Permatasari nugraha merasa seperti wanita bodoh yang pada akhirnya tahu bahwa dika tak lebih dari laki - laki pecundang yang tak mampu menghargai miliknya, sari memutuskan untuk mengakhiri hubungan nya dan mulai menata kembali puing - puing hati yang telah patah dan fokus kepada tugas akhir kuliah nya. Sebelum akhirnya sari kembali jatuh cinta sekaligus patah hati, patah hati yang jauh berbeda dari kisah sebelumnya, lelaki bernama angkasa yang telah membuatnya jatuh cinta, perlakuan spesial, kebaikan dan kedewasaan angkasa walau pada akhirnya sari hanyalah sekeping hati yang patah, perjuangan dan kesabaran sari apakah akan membuah kan hasil. menyerahkan takdir cintanya kepada semesta biarkan waktu menjadi proses untuk angkasa, lelaki yang telah memberinya kebahagiaan sekaligus luka.
もっと見る第57番世界、通称エデン――始まりの者が57番目に訪れた楽園という伝説からそう呼ばれている――。
そこには豊かな土地と鉱物資源、そして強大な兵力で他国に差をつける大帝国――ローズ帝国――があった。その帝国を支配する皇帝の名をローゼス、その右腕となる騎士の名をアルファという。
ローゼスは金髪碧眼の青年で、まだ皇太子と呼べるほどに若い、ギリギリ20歳に見えるような見た目だった。目鼻立ちのすっきりとした美男子で、長い手足を少し邪魔くさそうにしている。その服装は白を基調に金糸をあしらった豪華なつくりだった。
対してアルファは髪も目も黒曜石のように黒く、服は黒地に銀糸をあしらった騎士礼装で、彼も同じ年くらいの若々しさだった
「のう、我が騎士よ」
「なんでしょう、皇帝陛下」
玉座に腰かけ、ニヤニヤとだらしなく笑うローゼスに対して、その斜め後ろに立つアルファは堅苦しい態度で応える。それが気に入らなかったらしく、ローゼスは声を荒げる。
「その態度はやめいと言っておるだろうが!」
「あなた様は皇帝になられたのです。一臣下がへりくだることの何が気に入りませんか」
「お前は余の側近中の側近。しかも今は2人きりだ。……それに余が皇帝の座につけたのはお前のおかげだろう」
「……だからといって僕が偉いわけではありませんよ。陛下」
多くの国を支配する皇帝の位に立つローゼスにとって、着飾ることなく話せる相手は少ない。
その口から1つ言葉が発せられれば、それは帝国の意志として世界中を走り回る。
そのこともきちんと理解しているローゼスだからこそ、何も着飾らなくてもよい“ローゼス”という個人でいられる存在は非常に貴重だ。だからこそアルファにも着飾らないで欲しいのだが、そうはいかない。アルファから見たローゼスは個人であると同時に皇帝であり、その身分の差を弁えないといけないことはわかりきっているのだ。
「……まあよい。それより、街でおもしろそうな話を聞いたのだ」
「街って、またお忍びで出かけられたのですか⁉ お願いですからせめて僕を護衛にと……!」
「ええい、うるさいうるさい! それよりも余の話を聞け!」
こうなったローゼスは自分の言葉を通すまで声を上げ続ける。着飾らなくていい相手だからこそ、そのようなことが許される。それを考えれば、今は自分が聞くしかない、とアルファは諦めた。
「はあ、なんでしょうか、陛下」
アルファは片手で額を押さえたが、ローゼスは満足そうだった。こういう時、ローゼスは面倒な考えを編み出している傾向にある。長くつきあってきたアルファだからこそわかる、特徴的な癖だった。
「最近巷で評判の教団があるらしいではないか」
「ああ、箱舟教団ですね」
「そうだ! なぜそんなおもしろそうな話を誰も余にせんのだ!」
おもしろそうって……と、アルファは頭が痛むのを感じた。ローゼスにそのような話をすれば飛びつくに決まっている。だからこそ誰も皇帝たる彼の耳には入らないようにしてきたのだ。
「まあいい、その教団について探り……」
――潰せ
◆◆◆
宮殿の外へと出ると、辺りはとっぷりと日が暮れていた。アルファが闇夜を見上げると、ほぼ満月と言っていい月が見える。その表情は見えないが、じっと見られているような気がした――なんとなく期待しているような顔をしている気がするのだ。とはいえ、人々の間では不安を意味する月に期待の目で見つめられても、すぐに表情を変えられると思うと複雑な心境になるアルファだった。
「はあ、やれやれ」
黒いワイシャツと同色のスラックスで闇に紛れながら、文字通り彼の存在も声も認識できなくなる、認識疎外の魔術のかかったキセルの煙を吸い込む。煙が肺を満たし、魔術が体中に染み込むのがわかった。
(陛下はいつも急だ。だが……)
権威が2つになることは避けねばならない。それでは粛清と暗殺と復讐にまみれた先代皇帝の時代に逆戻りだ。あの毎日に、安息というものは全くなかった。民達の目が絶望を湛えているように見えたことがあるのをアルファは忘れない。そして平穏をようやく手に入れたとしても、こうも大きな厄介者をのさばらしておけば、それは簡単に崩れ去る。
そうはさせまいと、そしてローゼスの“理想”を実現させるため、アルファはキセルを口にくわえ、箱舟教団本部の敷地に乗り込むことにした。しばらく歩いて本部にたどり着いたアルファは、壁を乗り越えて敷地内に侵入した。
(……?)
