Keesokan harinya, Sari bergegas untuk kekampus, setelah dua minggu ini mengerjakan proposalnya bersama Wina, setelah menelpon Wina dengan telephon rumahnya, karena HP dan dompetnya yang tertinggal dirumah Wina, untuk mengajaknya kekampus, sekalian untuk dibawakan HP dan dompetnya, Sari berpamitan kepada Bundanya.
Sari pergi kekampus diantar pak husen supir keluarganya, karena mobilnya masih dibengkel dan baru beres diperbaiki siang sekarang, setibanya dikampus ternyata sudah ada Wina menunggunya diarea parkir kampus, yang sedang asik mendengarkan musik didalam mobilnya dengan mulutnya yang tak berhentinya mengunyah cemilan.
Sari turun dari mobilnya menghampiri Wina.
Tuuk...ttuuk..ttukk.
Sari mengetuk kaca mobil Wina yang sedang asik sendiri, dari dalam mobil Wina tersenyum dan menurunkan kaca mobilnya.
"Sorry, ada perlu apa, ya?" canda Wina.
Sari yang tahu kalau Wina sedang ingin bercanda, membalasnya dengan bercanda juga.
"Tol
Sari dan Wina sudah tiba dibengkel temannya Angkasa, dimana mobilnya diperbaiki, Sari menghampiri salah satu mekanik disana untuk bertemu dengan pemilik bengkelnya, setelah diarahkan untuk masuk keruangan pemilik bengkel, Sari dan Wina melangkah menuju pemilik bengkel, yang kebetulan sedang berada didepan ruangan tersebut, sedang mengobrol dengan salah satu mekanik disana, setelah selesai dan mekanik tersebut pergi, pemilik bengkel melangkah masuk, sampai depan pintu teedengar suara Sari menyapa."Permisi pak."Pemilik bengkel yang bernama gunawan menoleh kearah Sari dan tersenyum."Ada yang bisa saya bantu, nona?" tanya Gunawan."Maaf pak, saya Sari, temannya Angkasa, saya ingin mengambil mobil yang kemarin diperbaiki bengkel bapak, sekalian membayar biayanya.""Oh temannya Angkasa, mari kedalam ruangan saya," mempersilakan Sari dan Wina untuk masuk kedalam ruangannya.Setelah dipersilakan duduk, Gunawan mengambilkan mereka minuman.
Setelah selesai makan, dan berbincang sebentar, Wina dan Sari pamit untuk pulang kepada tante Indah dan Zidan. Didalam mobil, Wina yang sedang menyetir sesekali tersenyum melirik Sari, Sari yang merasa aneh kenapa dengan tingkah Wina, seraya berkata. "Dari tadi senyam - senyum terus melirikku, kenapa sih, ada yang aneh denganku emang?" Wina tertawa dan berkata. "Lagi mikirin gimana kalau sahabatku ini sama Zidan." "Kok Zidan, bisa - bisa ya mikir kesitu, kamu saja sama Zidan," jawab Sari dengan ketus. "Dih gitu aja ngambek, Zidan naksir kamu kayaknya, dari tadi merhatiin terus kamu." "Masa sih, ah itu mah bisa - bisa nya kamu saja." "Serius Sar, kamu gak nyadar saja." "Udah ah, jangan mikir yang nggak - nggak, aku itu masih belum ingin dekat cowok manapun." "Iya - iya aku paham Sar, tapi Zidan itu sudah tampan baik orangnya, mapan lagi." "Ya terus..." "Gak pake teruslah, kayak tukang
Setelah memesan minuman dan makanan, Sari memulai pembicaraan, teringat soal mobilnya dibengkel."Angkasa, tadi siang aku dan Wina kebengkel untuk mengambil mobil, kenapa kamu repot - repot bayarin aku biaya perbaikan mobil, aku jadi tidak enak.""Tidak apa - apa, saya juga dapat diskon kok dan nggak merepotkan, saya senang bisa membantu."Terimakasih, ya.""Iya," jawab Angkasa.Makanan dan minuman sudah datang, mereka berdua menikmati hidangan tersebut, setelah selesai makan mereka melanjutkan obrolan mereka soal kenapa Angkasa mengajak Sari keluar."Sari, sebelumnya saya minta maaf, karena saya mengajakmu jalan dengan tiba - tiba, padahal kita belum begitu akrab sekali, terimakasih sudah percaya dengan saya, sehingga kamu tidak menolak ajakan saya.""Iya...kita kan sudah saling kenal, apalagi kamu beberapa kali menolongku, masa aku menolak ajakanmu.""Oh, iya, saya ngajak kamu keluar, ada yang marah nggak," tanya Angkasa
Saat sedang asik mengobrol dan tertawa, seseorang menghampiri mereka, yang tiada lain adalah Rama, seraya menyapa Sari yang duduk didepan Angkasa."Hai, Sari, sudah lama menunggu, ya."Rama duduk disamping Angkasa, dan tersenyum menatap Sari.Sari yang merasa terganggu dengan kehadiran Rama mencoba bersikap ramah, walau sebenarnya dia bingung, siapa yang menunggu Rama, kenapa Rama bisa berucap seperti itu, apakah ini rencana mereka berdua, tapi Sari mencoba membuang fikiran negatif itu, dan menganggap semua ini hanyalah kebetulan saja."Sari sudah makan?" tanya Rama."Sudah." jawab Sari singkat.Rama menoleh kearah Angkasa seraya berkata. "Sob, thanks ya, sudah ajak Sari kesini."Angkasa hanya tersenyum, tak membalas ucapan Rama, merasa tidak enak terhadap Sari.Rama memberi kode kepada Angkasa, dengan menyenggol kaki Angkasa, untuk pura - pura kemana dulu, karena Rama ingin mengobrol berdua dengan Sari, Angkasa sebenarnya tida
