Share

Token Nyasar

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2022-11-19 06:16:11

“Ya Allah, jika memang ada sesuatu yang terjadi. Hamba mohon tampakkanlah. Jika tak ada masalah besar yang harus dipermasalahkan, tolong tenangkan hati hamba. Aamiin.”

Untuk menenangkan hati, aku pun menghibur diri dengan memperbanyak sholat sunnah dan membaca Alquran, kala semua kesibukan di rumah telah selesai. Sebagai seorang istri yang sudah mendampinginya lebih dari 15 tahun, dan tahu persis bagaimana luar dalamnya suamiku, tentu saja aku tak ingin terus berburuk sangka padanya dan mempercayainya. Siapa yang mau apa yang sudah susah payah kami bina hancur dalam sekejap hanya karena prasangka kecil yang dibesar –besarkan.

Aku tahu persis, prasangka itu dari setan. Mereka meniup –niup perkara agar anak Adam terjerumus dalam dosa dan kehancuran. Dan bukankah, hal yang paling mereka senangi ketika berhasil mengganggu suami istri dan mereka bercerai?

Subhanallah ... Tuhan menjawab kegelisahanku beberapa bulan terakhir. Selang beberapa hari, ada token masuk. “Hem?” dahiku mengerut karenanya. Bukankah, listrik di rumah masih ada? Masih banyak malah. Karena Mas Haris mengisinya 500 ribu, dan kadang baru habis setelah satu bulan.

“Apa ini token nyasar? Namanya bukan nama Mas Haris sebagai pemilik rumah ini. Tapi ... kenapa nomor Mas Haris yang mengirimkannya?”

Kuhela napas berat. Semakin tidak –tidaklah pikiran ini mengembara. Semakin ingin kutepis pikiran buruk tentang Mas Haris semakin tak bisa kutahan.

“Ini membingungkan. Sabar .... Sebaiknya kutanyakan saat nanti dia pulang.”

Aku menenangkan diri sendiri dan mengabaikannya. Sampai saat bertemu dengan Mas Haris ketika dia pulang, aku melupakan segalanya. Sampai ketiga kalinya, Mas Haris terus mengirimiku token yang sama.

Ya Tuhan, aku terlalu sibuk mengurus lima anak kami dan rumah sendirian dalam kondisi hamil muda, karena Mas Haris jadi lebih sibuk di luar, sampai –sampai aku terus lupa dan tak ada waktu untuk membahas token –token itu. Padahal, sudah tiga kali dia salah mengirimnya.

Di kesalahan ke empat, aku langsung berpikir, bahwa Allah sedang mengingatkanku, untuk mencari tahu, siapa pemilik nomor token itu sebenarnya. Ini bukan peringatan biasa.

Maka saat itu juga, aku yang sebenarnya sedang sibuk memasak, meletakkan bahan –bahan makanan dan mematikan kompor.

Karena didorong rasa penasaran, kuklik nomor Mas Haris dengan tergesa. Di panggilan pertama, pria itu tidak mengangkat walau panggilan itu terhubung. Aku tak menyerah dan menekan icon berwarna hijau untuk ke dua kalinya. Saat itulah Mas Haris mengangkatnya.

“Halo, Assalamu alaikum, Bi.”

“Ya, Waalaikumsalam, Mi. Maaf Abi sedang sibuk sekarang. Nanti Abi hubungi, ya.”

“Nggak bisa, Bi. Ini cuma sebentar. Tolong jelaskan, token listrik siapa yang Abi kirim ke Umi. Sudah empat kali lho, Bi. Mana bisa Umi nggak tanya?”

“Mi, nanti Abi telepon lagi. Sudah Abi bilang sibuk. Ini ada pelanggan jadi, nggak bisa jelasin sekarang. Assalamu alaikum.”

Aku mengembus berat. Menyerah. Dan menjawab salam yang kemudian diikuti panggilan yang diputus lebih dulu olehnya.

[ Baiklah, karena Abi tidak sempat menjelaskan, Umi akan cari tahu sediri token siapa itu? ] send. Kukirim chat di nomor suami.

Tak lama, pria itu pun membalasnya.

[ Umi, kalau mau Abi nggak marah dan tetap baik sama Umi, sebaiknya diamkan saja nomor token itu. Jangan pernah mencari tahu. Ini peringatan dari Abi untuk Umi. ]

Heh. Giliran chat saja sempat ngetik. Mana panjang begini. Jelas saja hal itu malah membuatku semakin penasaran. Kenapa dia melarangku?