そしてすぐに、アルファは気づいた。認識疎外をしているとはいえ、あまりにも守りが手薄だということだ。壁を乗り越えても警報1つ鳴らない警備のザルさにアルファは呆れながらも警戒を強めた。
(妙だな。守る気がないかのようだ)
教団には教祖とは別に予言者がいることをアルファはすでに知っていた。ローゼスからの命令が下る前から、教団のことを調べていたからだ。調査の目的はもちろんローゼスの脅威とならないかどうか、だ。
そして調べ上げた結果、教祖は権力を振るいたいだけのバカでしかなく、予言者の方が信仰を集めていることにすぐに思い至った。だが予言者は表には決して出てこない。完全に正体不明であり、実像は全く掴めなかった。だからこそ、こうして侵入する必要があったのだ。
(やはり妙だな。……誘いこまれている?)
教祖がいる教団となると警備が手厚いのは想像に難くない。ましてや教祖以外に信仰を集める予言者という存在がいれば尚のことだ。
それにもかかわらず、感じ取った限りでこの教団はやけに腕を広げて誰かを待っているような印象をアルファに与えた。そこら中に抜け穴があり、基本的に警備はザルなのだが、突然妙に警備の手厚い場所があった。ひとまずそこを避けていると、地下に地下に導かれているかのようにアルファの足は向かっていた。かび臭い地下へ続く階段の先には古びた牢屋がいくつかあった。
(……ん?)
奥の牢屋に人影があった。アルファは警戒するように口にくわえていたキセルをズボンのポケットにしまった。とっくに火の消えたそれは常に手に持ったり、口に咥えたりする必要はなく、ポケットの中などの装身具の中でも認識疎外の力を保つことが可能だ。
(こいつは……)
その牢屋に近づいて見てみると、人影の正体は今時奴隷でも着ないようなぼろきれ同然のワンピースを着た少女だった。見た目から推測して10歳くらいだろうか?
