Home / Lainnya / SEPEDA TUA WARISAN KAKEK / BAB 10 HATI YANG KALAH

Share

BAB 10 HATI YANG KALAH

Author: Anna Janitra
last update Last Updated: 2023-03-16 22:28:55

Masih sama saja saat mereka mengadakan hajatan untuk Julia, kali ini Bi Salimah pun tidak mengundang keluargaku untuk sekedar datang meski hanya lima menit di rumahnya yang ramai itu.

Walaupun para tetangga ada yang bertanya atau sekedar berbasa-basi perihal kami yang tidak kesana, Bi Salimah selalu diam dengan bibir mengerucut lucu. Lalu pandangan matanya akan beralih ke rumahku. Suatu pemandangan yang aneh jika dilihat banyak orang.

Aku yang sedang sibuk dengan ponsel dan duduk di teras depan rumah sesekali menjawab pertanyaan mereka yang menyapa. Sudah menjadi rahasia umum jika keluarga kami dan Bi Salimah tidak baik-baik saja, pertikaian kala itu memang mengundang perhatian banyak orang.

Bahkan, tetangga kami menyayangkan sikap buruk dari Lek Santoso. Lelaki yang selama ini dinilai selalu saja angkuh dan mengagungkan harta bendanya.

Lek Widi datang ke rumah dengan membawa sekotak nasi beserta lauknya, disimpan dalam plastik warna hitam dan seperti seseorang yang takut karena mengendap-endap melewati jalan samping rumah.

"Ini buat Ayah kamu, jangan ditolak!" bisiknya nyaris tak terdengar dengan mata melirik kanan-kiri.

"Maaf, Lek, lebih baik bawa balik lagi kesana. Kami nggak perlu seperti ini, nanti kalau yang punya tahu malah semakin ribet. Tahu sendiri, 'kan, mereka seperti apa?" tolakku dengan memberikan kembali bungkusan tersebut.

"Oh, kamu kekurangan makanan? Kampungan banget jadi orang, hanya karena keinginan kamu nggak terwujud lalu meminta ini untukmu? Dasar pen cu ri!" tuduh Bi Salimah, lalu tangannya merampas bungkusan di tangan ini kasar.

Emosiku sudah naik di ubun-ubun, rasanya ingin meremas mulutnya yang lemas itu. Tangan ini pun mengepal erat, andai saja Lek Widi tidak mencegah gerakan spontan yang akan aku layangkan, wanita di depan ini akan jatuh ke tanah.

Pencekalan terhadap Lek Widi membuat diri ini semakin memberontak kasar, sungguh amarah besar yang tak dapat aku kendalikan dengan baik. Untung saja Ayah dan Ibu datang karena Mas Agus berteriak kencang, sepertinya dia merasa terganggu karena suara lantang.

Ayah dan Ibu kebingungan, lalu berjalan mendekatiku. Berhadapan dengan Bi Salimah tanpa ada rasa takut sama sekali.

"Pulang!" ucap Ayah tegas.

"Kembalikan dulu makanan yang kalian pinta! Sudah tahu ke re, otaknya pengemis pula. Kenapa kamu nggak bawa anak lelakimu sekalian di lampu merah biar dapat uang banyak, jadinya nggak susah-susah mencari makan!" ketus Bi Salimah yang membuat dada kami semua naik turun.

"Pulang sekarang atau aku bu nuh kamu disini!" murka Ayah, tangan kekar itu sudah melayang di udara.

Bi Salimah lari tergopoh-gopoh dan berterima kencang meminta pertolongan kepada tetangga yang sedang rewang dirumahnya. Sontak teriakan wanita gi la itu membuat semua orang terperangah dan mendekati sumber suara.

"Aku mau di bu nuh, dia orang gila!" teriaknya sambil menunjuk ke arah kami yang berdiri di tempat.

"Diam!" Lek Kandar membentak Kakak perempuannya keras.

Dari sorot matanya, Bi Salimah menggerutu dan masuk kedalam rumah dengan dipapah oleh Julia. Seakan tidak terima dengan apa yang terjadi pada istrinya, Lek Santoso beranjak dari duduknya menuju rumah kami.

Namun, lagi-lagi Lek Kandar menjadi tameng bagi kami. Dia menarik paksa lelaki yang berteriak dengan menyebut nama-nama anggota kebun binatang. Terdengar menyakitkan, tapi semua nyata dan aku mendengarnya sendiri.

Sesuatu hal yang tidak pernah terlintas di benakku akan terjadi hal beser lagi seperti ini. Yang mana seharusnya kami adalah saudara, justru menjadi musuh bebuyutan.

Tangan Ayah semakin memperlihatkan urat-urat nadinya yang menyembul. Tangis Ibu pun pecah kala Bi Salimah berteriak kembali dengan memaki kami satu persatu. Sedang, tubuh ini luruh ke lantai dengan deraian air mata yang menganak sungai.