“Maaf, aku tidak bisa menahannya lagi.”

Untuk kali pertama, aku memilih untuk tidak taat pada Mas Haris. Semua ini kulakukan, agar aku berhenti berprasangka buruk padanya.

Tak kehabisan akal. Kugunakan ponsel pintarku untuk melacak. Akhirnya, setelah mengunduh sebuah aplikasi berlambang listrik, memasukkan nomor yang tertera di struk, pemilik nomor dan alamatnya terlacak.

“Rumah siapa ini? Ada di luar kota?”

Aku pun memutuskan mencari alamat tersebut. Akan tetapi, baru saja menghubungi Ibu agar bisa menemani anak –anak, aku justru dikejutkan oleh kabar lain. Ibu menangis tersedu –sedu di ujung telepon. Ya Allah, ada apa ini?

Next ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
PiMary
Lelaki sholeh pun ketika salah memilih tempat bergaul....yaaa begono hasil nya,se ling kuh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Ending

    Rus masih fokus melihat petugas. Ia kemudian terhentak begitu mendengar suara notif pesan masuk ke ponselnya. Wanita tua itu kemudian merogoh ponsel dalam tasnya lagi. Lalu menggeser layar ponselnya untuk melihat pesan apa yang dikirim padanya.“Dari Wawan,” gumamnya sembari mengklik isi pesan itu.Matanya nyaris saja terlepas dari tempatnya begitu membaca isi pesan itu.[ Innalillahi waa inna ilahi rojiun, bayi Inggit sudah tidak tertolong Mbak. Sebaiknya Mbak cepat ke mari, kita harus mengurusnya. ]“Ini tidak mungkin! Wawan pasti salah lihat. Dia pasti tidak mendengar dari Dokter secara langsung!” sangkalnya selagi bangkit dari duduk dan merapikan tas untuk kemudian dibawa dengan tergesa, menuju tempat di mana bayi Inggit selama ini dirawat, dan Wawan sudah menunggu di sana.Langkahnya bergerak begitu cepat, karena ia tak ingin kehilangan waktu sedikit pun. Seolah ia bisa datang tak terlambat dan mencegah kematian cucunya itu.“Ya Tuhan, bagaimana ini? Bagaimana kami bisa mendapatk

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Tak Ada Rujuk untuk Khuluk

    “Jadi benar, kalian tidak bisa rujuk lagi?” Suara di seberang terdengar sedih.Sementara Haris, tak ada yang bisa ia lakukan. Lelaki itu hanya bisa menyimpan kesedihan dan penyesalannya untuk diri sendiri. Sejak awal ia sudah tahu, bahwa segalanya tidak akan bisa diperbaiki seperti dulu lagi.“Ris!” panggil sang ibu karena tak ada jawaban dari putra sulungnya di ujung telepon.“Ah, ya, Ma.” Haris terhenyak dari lamunan. “Bagaimana?”“Hem, kamu pasti sedang memikirkan hal berat sekarang.”“Hem.” Haris tersenyum miris. Jelas saja pikirannya berat. Tapi justru perceraian yang terjadi, membuatnya sebagian beban di kepalanya terangkat. Entah kenapa? Mungkin karena dia harus terus melihat bagaimana keluhan Salma saat bersamanya. Dia mana bisa terus melihat wanita yang dicintainya tidak bahagia.Ternyata begini rasanya, mencintai tanpa bisa memiliki, sesuatu yang dulu tak pernah ia pikirkan karena kehidupannya dengan Salma benar –benar bahagia.“Jadi sudah tidak bisa rujuk lagi kan?” sang Ma

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Pilu

    “Kenapa aku harus terus mengurus sesuatu yang bukan jadi tanggung jawabku? Apa mereka tidak lelah memeras dan memanfaatkanku sejak dulu?” gumam Haris yang belakangan semakin menyadari bahwa segala hal yang dilakukan di masa lalu adalah kesalahan.Pria itu sedang berada di sebuah pondok pesantren. Dan terpaksa mengatakan bisnis agar tidak dipaksa datang oleh Wawan dan Ibu Inggit. Ia merasa sudah cukup dengan mengirimkan uang kepada mereka. Di padepokan ini, Haris sudah menjalani ruqyah rutin atas rekomendasi ustaz Fawwas. Ada hal –hal yang tadinya tak terpikirkan tiba –tiba saja terlintas dalam pikiran mengenai keluarga Inggit.Baru saja menaruh ponsel di nakas dan bersiap untuk bersuci, tiba –tiba sebuah panggilan terdengar. Ia pun mengurungkan sejenak niatnya ke luar kamar dan mengambil ponsel itu untuk melihat siapa yang menelepon.“Mama?” gumamnya sembari mengklik icon berwarna hijau untuk menerima panggilan.“Assalamualaikum. Ya Ma?”“Waalaikum salam. Ris, gimana kabar kamu?”“Alh

