Share

4. Pertemuan Tanpa Rencana

Singkat cerita, Sari dan Wina telah siap - siap untuk pergi ke Gramedia, untuk mencari buku sebagai bahan materi tambahan proposal sidang, sekalian jalan - jalan refresh otak dan makan sore di mall, Wina yang memang sudah meminta ijin kepada orang tuanya, dari saat acara ulang tahun Naura, untuk menginap di rumah Sari beberapa hari, karena Sari maupun Wina kadang saling menginap, dan orangtua mereka sudah sama - sama tahu dan sudah seperti keluarga.

Saat mereka tiba di mall, mereka tidak langsung ke Gramedia, padahal rencana awalnya adalah ke gramedia dulu, baru jalan - jalan, itu semua karena mata mereka sudah tertuju lebih dulu ke arah butik di dekat pintu masuk, jiwa wanita mereka sudah meronta melihat pakaian - pakaian yang begitu bagus, tanpa berfikir dua kali mereka langsung masuk ke butik athenajaya yang memang terkenal di mall itu dengan model - model pakaian yang berkualitas bagus dan kekinian.

Sari dan Wina sibuk memilih - milih baju mana yang akan mereka beli, begitu banyak yang bagus - bagus membuat mereka serasa ingin memborong semuanya, tapi apa daya uang yang mereka miliki paling hanya cukup membeli dua stel pakaian, karena sebagian uangnya akan mereka pergunakan membeli buku dan untuk makan di mall.

Setelah selesai memilih pakaian mana yang akan dibeli, merekapun menuju kasir untuk membayar, akhirnya,  semuanya beres di packing, dengan wajah yang bergembira mereka berjalan menuju Gramedia, bagaimana tidak bahagia pakaian yang sedang trend bisa mereka miliki.

Saat sedang berjalan sambil bercanda, tepat di area pintu masuk Gramedia mereka melihat pemandangan didepan mereka, seorang laki - laki muda, tinggi, putih dan tampan dengan menggendong tas ransel dan membawa beberapa buku di tangannya sedang mengejar perempuan muda yang sangat cantik.

"Sayang, tunggu dulu, tolong dengar penjelasanku," ucap Angkasa.

Sinta berhenti berlari dan menoleh, lalu menghampiri Angkasa, tanpa sepatah katapun, dengan mata berbinar basah, seakan air matanya akan jatuh di pipinya yang mulus.

Angkasa tersenyum menatap Sinta yang mulai berjalan menghampirinya.

"Akhirnya...kamu mau mendengar penjelasanku sayang," ucap Angkasa.

"Plakkkk."

Tamparan keras mengenai pipi Angkasa, sontak membuat semua orang yang sedang berbelanja dan berada disekitar mereka termasuk Sari dan Wina kaget.

Mereka, harusnya tidak menyelesaikan masalah cintanya, di tempat umum, harusnya pulang saja dulu dari mall dan selesaikan dirumah atau tempat yang memang tidak banyak orang, seakan mempermalukan diri sendiri, membuka keburukan didepan umum, banyak mata yang memandang seakan sedang menonton pertunjukan, karena emosi yang tidak bisa di kontrol mereka sama sekali tidak hiraukan tatapan orang - orang yang terus menatap mereka, atau memang tidak peduli dan fokus saja pada masalah mereka berdua, terutama Sinta, begitu beraninya menampar dan berbicara dengan nada tinggi, memaki Angkasa, seakan sudah benar - benar lepas kontrol diri, sementara Angkasa hanya berbicara pelan dan mencoba membujuk Sinta.

"Kamu jahat, Angkasa! kenapa Kamu tega selingkuhi aku, kurang apa aku selama ini, semua yang aku miliki untuk kamu, tapi kamu tidak pernah bisa menghargai perasaanku, hati ini sakit! sambil menyeka air mata yang akhirnya jatuh membasahi pipinya."

"Tenang dulu sayang, ok...ok, aku bersalah, tapi kamu dengar dulu penjelasanku?" sekarang Kita ke cafe, duduk disana, jangan berdiri seperti ini, kamu lihat, semua mata menatap kita, kita selesaikan semua disana, ya...sayang, ijinkan aku untuk menjelaskannya.

"Tidak! aku Mau pulang, titik, dan jangan kejar aku, biarkan aku sendiri kalau kamu memang masih punya hati."

Angkasa menarik napas, mencoba menetralkan emosinya, yang sebenarnya hampir terpancing sikap Sinta.

"Baiklah sinta, aku tidak akan menahanmu untuk tidak pergi, mungkin kamu butuh waktu sendiri, kamu hati - hati dijalan, kabarin aku kalau sudah tiba di rumah, nanti malam ijinkan aku kerumahmu?"

Sinta tak menjawab sepatah katapun, dia bergegas pergi menuju lift untuk ke area parkiran mobilnya.

