Share

SENTUHAN BERBAHAYA KAKAK TIRIKU
SENTUHAN BERBAHAYA KAKAK TIRIKU
Author: Qingcheng

Kabar Pernikahan

Author: Qingcheng
last update Last Updated: 2025-10-13 14:41:02

“Aku turun.”

Cassandra membuka pintu mobil ketika Ervan—kekasihnya—memarkirkan mobilnya di depan rumahnya.

Tapi sebelum gadis itu turun, tangan Ervan menahan pergelangan tangannya membuat Cassandra menoleh.

“Kenapa, Van?” Tanya Cassandra dengan dahi berkerut samar.

Ervan tak menjawab, sebaliknya pria itu menarik tengkuk Cassandra, hingga jarak wajah keduanya sangat dekat.

Mata Ervan tertuju pada bibir merah muda Cassandra, dan detik berikutnya, pria itu refleks memiringkan wajah dengan mata terpejam, hendak menciumnya, tapi Cassandra dengan cepat mendorong tubuh pria itu membuat Ervan membuka mata, menatap Cassandra heran.

“Kenapa?”

“Jangan, Van.”

“Udah setahun kita pacaran. Kamu gak pernah biarin aku cium kamu. Kenapa?”

“Aku belum siap.” Kata Cassandra lirih. “Jangan paksa aku, Van.” Gadis itu meremas roknya gugup.

Ervan pun menghela napas panjang, lalu bersandar di jok. Ekspresinya jelas kecewa. “Aku bakal nunggu sampai kamu siap.”

“Hm.” Cassandra mengangguk. “Aku turun dulu.”

“Aku jemput kamu. Kapan kamu balik asrama?”

Cassandra tak langsung menjawab. Gadis itu menunduk, melihat bayangan wajahnya di permukaan dashboard yang licin.

“Aku belum tahu, Van. Banyak hal terjadi tiba-tiba. Papaku—” Dia berhenti, menggigit bibir bawahnya. “Papaku bilang dia mau menikah lagi. Tanpa cerita apa pun sebelumnya. Aku bahkan belum tahu siapa wanita itu.”

Ervan menoleh cepat. “Nikah? Secepat itu? Kamu bahkan belum pernah cerita kalau dia punya pacar.”

“Aku juga baru tahu,” jawab Cassandra lirih. “Dia bilang calon istrinya bakal datang malam ini.”

Ervan mengusap wajahnya frustasi. “Kapan nikahnya?”

Cassandra menggigit bibir bawahnya, menatap lurus ke depan. “Aku enggak tahu, Van.”

Ervan mencondongkan tubuh, menatapnya wajah murung Cassandra dengan lekat. “Sayang, jangan sedih. Kamu bisa obrolin dulu sama Papa kamu. Aku temenin, ya?”

Cassandra menggeleng pelan. “Enggak usah, Van. Ini masalah keluarga aku.”

“Tapi—”

“Aku turun dulu.” Potong Cassandra tersenyum kaku, segera membuka pintu mobil, menjejak lantai yang basah, menengadahkan wajah, menatap rumah besar bergaya klasik yang berdiri megah di hadapannya.

Dengan langkah berat, gadis itu masuk ke dalam rumah itu. Begitu pintu terbuka, aroma parfum maskulin khas ayahnya langsung menyambutnya.

“Cassie,” Suara berat itu memanggil.

Seorang pria dengan setelan formal tampak berjalan dengan penuh kharisma ke arahnya.

“Akhirnya kamu pulang juga, Cassie.” Ucap Alex, menatap lekat putrinya.

“Pa, jelasin. Apa maksudnya? Papa pasti bercanda, kan?”

“Papa serius. Papa sudah bilang jika papa akan menikah lagi.”

“Pa, kenapa tiba-tiba? Siapa calon istrinya? Aku bahkan belum mengenalnya.”

“Makanya papa meminta kamu pulang.” Alex menepuk lembut bahu putrinya. “Papa akan mengenalkannya. Papa yakin kamu akan suka. Sekarang persiapkan dirimu, sayang, karena sebentar lagi mereka tiba.”

“Mereka?” dahi Cassandra berkerut, alisnya bertaut dalam.

Melihat ekspresi itu, Alex tersenyum kecil. “Papa lupa cerita. Selain punya mama baru, kamu akan memiliki kakak tiri.”

“Kakak tiri?” Suara Cassandra meninggi, mata bulatnya membelalak.

