem, mengurus keperluan suami sebelum ke kantor, dan melihat putra mereka yang sedang diasuh neneknya, sementara Ratmi tengah membereskan kamar Elkana. Hizkia juga tengah bersiap-siap di kamar.Ruth kembali melakoni perannya sebagai ibu dan istri, mengingat mama mertua ada di rumah. Ruth tidak ingin perkara rumah tangga yang absurb menjadi beban pikiran Endang.Dilayani lagi setelah sekali purnama sempat sendiri, Hizkia merasa senang mamanya berada di rumah mereka. Ia merasa suasana sebulan belakangan terasa mistis di rumah seluas ini karena melakukan apa-apa sendiri. Ruth dan Elkana yang telah menjadi kebiasaan untuk Hizkia seolah-olah menghilang karena interaksi mereka sangat minim."Mama, di Jakarta lama 'kan? Ada sebulan apa mau dua bulan?" Mereka sedang di meja makan, sarapan. Sesekali Hizkia meliri
Saat Ruth masuk ke ruangan Hizkia, pria itu tampak serius menekuni berkas di meja kerjanya, sementara Naomi berulah terus menarik perhatian dengan mengelus pundak suaminya.Alih-alih langsung marah, Ruth menaruh kotak makan siang di meja sofa dengan suara sedikit keras. Hizkia yang kedatangan istri tiba-tiba, menyambutnya ia berjalan menuju Ruth."Ini makan siang kamu," ucap Ruth. Hizkia canggung, meski begitu tetap menerima makan siang sang istri. Ia senang kalau ada bunda atau mama di rumah, istrinya akan tampak lebih manusiawi terhadapnya."Kamu makan bersamaku?" Ruth bertanya dalam hati, apakah itu suatu ajakan."Kenapa? Punya rencana makan bersama orang lain?" Ruth tidak lagi menyemb
Di masa lalu mendiang kakek Elkana, Daniel Perkasa Alamsyah, berteman baik dengan papa Naomi, Ryuzaki. Mereka saling mengenal semenjak bangku sekolah menengah, tergolong anak orang berada yang memiliki perusahaan keluarga.Mereka terpisah saat meneruskan perkuliahan. Ryuzaki meneruskan kuliah ke Jepang. Sementara Daniel tetap memilih tinggal di dalam negeri. Pulang dari Jepang setelah menamatkan kuliah, Ryuzaki membawa seorang perempuan yang telah menjadi tunangannya. Sementara, Daniel dengan mama Hizkia - Endang masih berpacaran.Suatu waktu perusahaan mereka memiliki jalinan kerjasama, sebelumnya Daniel dan Ryuzaki tidak tahu tentang kemitraan yang terjalin, pucuk pimpinan masih ditangan orang tuanya masing-masing. Mereka bertemu dalam rapat kedua perusahaan, sejak saat itu semakin dekatlah hubungan pertemanan mereka.Ryuzaki kemudian menikahi perempuan yang kelak menjadi mama Naomi. Saat mereka memiliki anak pertama, bertepatan juga Daniel dan Endang memutusk
Kisah masa lalu yang begitu pelik. Ruth tidak menyangka keluarga Perkasa Alamsyah melewati gelombang kehidupan yang dahsyat. Ia mengamati wajah Endang yang menceritakan semua kisah itu. Raut sedih Endang begitu kentara, mata sayunya berkaca-kaca.Bagi Ruth, Endang perempuan yang tegar. Ia harus kehilangan dua orang yang dicintainya dengan jarak waktu tidak begitu lama. Bila Ruth memutuskan mengakhiri pernikahan, bagaimana kisah keluarga ini nantinya? Bagaimana pandangan Endang?Ruth juga bertanya-tanya dalam hati, mengapa dirinya begitu mudah jatuh cinta pada Hizkia padahal belum setahun pernikahan mereka? Apa jangan-jangan sebenarnya bibit cinta itu telah tumbuh lama? Ruth takut lalu menepis pertanyaan itu. Dirinya tidak berani menjawab sendiri.Ruth bukanlah orang yang akan berkhianat pada suaminya sendiri. Sesungguhnya itu tidak pernah terjadi. Namun, pesona anak laki-laki Perkasa Alamsyah tidak terelakkan bagi Ruth.
Sewaktu menurunkan tangan dan membuka mata, Hizkia terperanjat di kursinya. Ada Ruth berdiri di sampingnya begitu dekat. Hizkia mencoba memindai keadaan. Ruth terlihat menunduk memandang wajah Hizkia. Netra mereka bertemu.Ruth mau apa!? Jangan membangunkan singa tidur, geram Hizkia dalam hati."Tubuh kamu butuh istirahat, jangan dipaksakan," saran Ruth dengan lembut.Ruth menarik lengan suaminya dari kursi kerjanya. Faktanya Hizkia memang begitu lelah dan butuh istirahat. Hizkia terdiam menuruti tarikan istrinya keluar dari ruang kerja, berjalan menuju kamar mereka. Hizkia seperti terhipnotis oleh Ruth. Matanya fokus hanya pada Ruth.Ruth tampak biasa saja. Sesampai di kamar, perempuan itu naik ke atas ranjang. Pegangan pada Hizkia telah diurai. Hizkia membeku masih menatap istrinya, imajinasinya melanglang buana.Hizkia berjalan mendekat, nalurinya menuntun mendekati Rut. Lupa