Angkasa tidak lagi mengejarnya, karena Angkasa cukup hapal karakter Sinta, bila sedang marah dan ngambek, lebih baik dibiarkan saja dulu, apalagi ini masalah yang cukup pelik. Angkasa, memang bersalah karena berselingkuh, tapi semua itu karena Sinta juga, yang terlalu posesif dan pemarah, membuat Angkasa mencari kenyamanan di perempuan lain, walau pada dasarnya, yang namanya selingkuh, ya selingkuh tidak ada alasan apapun, alasan hanya dipakai sebagai senjata menutupi kesalahan.

Angkasa kembali masuk ke Gramedia, karena masih ada buku yang akan dibelinya, saat di pintu masuk Gramedia, Sari dan Wina sudah berjalan ke arah pintu masuk, tidak sengaja Sari menyenggol Angkasa, karena merasa kaget, mendengar bunyi kereta anak melintas di belakangnya, sontak membuat buku yang di genggan Angkasa jatuh berserakan di lantai.

"Maaf mas, saya tidak sengaja," ucap Sari merasa bersalah.

Sari mengambil buku yang berserakan di lantai, lalu menyerahkan ke laki - laki tersebut dan meminta maaf sekali lagi.

Angkasa tersenyum "Aku juga salah karena tidak berhati - hati dan sedikit melamun," terimakasih, untuk bukunya.

Sari dan Wina masuk ke dalam Gramedia dan mencari buku yang akan mereka beli, setelah buku yang mereka cari ketemu, tanpa lama - lama mereka pun membayar dan pergi dari gramedia, Sari dan Wina sudah merasa lapar, sudah waktu nya perut untuk di isi.

Sari dan Wina memilih makan di cafe arsana, yang menyediakan juga makanan khas sunda, dengan lahap mereka menghabiskan makanannya, dirasa sudah cukup kenyang, akhirnya mereka bersantai sejenak di cafe tersebut sambil menikmati minuman kesukaan mereka.

"Sar, tadi tuh cowok yang kamu senggol, bukannya cowok yang bertengkar dengan ceweknya, ya," dia sangat tampan.

"euhm...iya sih tampan, tapi tidak tahu juga sifatnya, apakah seperti wajahnya, tadi dengar sendiri ceweknya bilang kalau cowoknya selingkuh."

"Iya juga sih, jaman sekarang seribu satu, cowok tampan baik dan setia, kalau ada juga, yang tampan baik tapi banci..." hahahahahha.

"Hush, ngaco nih anak ngomongnya, sudah ah, ngapain juga kita malah bahas cowok tadi, tidak penting juga."

"Tidak penting sih, cuman sayang banget dengan ketampanannya, kayak oppa korea."

Sari melihat arlojinya, waktu menunjukan pukul empat lebih lima menit, Sari mengajak Wina untuk mampir dulu ke tempat permainan, sebelum pulang.

Mereka berdua pun meninggalkan cafe arsana dan menuju ke tempat permainan, disana cukup ramai hampir setiap permainan di isi orang, terutama anak - anak, setelah mengisi saldo di kartu permainan, mereka mencari beberapa permainan yang kosong, tapi beberapa permainan yang kosong ternyata tidak mereka minati, akhirnya mereka masuk ke box photo studio, sembari menunggu permainan yang mereka inginkan kosong.

Singkat cerita, mereka sudah memainkan beberapa permainan yang mereka gemari, dirasa sudah cukup melelahkan tapi seru, akhirnya mereka segera pulang, saat berjalan untuk pulang, keluar dari area permainan, mata Sari melihat laki - laki itu lagi.

"Win, coba kamu lihat, siapa yang sedang memainkan permainan bola basket."

Mata Wina melihat ke arah laki - laki yang Sari bicarakan dan menunjuknya.

"Bukannya, itu laki - laki yang tadi."

"Pelan - pelan ngomongnya, Wina! jangan ditunjuk, tidak enak kalau sampai ketahuan, disangkanya kita kepo," ungkap sari.

"Perasaan ketemu terus, jangan..jangan," ucap wina sembari salah satu telunjuknya menepuk hidung berulang dengan pelan, mencoba menebak."

"Jangan - jangan apa?"

"Jodoh, salah satu diantara kita."

"Hahahahaha, mabok si Wina." ledek Sari.

"Dih malah ketawa."

"Sudah, ah, ayo pulang, tidak akan selesai - selesai kalau terus di bahas,  karena sahabatku yang satu ini, sok  menjadi peramal, ujung - ujungnya malah kemaleman sampai rumah.

Setibanya dirumah, Sari dan Wina bergantian mandi, dengan mengenakan baju tidur mereka mulai membuka buku yang dibelinya di Gramedia, merekapun mulai menyusun setiap paragraf, menyatukan materi hasil study kasus yang mereka lakukan, mereka sama - sama fokus menyusun materi untuk sidang dua bulan lagi, ya tidak semua dikerjakan sekarang, toh masih ada waktu sebelum hari H sidang, setidaknya dicicil, agar tidak keteter, dan mereka ingin sama - sama lulus sidang agar bisa menyusun skripsi bareng, lulus kuliah dan kalau bisa kerja bareng.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status