“Benar. Kamu tidak akan sendiri lagi. Dia pria yang sopan, pintar, dan bisa menjaga kamu. Nanti kalian pasti akrab. Sekarang rias diri kamu. Papa ingin putri papa ini tampil cantik.” Ucapnya dengan nada perintah, menatap lekat manik cokelat Cassandra.

Dalam hati Cassandra tersenyum pahit. Akrab? Dia bahkan belum siap punya ibu tiri, apalagi kakak tiri.

“Tapi, Pa—” Cassandra menatap ayahnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Semua ini terlalu cepat. Papa bahkan belum pernah cerita soal wanita itu.”

Alex menatap putrinya lama, lalu menghela napas. “Papa tahu ini mendadak. Tapi Papa ingin kamu berusaha menerima. Papa sudah lama sendiri, Papa butuh pendamping. Lagipula … Lilian itu wanita baik. Sekarang, bersiaplah. Ganti pakaianmu, tata rambutmu. Papa ingin kamu tampil cantik malam ini.”

Cassandra terdiam, lalu mengangguk perlahan. “Baik, Pa.”

Gadis itu pun berjalan ke kamarnya dengan langkah gontai, kepalanya tertunduk kusut.

“Hah.” Cassandra membuang napas kasar, mendudukkan diri di depan meja rias sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

“Mama tiri? dan kakak tiri? Aku bahkan tidak tahu mereka.” Gumamnya lirih.

Tangannya bergerak pelan, menyisir rambutnya dan membiarkan helai hitamnya jatuh lembut di bahu.

Tak lupa, Cassandra juga mengoleskan sedikit lip tint, lalu berjalan malas ke walk in closet mengambil gaun biru pastelnya dari dalam lemari dan memakainya cepat di tubuh indahnya.

Ketika Cassandra turun kembali, jam menunjukkan pukul tujuh malam. Lampu gantung di ruang tengah sudah menyala terang, menyebarkan cahaya keemasan yang hangat.

Alex sudah menunggu di depan pintu, tersenyum bangga melihat putrinya.

“Kamu cantik sekali, Cassie.”

Cassandra hanya tersenyum samar, menutupi kesedihannya. “Makasih, Pa.”

“Ayo, Nak. Kita jemput calon mama dan kakak tirimu.” Alex menatap lekat putrinya, menggenggam tangannya.

Cassandra hanya bisa mengangguk, berjalan berdampingan dengan sang ayah ke halaman depan.

Udara malam terasa sejuk. Lampu taman di luar sudah dinyalakan, dan dari kejauhan terdengar suara mesin mobil mendekat.

Sebuah mobil hitam mewah berhenti di depan gerbang. Dari balik jendela, Cassandra bisa melihat siluet dua orang.

Pintu pertama terbuka. Seorang wanita turun dengan anggun, mengenakan gaun krem lembut dan perhiasan sederhana namun mahal. Rambutnya terurai rapi, wajahnya cantik dengan senyum yang tenang.

“Lilian,” sapa Alex hangat, memeluk tubuh wanita itu.

Cassandra memperhatikan dari jarak beberapa langkah. Lilian tampak mempesona dengan gaun kremnya dan aroma parfum lembut yang elegan. Wanita itu kemudian menoleh, tersenyum padanya.

“Kamu pasti Cassandra, ya? Aku senang akhirnya bisa bertemu.”

Cassandra hanya mengangguk dan tersenyum halus, membungkuk sopan memberi hormat. “Salam kenal, tante.”

“Cassie sangat cantik.” Puji Lilian, senyumnya begitu hangat.

Cassandra tersenyum, mulutnya sudah terbuka ingin menjawab, namun sebelum kata-katanya keluar, suara pintu mobil di sisi lain terdengar terbuka.

Sepasang sepatu kulit hitam menginjak jalan basah, lalu perlahan muncul sosok pria bertubuh tinggi tegap—dengan bahu lebar, dan garis rahang tegas.

Cassandra mengangkat wajah, menatap pria tinggi yang keluar dari mobil dengan jaket kulit hitam yang menutupi tubuh tegapnya. Rambutnya sedikit acak, tatapannya tajam.

Dunia seolah berhenti berputar.

Rexandra Adikara.

Darah Cassandra seperti berhenti mengalir. Napasnya tercekat. Sementara itu, pria itu, Rexa, melangkah mendekat dengan santai, senyum miring terukir di sudut bibirnya.