Lek Widi, jangan tanya dia sedang apa. Hatinya jauh lebih terkejut karena kesalahan yang diperbuatnya mengakibatkan pertikaian baru terjadi lagi. Aku tahu meski tak sempat dia berucap, tapi ada rasa ketakutan yang luar biasa.

Buktinya, mata itu mengalirkan air deras dan membasahi pipinya tanpa jeda. Ayah baru tersadar kala mendengar suara tergugu dari belakangnya.

"Pulanglah! Suci benar, kami tidak pernah membutuhkan makanan itu. Aku sebagai kepala keluarga disini masih bisa menghidupi anak dan istriku meski hanya sebagai petani biasa. Pulang dan jangan pergi ulangi hal seperti ini lagi!"

Lunglai, tubuh itu bagai tak bertulang. Berjalan dengan sesekali menyeret raga serta menunduk sesenggukan. Aku mengelola Ayah dan Ibu yang masuk ke dalam rumah.

Memandang Mas Agus yang seperti ketakutan, cekatan Ibu memeluk anak lelakinya tersebut. Mengusap punggungnya lembut dengan bersenandung sholawat berharap Mas bisa tenang kembali.

"Bagaimana bisa aku memiliki saudara seperti dia. Suci, tolong ingat pesan Ayah, jangan sekali-kali kamu berurusan dengan mereka. Ayah ingin hidup tenang supaya panjang umur dan bisa melihat cucu-cucu. Itu harapan Ayah." Lelaki itu tergugu.

Entah pemikiran macam apa yang terlintas, kesedihan mendalam datang mengusik hatinya. Lelaki yang biasanya tegar dan kuat dalam berbagai macam badai, kini terluka dan tidak berdaya.

Wajah itu ditutupi dengan kedua telapak tangannya, kedua bahu pun berguncang. Ayahku kini bukanlah Ayahku yang dulu, saat itu bahu itu kokoh dan tahan meski badai menghantam.

Namun, detik ini bahu itu terlihat bergoyang dan tidak bisa lagi menjaga keseimbangan. Entahlah, mungkin rasa lelah telah mengikis habis sebuah benteng kesabaran.

"Tetaplah kuat demi kami, tidak akan pernah aku biarkan siapapun memberikan beban pada pundak ini meski hanya setengah ons!" ujarku menghibur lelaki cinta pertamaku ini.

🖤🖤🖤

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 165 TAMAT

    Akupun ikut berbaur dengan memeluk mereka berdua, kami berangkulan dengan deraian air mata. Semua yang di dada keluar, hingga kesalahan yang paling ujung di dalam jiwa pun seakan ikut keluar juga. Terbang tinggi mengikuti angin yang baru saja datang.Juga saat elusan lembut mendarat di punggung ini menyadarkanku dari tangisan. Ku lihat mata indah yang pernah membuat hatiku terbuai itu lalu memeluknya erat dan mengatakan dengan terbata kata maaf.“Maafkan aku, Mas, aku belum bisa menjadi istri yang baik bagimu. Maafkan aku,” isakku hari.“Aku sudah memaafkan, kita perbaiki kesalahan yang pernah lalu supaya kedepannya rumah tangga yang telah kita bina semakin baik dan bahagia, mau?” ucap Mas Yanuar dengan menyeka air mata ini.Aku hanya bisa mengangguk karena sekedar bersuara lagi pun tenggorokan ini terasa sulit. Semua seolah berhenti di tengah-tengah sehingga yang mampu aku lakukan adalah menangis dan menangis. Bahagia rasanya memiliki suami seperti Mas Yanuar, dia begitu sabar di saa

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 164 LULUH

    “Suci, apa kamu ingin tahu isi hati kami? Terlebih lagi Ibu, apakah kamu ingin mengetahuinya, nak?” Ibu mulai bersuara, beliau duduk di kursi bambu lalu memandang ke depan.Tidak ada airmata juga kesedihan, beliau justru beberapa kali mengedipkan kedua matanya. Aku melihat itu adalah sebuah cara untuk menghalau air mata supaya tidak keluar. Aku yakin itu.“Sebenarnya jauh di lubuk hati ibu sakit, terluka dan perih sekali menerima kenyataan pada usia senja Ibu ini. Ipar, keponakan dan mertua yang begitu membenci Ibu, berharap ibu tidak ada lagi di dunia ini, memaki Ibu, menghina bahkan meludahi Ibu dengan tawa nyaringnya kala itu. Semua perlakuan mereka memang membekas di sini!” ucap Ibu dengan menunjuk dadanya yang naik turun.Semua terdiam, baik itu Mas Yanuar dan Ayah. Tiba-tiba suasana berubah, pada hewan peliharaan kami pun seolah tahu bahwasanya ada hati yang ingin membuka luka menganga tersebut.Bahkan aku nyaris ambruk tatkala mendengar perkataan Ibu yang jauh dari perkiraanku