Sari dan Angkasa melangkah keluar dari cafe, saat akan memasuki mobil, Rama yang merasa kesal karena ditinggal begitu saja mengejar mereka dan menahan pundak Angkasa seraya berkata."Bro, lo bilang mau bantuin gw tapi kenapa sekarang lo malah nurutin dia, harusnya lo nolak untuk mengantarnya pulang."Angkasa yang melihat Rama bersikap seperti itu, membuat Angkasa menarik napas panjang dan mencoba menenangkan Rama."Ram, sabar dulu, sorry kalau saya menyinggung kamu, saya juga serba salah, tapi kamu lihat sendiri Sari langsung menarik tangan saya untuk mengantarnya pulang," ungkap Angkasa."Harusnya lo tolak saja, lo kan bisa buat alasan yang masuk akal, lo kan pinter ngomong, masa gitu aja lo nurut, parahnya gw ditinggal gitu saja.""Sekali lagi sorry, Ram, saya sudah berusaha bantu lo, ya udah saya anterin Sari dulu, ya, nanti saya ngomong baik - baik sama Sari, sekarang kasih ruang dulu buat Sari.""Ok, gw tunggu kabar baiknya."Ang
"Rama!! kamu keterlaluan, apa salah Angkasa," bentak Sari yang kesal dengan sikap Rama yang tiba - tiba."Kamu tidak usah ikut campur Sari, pantesan kamu menolak saya antar pulang, tidak tahunya kamu suka dengan Angkasa, pantas saja kamu cuek dengan saya, bilangnya pulang gak tahunya sedang asik berduaan disini."Pria tersebut tiada lain adalah Rama, yang tidak sengaja melintas kejalan tersebut bersama kedua temannya, Rama terlihat sempoyongan, matanya memerah, tercium bau alkohol dari mulutnya.Angkasa kembali menghampiri Rama untuk menjelaskan kejadian sebenarnya, tapi karena Rama dalam keadaan mabuk, Rama sama sekali tidak mau mendengar penjelasan Angkasa, saat Angkasa mencoba menjelaskan, tangan Rama melayang meninju wajah Angkasa, sontak membuat semua orang disana kaget, kedua teman Rama menarik Rama, sementara Angkasa memegang wajahnya yang memar dan terdiam ditempat, tidak percaya temannya segitu marahnya kepadanya tanpa mau mendengar penjelasan darinya.
Sari merebahkan badannya yang terasa lelah, begitupun Wina yang tidur disamping Sari, tak berapa lama Wina sudah mengorok, sementara Sari belum juga memejamkan matanya, diraihnya ponsel yang diletakkannya dimeja tempat tidurnya, dengan posisi sambil berbaring, Sari menghidupkan layar ponselnya, ternyata ada pesan masuk, dan itu dari Angkasa, seketika Sari tersenyum, mulai membuka menu chatingnya.Angkasa : Sari, saya sudah sampai, terimakasih ya.Sari : Iya, kamu sudah obatin lagi lukanya, jangan sampai nggak nanti takut makin sakit.Tak ada balasan dari Angkasa, karena memang Angkasa mengirim pesan sekitar tiga puluh menit yang lalu, saat Sari sedang mengobrol dengan Wina, Sari menunggu sekitar limat menit tetap tak ada balasan, akhirnya disimpan kembali ponselnya, saat tangannya akan meletakkan ponselnya, terdengar pesan masuk, Sari kembali membuka ponselnya dan tidak jadi disimpan.Angkasa : Maaf baru balas, tadi saya habis dari kamar mandi. Kamu belum
Setelah Dika pergi, Sari merasa lega, setidaknya, tidak ada lagi orang yang mengganggunya, karena kalau Dika masih bersikukuh ingin terus duduk disampingnya dengan pertanyaan - pertanyaan yang membuatnya tidak nyaman, takutnya Sari kepancing emosi.Setelah mereka berdua selesai dengan makanannya, mereka sejenak menikmati berlangsungnya acara, dimana ada hiburan penyanyi - penyanyi terkenal ibukota yang diundang langsung oleh keluarga Sinatra.Saat sedang asik menikmati acara tersebut, mata Sari seketika tertuju pada seorang pemuda, yang sedang berjalan kearah Naura dengan digandeng seorang wanita cantik, pemuda tersebut adalah Angkasa yang datang bersama dengan Sinta, entah mengapa hati Sari merasa sakit, seakan pedang menusuk jantungnya, ingin sekali menghampiri Angkasa dan menyapa, tapi melihat Angkasa bersama dengan seorang wanita membuatnya hanya terdiam mematung, Wina yang melihat ekpresi wajah Sari yang muram, seraya berkata."Sar, kamu kenapa?"Sar