もう少し下に見える後ろ姿は痩せこけていた。鉄格子付きの小さな穴から月を見上げている彼女のお尻まである長い髪は月明りに映える銀色で、手入れをされていなくても美しかった。そんな神秘的な見た目は、自然と目を奪われる。「…………」
アルファはその姿を茫然と見つめていた。すると少女は振り返った。彼を見たようにも感じられたが、目の焦点は合っていない。その目はこの国では魔王の象徴と言われる血のような赤だった。
「……やあ、こんばんは」
妖しく笑った少女はアルファがいるであろう方向に当たりをつけるようにそう言った。認識疎外が上手くいってないのか? アルファの脳裏にそうよぎるが、少女はすぐに否定した。
「ああ、安心するといい、君の姿は見えていないよ。ただ“視えて”いたんだ。君が今夜ここに来ることは。だから警備の連中も退かしておいただろう? 君には敵わないだろうからね」
なるほど、あの警備の手薄さはこういうことだったのか。アルファはどこか納得した。同時に、思う。
――未来を視るという噂は本当だった。
――ならばここで殺すべきだ。
――ローゼスの脅威になる前に。
アルファは、腰に下げたカバンからナイフを静かに取り出す。アルファと少女との間には鉄格子があったが、そんなもの、ナイフに魔力を込めれば切れるほどにボロボロだ。彼は魔力が生まれつき少ないが、そのナイフは彼の魔力を増幅してくれるものだった。
「ぼくを殺そうか悩んでいるね。でもだいじょうぶ。視えているよ。君はぼくを殺さない」
アルファは無言を貫いた。足音すら殺して鉄格子に近づくと、それをナイフで切り刻み、鉄の残骸と化した。そのままゆっくりと少女に近づく。少女は安心しきったように笑顔だった。
「ああ、そこにいたのか。ぼくを、どうするつもりだい?」
ふふふ、と嗤う少女からは、気味が悪いほどの余裕を感じる。
――すべて、“視られ”ている。
その感覚にアルファは恐怖した。だが、年端もいかぬ少女を殺すことにためらいがあったのも事実だ。そしてその力は、使い方次第ではローゼスの役にも立つ。だが危険な劇薬には違いなかった……。
ふいに少女は手を伸ばしてきた。背伸びをして、アルファの頬に触れると、ゆっくりと顔を近づけてきた。アルファはすぐに振り払おうとしたが、金縛りにあったように動けなかった。まるで未来を視る赤い目に縛られてしまったようだった。「逢いたかったよ。ぼくの聖騎士(ナイト)様」
その夜、少女とアルファの唇が静かに重なった。満月だけが、その様子を見ていた。
Keduanya telah tiba di Purwakarta, Angkasa mengajak Sari untuk masuk bersamanya, kedalam rumah Bayu, yang sudah menunggunya didalam, sebelumnya, memang Angkasa sudah menghubungi Bayu. "Hai, bro...apa kabar lu," sapa Bayu sambil menjabat tangan Angkasa dan Sari. Mereka sudah hampir tiga tahun tidak bertemu, Angkasa pindah ke Bandung, walau memang beberapa kali Angkasa berziarah ke makam ayahnya, tidak pernah bertemu Bayu karena sedang berada diluar kota, sebagai anak pemilik usaha sate maranggi dibeberapa kota membuat Bayu jarang berada di rumah, sibuk membantu ayahnya. Bayu dan Angkasa sahabat semenjak kecil, dulu rumah Angkasa, tidak jauh dari rumah Bayu hanya terhalang empat rumah, Bayu mempersilakan mereka untuk duduk. Reni datang dari arah dapur, membawa kopi hangat dan beberapa cemilan untuk disuguhkan. Angkasa melihat Reni seraya berkata. "Kamu Reni, kan?" "Iya, kak," jawab Reni. "Sudah besar sekarang, ya," ucap Angkasa.
Langkah kaki semakin terdengar jelas, Sari menoleh kearah pintu, ternyata Hans dan Wina baru kembali dengan membawa bungkusan plastik ditangan Hans, setelah meletakan diatas meja, Hans pergi kedapur, sementara Wina menghampiri Sari seraya berkata. "Lama, ya, sorry, tadi ada kecelakaan ditikungan depan, buat macet jalan, makan bakso yuk, laper nih."Sari bangkit dari duduknya, kini berdiri disebelah Wina, Hans sudah membawa empat mangkuk dan sendok memberikannya kepada Wina dan Sari, mereka segera menyantap bakso, sesekali mata Angkasa dan Sari saling beradu pandang dengan bibir yang tersenyum.Setelah selesai makan, mereka mengobrol sejenak saling bercerita seputar skripsi, yang mana dua minggu lagi harus sudah dikumpulkan dan presentasi didepan para dosen penguji, Hans diminta oleh Wina untuk memberi masukan karena Hans yang memang sudah berpengalaman dalam membuat skripsi, karena sudah lulus lebih dulu sehingga lebih paham, Hans bersedia membimbing mereka dan ingin b
Angkasa tetap diam tidak menjawab, namun tak memberikan penolakan, saat Sari membersihkan darah yang kering, memberinya betadine dan menutupnya dengan plester, Sari menatap wajah Angkasa begitu dekat jantungnya serasa berdetak dengan cepat, dengan jemari lentiknya perlahan mengkompres wajah Angkasa dibagian luka lebamnya, Angkasa tetap diam pandangannya menatap keluar jendela dan tangannya yang menggenggam gelas yang masih berisi alkohol akan ia teguk, Sari dengan cepat meraih gelas di tangan Angkasa. "Sudah ya, jangan minum lagi, kamu sudah mabuk, aku gak perduli kamu mau marah karena aku melarangmu minum, yang jelas semua demi kebaikanmu juga," ucap sari dengan nada yang lembut. Angkasa sama sekali tidak marah ia hanya diam dan menatap Sari, pandangan mata mereka beradu, Sari dengan cepat mengalihkan pandangannya, dan seraya berkata kepada Hans. "Hans, ini sudah selesai, kalau begitu aku dan Wina pamit pulang." "Sebaiknya tinggal dulu sebentar lagi, lagian
