Sarapan bersama dengan kehadiran Ruth pagi itu, membuat suasana hati Hizkia sedikit membaik. Ruth masih belum banyak bicara, tetapi senyum tidak lepas dari bibirnya.Senyum untuk Elkana dan Endang, bahkan pada Ratmi dan Riyem juga mendapat senyuman itu. Sayangnya, pada Hizkia masih saja ditahan, yang lain tidak menyadarinya.Pria itu gerah, ia merasa seperti sejenis tikus yang menjijikkan dipandang sepasang mata indah itu. Ohh! Tanpa sadar Hizkia menekan sendok ke piring dengan agak kasar hingga dentingnya begitu nyaring terdengar."Kenapa, Papa El?" tanya Endang menoleh pada anaknya.Hizkia berdehem untuk menormalkan dirinya kembali, "Tidak, Ma. Tidak ada masalah," ujarnya melirik sekilas Ruth yang fokus pada aktivitas makannya.Dalam kesempatan itu, Endang kembali menyampaikan akan kembali ke Medan besok karena mendapat jadwal mentoring dari istri pekerja perkebunan sawit milik
Sore hari saat Hizkia akan kembali pulang ke rumah, suara notifikasi pesan pendek terdengar dari ponselnya. Ada seseorang tanpa identitas mengirimkan pesan berupa gambar. Hizkia mengunduh gambar tersebut. Ia melotot mendapati istrinya duduk di sebuah cafe bersama laki-laki yang tidak lain adalah Kris. Di gambar itu menunjukkan istrinya sedang tertawa bahagia. Pikiran Hizkia semakin terganggu dengan gambar yang baru saja diterimanya. Mau ngapain lagi sih dia ini? Pikir Hizkia. Pria itu melihat nama cafe di dalam gambar, ia mengetik di pencarian nama cafe itu dan didapati bahwa lokasinya tidak jauh dari rumah Hizkia. Hizkia langsung saja melaju meninggalkan kantor menuju cafe yang dimaksud. 💕💕 Ruth sore ini izin pada mama mertuanya untuk ke supermarket dekat rumah mereka untuk membeli keperluan dapur. Ia ditemani oleh Danu. Hizkia hari ini memang tidak diantar Danu ke kantor, menyetir sendiri. Danu diminta menunggu di parkiran, Ruth akan men
Ruth yang baru saja tiba dengan nampan di tangan merasakan aura ketegangan di antara kedua pria di hadapannya. Ia meletakkan nampan dan mempersilakan keduanya untuk minum. Kris menyesap singkat minumannya."Ruth, aku harus undur diri duluan ya. Tadi ada panggilan dari saudaraku," kata Kris. Pria itu sudah tidak ingin berlama-lama."Loh! Minumannya belum juga habis setengah, Kris," heran Ruth.Kris tergesa menandaskan minuman yang telah dipesan oleh Ruth, meninggalkan bekas minuman di bibirnya."Hei, jangan terburu-buru nanti tersedak!" Hizkia melihat ada kekhawatiran dari Ruth pada temannya ini, padahal saat ia tadi meneguk minuman dengan tergesa-geram, Ruth bahkan tak memberi komentar.Hati Hizkia sedikit tercubit melihat adegan ini."Kris! Maaf... ada bekas minuman, di sini." Ruth menunjuk pinggiran bibirnya sendiri, ia melihat Kris mengelap dengan punggung tangan persis putranya Elkana lakukan bila makan.Ruth tertawa melihat tingkah temannya itu."Kamu ini lucu banget, pakai tisu
Endang mendengar penuturan menantunya lantas berdiri kemudian berlalu lalang, kepanikan tersirat jelas di wajah cantik yang mulai menua."Mama El yakin? Maaf! Mama ingin memastikan saja," ujar Endang setelahnya. Ia buru-buru menyampaikan maksud sebelum Ruth salah paham pada kalimatnya.Ruth mendongak, "Iya Ma. Hubungan mereka tidak pernah berakhir."Ia telah memutuskan berterus terang pada mama mertua agar kelak bila terjadi perpisahan, bukan karena alasan yang dibuat-buat.Nenek Elkana menjadi tidak sabar. Ia keluar kamar mencari anaknya untuk mengetahui kebenaran akan informasi yang baru saja diperoleh dari menantunya.Endang menengok Hizkia ke kamar anaknya, yang dicari tidak ditemukan. Lalu, ia mencari ke ruang kerja barulah menemukan Hizkia tengah membongkar berkas dari dalam lemari."Papa El!" Endang masuk tanpa banyak kata dengan suara tegas. Hizkia terperanjat di tempat."Eh, Mama," ujar Hizkia setelah membalik tubuhnya
