Share

Token Nyasar

“Ya Allah, jika memang ada sesuatu yang terjadi. Hamba mohon tampakkanlah. Jika tak ada masalah besar yang harus dipermasalahkan, tolong tenangkan hati hamba. Aamiin.”

Untuk menenangkan hati, aku pun menghibur diri dengan memperbanyak sholat sunnah dan membaca Alquran, kala semua kesibukan di rumah telah selesai. Sebagai seorang istri yang sudah mendampinginya lebih dari 15 tahun, dan tahu persis bagaimana luar dalamnya suamiku, tentu saja aku tak ingin terus berburuk sangka padanya dan mempercayainya. Siapa yang mau apa yang sudah susah payah kami bina hancur dalam sekejap hanya karena prasangka kecil yang dibesar –besarkan.

Aku tahu persis, prasangka itu dari setan. Mereka meniup –niup perkara agar anak Adam terjerumus dalam dosa dan kehancuran. Dan bukankah, hal yang paling mereka senangi ketika berhasil mengganggu suami istri dan mereka bercerai?

Subhanallah ... Tuhan menjawab kegelisahanku beberapa bulan terakhir. Selang beberapa hari, ada token masuk. “Hem?” dahiku mengerut karenanya. Bukankah, listrik di rumah masih ada? Masih banyak malah. Karena Mas Haris mengisinya 500 ribu, dan kadang baru habis setelah satu bulan.

“Apa ini token nyasar? Namanya bukan nama Mas Haris sebagai pemilik rumah ini. Tapi ... kenapa nomor Mas Haris yang mengirimkannya?”

Kuhela napas berat. Semakin tidak –tidaklah pikiran ini mengembara. Semakin ingin kutepis pikiran buruk tentang Mas Haris semakin tak bisa kutahan.

“Ini membingungkan. Sabar .... Sebaiknya kutanyakan saat nanti dia pulang.”

Aku menenangkan diri sendiri dan mengabaikannya. Sampai saat bertemu dengan Mas Haris ketika dia pulang, aku melupakan segalanya. Sampai ketiga kalinya, Mas Haris terus mengirimiku token yang sama.

Ya Tuhan, aku terlalu sibuk mengurus lima anak kami dan rumah sendirian dalam kondisi hamil muda, karena Mas Haris jadi lebih sibuk di luar, sampai –sampai aku terus lupa dan tak ada waktu untuk membahas token –token itu. Padahal, sudah tiga kali dia salah mengirimnya.

Di kesalahan ke empat, aku langsung berpikir, bahwa Allah sedang mengingatkanku, untuk mencari tahu, siapa pemilik nomor token itu sebenarnya. Ini bukan peringatan biasa.

Maka saat itu juga, aku yang sebenarnya sedang sibuk memasak, meletakkan bahan –bahan makanan dan mematikan kompor.

Karena didorong rasa penasaran, kuklik nomor Mas Haris dengan tergesa. Di panggilan pertama, pria itu tidak mengangkat walau panggilan itu terhubung. Aku tak menyerah dan menekan icon berwarna hijau untuk ke dua kalinya. Saat itulah Mas Haris mengangkatnya.

“Halo, Assalamu alaikum, Bi.”

“Ya, Waalaikumsalam, Mi. Maaf Abi sedang sibuk sekarang. Nanti Abi hubungi, ya.”

“Nggak bisa, Bi. Ini cuma sebentar. Tolong jelaskan, token listrik siapa yang Abi kirim ke Umi. Sudah empat kali lho, Bi. Mana bisa Umi nggak tanya?”

“Mi, nanti Abi telepon lagi. Sudah Abi bilang sibuk. Ini ada pelanggan jadi, nggak bisa jelasin sekarang. Assalamu alaikum.”

Aku mengembus berat. Menyerah. Dan menjawab salam yang kemudian diikuti panggilan yang diputus lebih dulu olehnya.

[ Baiklah, karena Abi tidak sempat menjelaskan, Umi akan cari tahu sediri token siapa itu? ] send. Kukirim chat di nomor suami.

Tak lama, pria itu pun membalasnya.

[ Umi, kalau mau Abi nggak marah dan tetap baik sama Umi, sebaiknya diamkan saja nomor token itu. Jangan pernah mencari tahu. Ini peringatan dari Abi untuk Umi. ]

Heh. Giliran chat saja sempat ngetik. Mana panjang begini. Jelas saja hal itu malah membuatku semakin penasaran. Kenapa dia melarangku?

“Maaf, aku tidak bisa menahannya lagi.”

Untuk kali pertama, aku memilih untuk tidak taat pada Mas Haris. Semua ini kulakukan, agar aku berhenti berprasangka buruk padanya.

Tak kehabisan akal. Kugunakan ponsel pintarku untuk melacak. Akhirnya, setelah mengunduh sebuah aplikasi berlambang listrik, memasukkan nomor yang tertera di struk, pemilik nomor dan alamatnya terlacak.

“Rumah siapa ini? Ada di luar kota?”

Aku pun memutuskan mencari alamat tersebut. Akan tetapi, baru saja menghubungi Ibu agar bisa menemani anak –anak, aku justru dikejutkan oleh kabar lain. Ibu menangis tersedu –sedu di ujung telepon. Ya Allah, ada apa ini?

Next ....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
PiMary
Lelaki sholeh pun ketika salah memilih tempat bergaul....yaaa begono hasil nya,se ling kuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status