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Lepas Tangan

    “Mas, apa Mas tidak ingin melihat anak Mas Haris?” tanya Wawan di sambungan seluler yang terhubung ke pada Haris. “Inggit masih koma.”Ia merasa sangat miris. Sampai sekarang Inggit masih belum sadar, sejak ia melahirkan prematur minggu lalu. Sepertinya sudah tidak ada harapan untuknya hidup. Sementara ibu Inggit terus saja menangis tanpa tahu apa yang harus diperbuat selain menunggu dengan sabar anaknya akan sadar.Hati Wawan teriris melihat kondisi kakak perempuan dan keponakannya, hingga ia berinisiatif untuk menghubungi Haris. Barang kali pria itu terketuk untuk datang dan membantunya memberi support.“Apa uang yang saya kirim kurang, Pak?” tanya Haris yang mulai kesal terus dihubungi. Padahal, dia sudah mengirim uang. Pekerjaannya terus tertunda karena mengurus Inggit dan anak mereka. “Saya sedang berada di luar kota mengurus pekerjaan. Tidak mudah kalau memutuskan pulang dalam waktu dekat. Saya pikir uang yang saya kirimkan sudah lebih dari cukup. Sebelum pergi saya juga sudah m

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Senyum-senyum Lega

    [ Jadi kali Unie duluan yang menggugat cerai ke Pengadilan Agama? ] tanya Ameena yang mendengar kabar perceraian Salma dan Haris.[ benar, Umm. Kali ini pengacara memasukkan berkas dan sudah diproses. ][ sudah masa iddah ya? ] tanya Ameena lagi. Seolah ia tak memahami jarak waktu yang terjadi. [ cepat sekali waktu berlalu. ][ benar. Saya memutuskan menerima pinangan kakak sepupu saya. ][ hem, tak masalah, Un. Berarti khuluk. Jadi memang tidak perlu lagi menunggu dirujuk. ] tulis Ameena lagi.Mata Salma melebar karena itu. Bagaimana bisa dia tidak memahami hal sepenting ini? Padahal dia lebih dulu berhijrah.“Apa Mas Haris mengetahui ini, tapi dia diam saja karena ingin memanfaatkan situasi?” gumam perempuan beranak enam itu.“Ada apa?” Ibu Salma datang membawakan makanan dan minuman di atas nampan untuk putrinya. Lalu meletakkan di nakas samping ranjang, agar Salma lebih mudah menjangkaunya.Melihat kedatangan sang Ibu, Salma buru –buru menyimpan ponsel. Ia tak mau membuat wanita t

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Pada Akhirnya

    "Di mana kalian menyembunyikan Inggit?" tanya Salma. Ia mungkin membenci perilaku wanita perebut suami orang itu. Namun, tidak untuk menyakiti fisiknya. Apalagi sekarang Inggit sedang hamil.Abyaz merasa ragu untuk menjawab pertanyaan Umi Hania, hingga ia menoleh ke arah Hania yang ternyata juga menatap Abyaz takut –takut. Ya, pemuda itu tahu dengan jelas bahwa gadis itu tidak sedang baik –baik saja. Ia kemudian mendongakkan kepala sekali, memberi isyarat pada Hania, dan bertanya apa yang harus dilakukannya di situasi seperti ini? Ia tak mau jawabannya nanti akan menyudutkan gadis itu.Hania tak menjawab dan hanya menunjuk tas yang dibawanya dengan tatapan mata. Saat itulah mata Abyaz membeliak. Sadar bahwa itu adalah tas Inggit yang tertinggal. Pasti karena keberadaan tas tersebut yang membuat mereka ketahuan.Pemuda itu menghela napas lelah. Kenapa dia bisa lupa mengamankannya? Dan Hania yang sedari tadi berada di rumahnya, apa tidak menyimpannya di tempat yang aman? Di gudang misa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status