“Malam, Om Alex,” sapanya dengan senyum ramah, suaranya rendah—lalu menatap Cassandra, mata mereka saling terkunci. “Hai, Cassandra, ya?”

“Sayang, ini Rexa. Dia akan menjadi kakak tiri kamu.” ucap Alex membuat tubuh Cassandra membeku di tempat, sementara kedua tangannya meremas ujung gaunnya dengan gugup.

Bagaimana mungkin? Pria di depannya yang pernah menjadi cinta pertamanya, sekaligus luka pertamanya tiba-tiba saja datang kembali. Dan kini, menyandang status sebagai kakak tirinya?

“Hai, Cassie.” Rexa menyapa lagi dengan ramah, melangkah mendekat, membungkukkan punggung tegapnya, lalu mensejajarkan wajahnya di telinga Cassandra. “Sepertinya mulai sekarang, kita akan sering bertemu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SENTUHAN BERBAHAYA KAKAK TIRIKU   Cemburunya Cassandra

    “Rexa?” Rexandra menoleh, hingga netra elangnya bertemu dengan mata indah Cassandra. “Halo, adik.” Suara Rexandra rendah, dalam, serak. Wajahnya tenang, dan sebuah senyum miring tersungging di bibirnya. “Ng—ngapain kamu di sini?” suara Cassandra naik setengah oktaf. Alisnya berkerut tajam. Rexandra menoleh perlahan, tatapannya santai. “Nongkrong.” Jawabnya pendek. Cassandra pun memutar bola matanya, mendekat dengan tangan terlipat di dada. “Jangan bohong. Apa kamu ngikutin aku?” Tanyanya penuh selidik. Rexandra mengangkat sebelah alis, lalu berdiri perlahan, mencondongkan tubuh, membuat jarak mereka hanya sejengkal. Cassandra langsung mundur setengah langkah. “Aku lagi nongkrong. Boring di rumah. Kenapa sepede itu bilang aku ngikutin? Atau pengen diikutin?” “E—engga.” Cassandra tergugup, menahan napas. Rexandra yang melihat terkekeh pelan. “Tadi di parkiran,” ucap Rexa rendah. “Kamu ngehindar dicium cowok kamu?” Cassandra langsung membelalakan mata. “Kamu masih bilan

  • SENTUHAN BERBAHAYA KAKAK TIRIKU   Bibir Rexa

    Cassandra membeku. Bibirnya kaku, matanya terbelalak lebar. Napasnya tertahan di tenggorokan. Gadis itu bisa merasakan hangat dan tekanan dari bibir Rexandra yang menempel di bibirnya—tebal, kuat, dan terlalu dekat. Detik berikutnya, tubuhnya bereaksi tanpa berpikir. “Mmph!” Cassandra mendorong keras dada pria itu dan menggigit bibir bawahnya sekuat tenaga. “Shhh ….” Rexandra mendengus tertahan. Kakinya mundur setengah langkah, terpaksa melepaskan tautannya. Setetes darah segar mengalir di sudut bibirnya, ulah Cassandra. Namun bukannya marah, Rexandra justru tersenyum miring. “Kamu gila!” Cassandra memegang bibirnya sendiri, wajahnya merah padam karena marah dan kesal. “Gila?” Rexandra mengulang perkataan Cassandra dengan santai. “Kita sekarang itu kakak-adik, Rexa!” Rexandra menyeka darah di bibirnya dengan ibu jari, menatapnya tenang. “Kakak-adik? Kita bahkan nggak sedarah.” Nada bicaranya rendah dan dalam, menusuk langsung ke dada Cassandra. Cassandra memalingkan w

  • SENTUHAN BERBAHAYA KAKAK TIRIKU   Ciuman Rexa

    Cassandra menelan ludah, menatap layar ponsel dengan senyum terpaksa, sementara detak jantungnya beradu dengan suara hujan di luar. Dan saat dia menutup panggilan, lampu tiba-tiba menyala terang — menyoroti mereka berdua yang duduk terlalu dekat, napas beradu, jarak hanya sejengkal. "Rexa!" Cassandra mendorong kuat tubuh Rexandra, membuat tubuh pria itu terhuyung, nyaris jatuh. "Jangan macam-macam!" Tekannya menatap pria itu dengan wajah merah campuran malu dan marah, lalu berlari ke arah walk in closet kala menyadari tubuhnya hanya berbalut kimono pendek yang terlalu minim itu. Duk! Pintu walk in closet ditutup keras. Cassandra menjatuhkan tubuhnya di lantai, memegangi dadanya yang bergemuruh keras, jantungnya hampir melonjak keluar. "Cassie, enggak bisa kaya gini. Rexa itu kakak tirimu." Malam itu, Cassandra segera menutup pintu kamar, memastikan kamar itu terkunci agar Rexandra tidak bisa masuk. Gadis itu tertidur meski awalnya matanya susah terpejam. Dan keesokan har