Singkat cerita, seminggu sudah Sari tak lagi mendengar tentang Angkasa, hatinya begitu sangat merindukan Angkasa, hanya sepenggal kenangan yang terukir dalam ingatannya, saat pertama kali bertemu dan beberapa kali Angkasa selalu menyelamatkannya, hingga pada akhirnya saling dekat.Hari ini jadwal cek-up Sari ke Dokter, ditemani Wina mereka segera ke rumah sakit, Sari sudah pulih dan merasakan badannya baik - baik saja begitu juga tangannya yang luka, sudah tidak terasa sakit dan ngilu, Setelah selesai dari rumah sakit, Wina mengajak Sari ke cafe Story di daerah Dago, agar Sari bisa refresh setelah seminggu lebih tidak pergi kemana - mana, Sari yang memang sedang tidak ingin sendiri dan butuh hiburan juga, akhirnya mau pergi bersama Wina, setelah menelpon Bundanya, untuk minta ijin, Sari dan Wina kini menuju Cafe Story, dengan menggunakan mobil Wina, Sari terlihat murung, duduk disebelah Wina yang sedang menyetir mobil."Kamu kenapa, Say?" tanya Wina yang sesekali mempe
Wina dan Sari saling lirik, lalu mereka tertawa, Hans semakin bingung jadinya, Wina yang melihat kebingungan diwajah Hans, seraya menjelaskan."Hans, kamu gak usah khawatir kita akan ribut, karena kita memang begini, sudah biasa, lagian cuma karena kata - kata, masa persahabatan kami jadi rusak, benar gak, Sar?""Yupsss..."Hans tersenyum lega, karena mereka hanya saling bercanda, ternyata mengobrol dengan cewek gak semudah yang Hans bayangkan, Hans sudah mikir terlalu jauh, melihat Wina dan Sari yang tertawa dengan riang dan saling bercanda, walau sebenarnya kadang ada kata - kata yang bisa saja jadi ribut, tapi mereka memang sama - sama mengenali sifat masing - masing, jadi obrolan apapun tidak hambar dan tidak memicu jadi emosi, wanita seperti ini yang Hans cari, semakin kagum saja Hans kepada Wina, karena bagi Hans, wanita yang selalu tertawa riang dan bisa menyikapi setiap obrolan tanpa harus emosi, itu akan memberikan energi positif baginya.Hans, m
Mereka berempat menghabiskan waktu dengan mengobrol dan menikmati cemilan dan jus, diselingi bercanda dan ketawa - ketawa, Sari begitu bahagia memiliki orangtua yang sangat menyanyanginya dan sahabat yang begitu tulus kepadanya, tak terasa waktu sudah hampir malam, setelah makan malam bersama, akhirnya mereka bergegas untuk istirahat, Wina tidur seranjang dengan Sari, sementara orangtua Sari, dibawah menggelar kasur karpet, Suasana Rumah Sakit yang sepi membuat mereka tidur dengan nyenyak.Suara Adzan Subuh terdengar berkumandang, Bunda Sari bangun lebih dulu untuk mandi, begitupun Ayah Sari dan Wina mereka mandi bergantian, sementara Sari belum bisa untuk mandi sendiri sehingga dibantu ibunya membersihkan tubuhnya, dengan dilap basah dan memapahnya kekamar mandi untuk wudhu, mereka melaksanakan Sholat Subuh berjamaah, untuk Sari sendiri duduk dikursi roda, karena belum kuat lama - lama berdiri, badannya masih terasa lemah, setelah melaksanakan Sholat berjamaah, mereka merapi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
コメント