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 163 KACAU

    “Coba kamu ulangi lagi!” titah Mas Yanuar, dia berdiri sambil menatap ke arahku.“Berapa kali kamu meminta perpisahan kepadaku?” imbuhnya.“Jika memang aku bukanlah yang terbaik bagimu kenapa tidak kita sudahi saja pernikahan ini? Bukankah seumur hidup itu lama dan kita juga masih muda, kamu masih banyak pilihan yang baik untuk kedepannya. Soal Raka, aku tidak akan menghalangi untuk bertemu.”“Masih banyak wanita diluar sana yang jauh lebih baik daripada aku bukan? San kamu tahu sendiri jika aku sulit diatur dan tidak bisa bekerjasama dengan baik. Lalu apa yang kamu cari lagi jika celah dan kesempatan sudah aku berikan?” ujarku dengan bibir bergetar.Sakit sebenarnya hati ini mengeluarkan apa yang baru saja terdengar aneh di telinga. Namun, aku akan semakin sakit jika tidak ada dukungan dan genggaman kuat menghadapi hati yang terus saja tersakiti oleh sikap dan ucapan mereka yang aku sayang.Aku keluar kamar, menuju tempat paling nyaman, dia adalah kursi yang terbuat dari bambu dan te

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 162 KAGET

    Pagi ini kami tidak jadi pulang, Ibu terlampau khawatir dengan keadaan yang sedang kacau ini. Apalagi sejak tadi aku hanya diam dengan tatapan mata kosong. Pikiran yang berkecamuk seolah ingin mengajakku kembali terpuruk jauh dalam tragedi hati yang tidak tahu kapan selesainya ini.Mas Yanuar pun seolah tidak ingin membiarkan istrinya larut dalam tangisan. Dengan setia dia menemaniku di dalam kamar, mengaji dan sesekali menatap mata ini dengan sebuah senyuman.“Nggak kerja?” tanyaku saat suamiku berhenti mengaji.Dia menggeleng pelan lalu meletakkan kembali kita suci itu di tempatnya semula. Kembali duduk di samping lalu mengelus lembut rambut yang terurai panjang sepinggang ini. Perlahan Mas Yanuar menciumnya lalu memeluk dari belakang sambil berbicara.“Kegagalan seorang suami terhadap istri itu bukanlah karena hal duniawi saja, tapi jalan menuju akhirat. Imam, pemimpin pasti akan mengajak anggotanya untuk tetap berada di jalan yang baik, dengan susah payahnya atau mudah pasti akan

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 161 KERAS KEPALA

    “Nggak semudah itu aku bisa melakukan hal konyol ini, Ayah!” “Ayah tahu, tapi setidaknya kamu bisa mengatakan hal itu di sini dan sekarang!”“Itu namanya pemaksaan, aku nggak bisa mengatakan hal yang tidak tulus dari hati.”“Mereka bisa dan berani minta maaf kesini bukankah itu hebat. Kebesaran hati mereka merendah dan mengatakan kalau perbuatan di masa lalu adalah kesalahan dan yakin akan memperbaiki semuanya bukankah itu hebat? Nak, Ayah dan Ibu tidak pernah mengajarkan hal dendam terhadapmu. Ini demi masa depanmu kelak supaya jangan dendam dengan seseorang karena justru akan merugikan diri sendiri,” jelas Ayah bijak.“Ayah semangat sekali membela mereka di sini!” ucapku ketus.Mata itu tajam ke arahku, Ibu pun sama. Kedua orang tuaku seolah ingin bertarung hebat dengan diri ini hanya karena orang lain yang telah menjadi saudaranya.“Jangan pernah ke rumah ini jika kata maafmu tidak ada!”“Ayah!” Suara Ibu meninggi mendengar suaminya berucap demikian padaku putri kesayangannya.Ent

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 160 HATI

    Pagi-pagi sekali aku menata barang bawaan untuk dibawa pulang. Di kursi itu aku juga mengajak Raka berbicaralah supaya dia anteng.“Maafkan, Mbah,” ucap seseorang yang tak ku hiraukan.Rasa sakit yang sudah bertahun-tahun ini tidak bisa dengan sekejap aku hilangkan bahkan sembuhkan sekalipun. Entah sisi jahatku ini kenapa tidak bisa pergi dengan ucapan maaf dari mereka. Masih terlalu sakit. Akan tetapi, jika aku masih bergelut dengan dendam dan luka maka benar apa yang dikatakan oleh Mas Yanuar, jika aku tidak akan bisa maju.Ruang lingkupku pun akan tetap sama di situ-situ saja dan enggan bergerak padahal yang bisa menjalankan adalah diriku sendiri. Tanpa terasa air mata ini jatuh berlomba-lomba menuju pipi, tidak ada suara karena terlalu sakit.“Ikhlaskan, nggak ada yang bisa menyembuhkan luka kita sendiri kecuali dengan ikhlas dan ikhlas. Jika masih saja seperti itu, kapan kamu akan berkembang lebih baik?” Tepukan kecil di pundak dan suara lembut itu tidak mampu membuat air mata in

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status