  • SENTUHAN BERBAHAYA KAKAK TIRIKU   Sentuhan dalam gelap

    “S-siapa?” Tanya Cassandra lagi, perlahan mendekat dengan dada berdebar kencang, menatap bayangan tinggi di balik tirai jendela yang samar tapi jelas. Gadis itu refleks menahan napas, menggigit bibirnya keras karena gugup. “Siapa—” Belum sempat Cassandra menyelesaikan kalimatnya, bayangan itu bergerak cepat. Suara langkah berat terdengar, pintu jendela yang tak dikunci tertutup perlahan, lalu sosok itu muncul. “Cassie.” Suara itu rendah, tenang, tapi membuat tengkuknya meremang. Rexandra. Berdiri di depannya dengan wajah yang sebagian tertutup gelap, tapi sorot matanya tajam. Cassandra yang setengah panik refleks melangkah mundur terlalu cepat, hingga kakinya tersandung tepi karpet, membuatnya menubruk kursi dan nyaris kehilangan pegangan. “Cassie!” Ucap Rexandra panik. Kakinya yang panjang bergerak cepat seperti bayangan, meraih pinggang Cassandra, sebelum tubuh gadis itu jatuh ke lantai. Gerakan itu cepat—refleks, tapi justru membuat situasi makin gila. Tub

  • SENTUHAN BERBAHAYA KAKAK TIRIKU   Tinggal satu atap

    Pintu kamar terbuka tiba-tiba membuat Cassandra refleks menoleh, napasnya terhenti di tenggorokan. Liora, sahabatnya, berdiri di ambang pintu dengan mata membulat kala melihat Cassandra yang terbaring di atas kasur dengan seorang pria di atas tubuhnya. Posisi mereka terlalu dekat untuk disebut wajar, terlihat hampir berciuman. Cassandra refleks membuka mata, mendorong tubuh Rexandra hingga terjungkal ke belakang. Duk! “Kamu apa-apaan, Rexa!” Panik Cassandra dengan wajah memerah panas. “Cassie …,” suara Liora tercekat. “Kamu—itu siapa?” Cassandra langsung berdiri terburu-buru, wajahnya setengah panik. “Kamu selingkuh?” tanyanya dengan mata menyipit curiga. “Bukan seperti yang kamu pikir!” serunya cepat, rambutnya sedikit berantakan. “Dia kakak aku.” Liora menatap bergantian antara Cassandra dan pria itu, yang kini berdiri dengan santainya, merapikan kemeja putihnya. Aura karismatiknya membuat Liora terpukau. “Kakak?” suara Liora nyaris bergetar. “Iya. Jawab Cassandra c

  • SENTUHAN BERBAHAYA KAKAK TIRIKU   Pindah dari asrama

    Ruang resepsi hotel mewah itu mulai lengang. Sisa wangi mawar putih dan parfum tamu masih menggantung di udara, bercampur dengan senyum lelah para keluarga yang baru saja mengantarkan Alex dan Lilian ke mobil untuk bulan madu.Cassandra berdiri di depan kaca besar di lorong hotel, mengenakan dress satin warna gading yang memeluk tubuhnya dengan lembut. Rambutnya digulung rapi, beberapa helai terlepas di sisi wajah, membingkai ekspresi tenangnya yang nyaris beku.Di ponselnya, notifikasi masuk dari Ervan, kekasihnya. “[Aku udah di depan, Cassie. Aku antar kamu ke asrama.]”Gadis itu mendesah pelan, lalu perlahan mengetik pesan balasan untuk kekasihnya itu. Tak berselang lama, ponselnya bergetar, sebuah panggilan masuk dari Ervan. Jemarinya dengan cepat menekan tombol hijau, mengangkat panggilan itu. “Cassie, kamu dimana?” Tanya Ervan, terduduk di kursi kemudi mobilnya sembari menatap bangunan hotel mewah di sampingnya. “Aku lagi nunggu mama sama papa dulu, Van. Tunggu bentar, ya.”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status