Haris terus tersenyum. Salma rupanya selain baik juga polos. Dia juga sangat mencintai Haris, sehingga pria itu tidak kesulitan mengatasi situasi rumit yang menerpa. “Maafkan aku Salma.” Pria itu bicara seolah Salma ada di hadapannya. “Bukan aku tidak mau menginggalkan Inggit, tapi aku harus memperhatikan keselamatan kamu, mengingat betapa Pak Karim bisa melakukan apa pun demi ambisinya. Aku juga tidak mau berdosa karena menelantarkannya. Bayangkan saja, aku yang pertama kali menikahinya. Dia kehilangan kegadisan karena aku. Apa iya aku dengan begitu jahat dan mudahnya menjadikannya janda? Bukankah perceraian sangat dibenci Allah, dan kita diperbolehkan berbohong untuk menjaga keharmonisan rumah tangga? Itulah yang aku lakukan sekarang. Aku tidak mau merusak rumah tangga kita yang kata kamu bahkan sudah kita jaga selama lebih 15 tahun. Karenanya aku berbohong. Suatu saat kamu pasti paham. Toh waktuku tetap lebih banyak buat kamu dan anak –anak kita. Inggit sudah mau mengalah, dan b
Haris baru saja ke luar dari mobil dan menutup pintu dengan mengklik pengaman di tombol kunci dalam genggaman. Raut wajahnya berubah bingung ketika melihat pemandangan di depannya. Istri dan anaknya sedang bicara serius sambil menangis.“Ada apa ini? Apa mungkin ada hubungannya dengan kesalahanku?” Feeling Haris langsung hidup kala melihat air mata mereka.Salma dan Agni menyadari kedatangan seseorang. Begitu mata Agni melihat sosok abinya mendekat, gadis remaja itu lekas pergi. Ia tak mau berpapasan dengan pria yang paling dibencinya di dunia ini sekarang.Sedang Salma, wanita itu lekas mengusap air mata –kasar. Lalu menyimpan flashdisk yang didapat dari Agni. Ia tak mau memperlihatkan air mata lagi pada Haris, padahal tak ada masalah yang harusnya diributkan.Untuk kepergian Agni, biarlah dia sendiri yang akan mengurus, tanpa melibatkan dan menambah beban sang suami. Pria yang sudah letih bekerja untuknya dan anak –anaknya. Bahkan sekarang merangkap Ibu Salma juga. Sejak Bapak menin
“Waalaikumsalam!”Salma menggeser tubuh Haris agar bisa melihat siapa yang datang. Dia sudah lama sekali tidak melihat kakak sepupunya itu, dan sekarang setelah sekian lama, dia datang ketika kondisi tidak sebaik dulu. Tak ada yang akan ia ceritakan, Salma juga tidak berniat berbagi rahasia tentang suaminya.Biarlah semua orang di luar sana berspekulasi sendiri, mereka berhak mengatakan apa pun yang mereka mau. Yang penting semua tetap baik –baik saja. Kondisi Salma, anak –anak juga janin yang masih berada dalam kandungan.Dia bahkan sempat berpikir untuk tidak peduli lagi dengan apa yang dilakukan suami, demi kewarasannya. Karena bukankah hati manusia itu Allah yang memegang. Namun, bukankah sudah cukup dia berjanji dan tak akan mengulangi. Salma semakin tenang karena itu.Tubuh Haris yang tengah menggendong Farhan, sampai oleh ke samping. Dieratkan pelukan ke tubuh munguil Farhan, khawatir kalau dia akan jatuh.Matanya makin terbelalak melihat bagaimana Salma begitu bersemangat menya
“Biar aku bantu!” Reynand berjalan cepat ke arah Salma yang tengah membawa nampan berisi minuman dan beberapa potong cake di atasnya. Rasanya tidak elok saja melihat wanita hamil dan perutnya sebesar itu berjalan membawa sesuatu dan tampak kesulitan. Ucapan Reynand membuat Haris yang berada di samping sang istri melebarkan mata. Reynand tanpa sungkan melakukan hal seperti ini pada Salma bahkan di saat suaminya ada. Apa lagi melihat respon Salma. Wanita itu tersenyum. Tampak senang. Dan memberikan apa yang Reynand minta. Melihat bagaimana suntuknya wajah Haris, Reynand menyembunyikan senyum. Dia makin senang saja. Seharusnya Haris tidak melakukan hal tak baik jika tak ingin memanen keburukan pula untuknya. “Harusnya tidak perlu repot –repot begini. Kalian kan mau pergi!” ucapnya ketika meletakkan nampan itu di meja. “He he. Ya nggak papa lah, Mas. Masa tamu jauh yang gak ketemu bertahun –tahun tidak dijamu,” sahut Salma yang kemudian duduk di sofa lebih dulu. Ia ingin sejenak meng