Ruth telah selesai membenahi pakaian anaknya. Kini ia berada dalam kamar sendiri untuk mengemas pakaiannya. Ia dan Elkana akan turut Endang ke Medan.Hizkia melangkah ke kamar pribadinya setelah terlibat pembicaraan dengan Endang. Dari arah pintu, ia sempat memerhatikan Ruth yang sedang berkemas.Pria itu berjalan masuk perlahan, tiba di samping istrinya ia menahan tangan Ruth yang sedang memasukkan pakaian ke dalam koper. Ruth sempat terdiam melihat genggaman Hizkia di tangannya. Darahnya berdesir.Ruth lantas menolak, ia melanjutkan melipat pakaiannya dan menaruh ke dalam koper."Aku bakal jemput kalian," ucap Hizkia masih berdiri di samping Ruth.Ruth membisu."Aku akan ambil keputusan dalam dua pekan ini," ujar Hizkia serius.Ruth mondar-mandir berkemas agar tidak ada barang penting yang ketinggalan. Kali ini Hizkia merasakan aura cantik terpancar dari dalam diri Ruth terlebih saat istrinya berlenggak-lenggok di dalam kamar. Keteguhan, ketenangan, senyuman, tangisan hingga amarah
Pagi hari Ruth tengah bersiap-siap di dalam kamar. Pakaian kerja Hizkia pun masih dipersiapkan olehnya. Tidak banyak bicara, ia melakukan saja apa yang menjadi tugasnya sebagai seorang istri.Hizkia memerhatikan apa yang dikerjakan oleh istrinya sesaat setelah keluar dari kamar kecil."Makasih ya Mama El, sudah siapkan pakaian kerjaku," ujar Hizkia."Emm," sahut Ruth sembari berlalu-lalang di dalam kamar."Apa... tidak dipikirkan kembali rencana ke Medan? Dua minggu rasanya terlalu lama bila berjauhan," ucap Hizkia menaruh handuk di senderan sofa."Setelah mandi, biasakan taruh handuk di gantungan kamar kecil. Handuk ini bikin sofanya lembab," kata Ruth tidak menanggapi perkataan Hizkia melainkan mengingatkan kebiasaan lama Hizkia yang suka menaruh handuk sembarangan. Sewaktu Hizkia akan mengambil handuk kembali, Ruth telah terlebih dulu menyambarnya lalu menaruh ke dalam kamar kecil."Kamu bisa ambil keputusan terbaik untuk pernikahan ini menjelang dua pekan mendatang." Ruth menangga
Sebuah notifikasi masuk kembali ke ponsel Ruth, ia mengira suaminya masih berusaha menjahilinya, ternyata yang masuk adalah pesan dari Kris.Setelah berbasa-basi menanyakan kabar, Kris mengajak Ruth untuk bertemu. Ini belum ada seminggu dari mereka jumpa di supermarket tempo hari.Ruth menyampaikan bahwa ia sedang tidak berada di Jakarta. [Kamu sedang di Medan 'kan?] begitu tebakan pesan dari Kris.[Dari mana kamu tahu?] Ruth agak terkejut sebab Kris mengetahui posisinya kini.[Dari mananya tidaklah penting, Ruth. Aku juga sedang ada di Medan.] respon Kris enteng.Ruth mengerjap. Beberapa kali pertemuan tidak sengaja membuat kedekatan diantara mereka terjalin baik. Ruth mengabaikan perasaan aneh yang terbit dalam hatinya.[Mau ketemu di mana? Tapi aku bawa Elkana dan pengasuh ya. Tidak bisa aku tinggal sendiri karena Medan ini suasana yang baru] pesan Ruth. Ia menerima tawaran dari Kris.[Mall di Medan saja, ada arena bermain anak. Nanti aku kirim alamatnya ya.] balas Kris.Setelah p
Endang tengah dalam tugas kunjungan ke kabupaten beberapa hari. Ruth bersama Elkana dan Ratmi tinggal di rumah dilayani oleh asisten rumah tangga. Siang nanti Ruth ada janji bertemu dengan Kris. Elkana dan Ratmi akan ikut bersama. Elkana perlu juga bermain mengenal dunia permainan luar.Notifikasi masuk ke ponsel Ruth sewaktu ia sedang menemani Elkana bermain balok. Sementara Ratmi sedang merapikan kamar Elkana.Ruth mengambil ponsel dan membaca pesan yang berasal dari suaminya.[Halo Mama El... apa kabar? Aku rindu...] pesan Hizkia disertai emoji wajah bersemu. Ruth bukannya senang malahan terlihat sewot dengan pesan singkat suaminya. Sejak malam Ruth memutuskan ikut ke Medan, Hizkia kerap melontarkan banyak diksi yang mampu membuat dada Ruth ketar-ketir. Menurut Ruth, Hizkia mungkin sedang tidak ada kerjaan lain sehingga iseng mengerjainya.Syukur saja mereka sekarang berjauhan sehingga Hizkia tidak dapat melihat ekspresi sewot Ruth disertai pipi memerah.[Pesan nyasar!] demikian