Terus digulir layar. Namun, sebanyak ia menggeser, tak menemukan tujuannya. Semua tentang dia dan Abi Agni. Inggit pasti sengaja. Tidak mau berbuat keselahan. Dia berjaga –jaga dengan hati –hati. Kalau –kalau suatu saat dari keluarga Haris ada yang mencari tahu tentangnya.Merasa panas melihat postingan –postingan itu, Agni memikirkan sesuatu untuk memberi Inggit pelajaran.“Tunggu saja, kamu akan hancur karena kelakuanmu sendiri,” dengkusnya yang tengah dipenuhi amarah. Rasanya tidak sabar ingin melakukan apa yang sudah terancang dalam otak, akan tetapi orang –orang dewasa di luar sana, tidak juga pergi.“Bukannya tadi Umi bilang akan pergi ke Majlis dengan Abi?” keluh Agni._____________________Beban terberat bagi seorang perempuan adalah tentang perasaannya sendiri. Salma terlalu mudah merasa, menerka dan akhirnya kecewa. Sama halnya ketika dia terlalu mempercayai Haris dan menyangka pria itu hanya mencintainya dan tak akan pernah menduakan. Namun, semua berakhir dengan luka.Seja
“Pak, aku bisa jelasin!” seru Inggit tidak mau terintimidasi oleh tatapan Karim yang menyalahkan.Karim menggeleng. Reaksi Inggit turut memancing Ibu Inggit untuk melihat isi ponsel yang membuat semua orang terlihat tegang. Mata wanita itu membeliak. Kemarahan seketika memenuhi dada dan membuatnya merasa sesak. Harusnya tadi dia tidak berhenti memukuli pria yang ternyata memang melecehkan anaknya. Itu yang terekam kamera, entah apa yang dilakukan saat tidak ada orang tua Inggit.Ibu Inggit melirik tajam ke arah Albi, sehingga pemuda itu jadi tidak enak sendri. Dia sendiri bahkan juga tidak habis pikir, bagaimana bisa ada rekaman seperti itu dan bahkan sampai terpampang di akun i*******m.“Sudah cukup!” Karim menyadari betapa marah sang istri. Hinggat ia berdiri di tengah –tengah untuk melerai Ibu Inggit dan Albi.Namun, kali ini, dia tidak lagi membela pemuda itu. Karim bahkan mendorong Albi dengan tangannya agar menjauhi keluarganya. “Pergilah! Kita batalkan saja diskusi ini!”“Tapi,
“Ibu nggak nyangka kamu akan melakukan hal serendah itu, Inggit. Kamu bercumbu dengan pria bukan suamimu. Dan posisimu itu masih jadi istri orang!” omel Ibu Inggit yang amarahnya sudah terlanjur meletup –letup. “Apa kamu pelacur!” teriak Ibu Inggit. Sedang Inggit hanya diam. Sesekali air matanya menetes dan ia mengusapnya. Malu pada ibunya juga dirinya sendiri yang memang begitu murah.‘Tapi ya gak bisa dikata murah juga, sih. Cuma Albi yang aku punya. Itu pun baru kemarin kami melakukannya.’ Inggit membatin membela diri sendiri.“Bu, aku bukan pelacur main dengan banyak laki -laki. Aku cuma istri yang kesepian. Apa aku salah minta perhatian penuh dari laki –laki yang benar –benar mencintaiku dan tidak pernah menduakanku?” tanya Inggit tak terima.Ibunya makin kesal saja mendengar jawaban anak perempuannya itu. “Nggak salah kamu bilang, Nggit? Kamu itu punya suami. Dia yang sudah menafkahi kamu sampai bisa nyambung hidup begini! Kamu bisa bayangkan kalau Haris tahu!”“Ya aku ngerti
Mata Haris menyipit, sebuah viedo terlihat di layar ponsel milik Reynand. Melihat adegan sekilas di sana, dia langsung berpikir Reynand ini ternyata otaknya mesum juga.Namun, melihat tokoh wanita dalam video yang tak asing membuat Haris membeku dengan dua mata melebar. Belum lagi situasi latar rumah yang juga tak asing baginya. Direbut ponsel Reynand tersebut dari tangan pemiliknya.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Reynand heran dan terkejut.Haris mengulang video dari awal. Di waktu yang sama, suara anak kecil merebut perhatiannya.“Abi!”Haris pun menoleh. Saat itulah, Reynand mengambil kembali ponsel yang berada di tangan suami Salma. Dia tak menyangka pria itu bisa bersikap tak sopan. Bertolak belakang dari apa yang dia tampakkan tadi di rumahnya. Seorang pria sholeh yang bahkan meneguk minum saja menyempatkan membaca doa lebih dulu.Karena perhatian Haris sudah fokus ke Farhan yang menghambur ke arahnya, lelaki itu pun tidak lagi memikirkan ponsel yang tadi diperhatikan pemiliknya