Home / Romansa / SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU / Bab 11 Seperti Raga Tanpa Jiwa

Share

Bab 11 Seperti Raga Tanpa Jiwa

Author: Aries grils
last update Last Updated: 2025-08-04 10:52:06

“Kau pikir aku bodoh?!” teriaknya. “Kau dikirim dia, bukan? Manusia pendosa dan pembunuh itu! Ratna wanita kejam.”

Pria itu menyebut nama ibunya dengan penuh kebencian, seperti menyumpahinya keluar dari liang neraka.

“Dia kirim kau untuk menyelesaikan apa yang belum dia habisi…! Kau pikir aku tidak tahu? Kau pikir aku tidak bisa mencium rencana gilanya?!”

Satya maju dua langkah cepat, dan Caca spontan mundur, menabrak dinding di belakangnya.

“Tidak, bukan begitu…” ucap Caca pelan, meski tubuhnya masih gemetar.

“BOHONG!!” teriak Satya lagi, mencekik leher Caca hingga tubuhnya merosot ke lantai.

Caca tersungkur, lututnya membentur keras. Ia tidak bisa lari. Tidak bisa berteriak. Ia hanya duduk di lantai, menahan sakit, menatap pria itu dengan penuh ketakutan. Napasnya terasa hampir habis. Seluruh tubuhnya menegang. Dan saat Satya semakin mencondongkan kepalanya, aroma busuk itu menyergap tajam ke inderanya. Caca mencoba menatap wajah itu, namun dalam kegelapan ini, apa yang bisa Ia lih
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 14 Menjenguk Ayah..

    Detik berganti menit, menit berganti jam, dan jam berganti hari. Tanpa terasa, sudah dua bulan Caca menghabiskan waktunya di rumah besar milik Ratna. Selama itu pula, dunianya seakan terputus dari segala kehidupan luar. Tak ada ponsel. Tak ada kunjungan. Bahkan sekadar mendengar kabar tentang keluarganya pun, mustahil ia dapatkan.Hari-harinya berjalan lambat. Sunyi. Menyesakkan.Dan hari itu, untuk kesekian kalinya, Caca kembali dipanggil ke ruang kerja Ratna.Langkahnya ringan namun hati berat. Gaun panjang yang dikenakannya terasa dingin di kulit. Ia sudah pulih… namun luka di hatinya jauh dari kata sembuh. Pintu besar itu kembali terbuka. Aroma ruangan itu masih sama, wangi mawar dan kayu tua.Ratna duduk anggun di balik meja kayu besar, tumpukan berkas tertata rapi di depannya. Saat Caca masuk, pandangan wanita paruh baya itu langsung mengarah padanya, tajam dan penuh kalkulasi seperti biasa.Tanpa banyak basa-basi, Ratna mendorong sebuah kotak kecil ke arah tepi meja."Kenakan i

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 13 Peringatan Nyonya Ratna

    Meski tak sepenuhnya sadar, Caca masih bisa mendengar samar-samar suara jeritan Satya yang memanggil nama Maura… Tubuhnya terasa ringan, seperti melayang, digendong entah oleh siapa. Di antara kabut pikirannya yang kacau, ia bisa menangkap potongan suara, panik, tergesa, penuh kekhawatiran.“Cepat, jangan biarkan Tuan Satya mengejar,” suara berat itu milik Raga.“Darahnya banyak sekali… Astaga, kenapa bisa separah ini?” Suara perempuan itu lirih adalah Leni, pelayan wanita yang kini terdengar nyaris menangis.Langkah kaki terburu-buru menggema di lorong panjang.“Jangan sampai dia sadar sekarang. Kalau Satya lihat… dia bisa meledak lagi,” gumam Raga di antara desah napasnya yang berat.Caca ingin membuka mata, ingin bicara. Tapi kelopak matanya terasa berat. Kepalanya berdenyut nyeri, tubuhnya lunglai tak berdaya. Tapi suara-suara itu menembus ke dalam hatinya, menimbulkan tanya, menyisakan ketakutan.Siapa Maura? Kenapa Satya terus memanggilnya? Dan… kenapa semua orang tampak begitu

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 12 Memory Masa lalu

    “Maura…” Satya bergumam pelan, nyaris seperti bisikan yang tak ingin terdengar dunia. Tangannya yang kasar itu menyentuh wajah Caca, gemetar, seperti sedang menyentuh kenangan yang telah lama terkubur. Ia menunduk, mendekat, menatap wajah pucat itu dari dekat. Nafasnya tercekat. “Maura… maafkan aku… Maura…” Suara itu kini lirih, penuh luka. Tubuh Satya mulai bergetar. Jemarinya mengusap darah yang mengalir dari pelipis Caca, lalu menelusuri ke rambutnya yang lepek oleh keringat dan luka. “Jangan tinggalkan aku lagi…” bisiknya. Dengan panik, ia mulai mengguncang tubuh Caca, tidak sebrutal sebelumnya, tapi cukup keras untuk membuat kepala gadis itu terayun lemah. “Bangun, Maura. Ini aku… sayang… Lihat aku…” Ia mendekap kepala Caca ke dadanya, seperti seseorang yang tak ingin kehilangan satu-satunya hal berharga yang masih tersisa di dunia. “Aku sudah mencari… aku sudah mencoba… Tapi mereka menghalangi. Mereka bilang kamu mati. Tapi aku tahu kamu hidup. Aku bisa merasakan…” Sat

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 11 Seperti Raga Tanpa Jiwa

    “Kau pikir aku bodoh?!” teriaknya. “Kau dikirim dia, bukan? Manusia pendosa dan pembunuh itu! Ratna wanita kejam.”Pria itu menyebut nama ibunya dengan penuh kebencian, seperti menyumpahinya keluar dari liang neraka.“Dia kirim kau untuk menyelesaikan apa yang belum dia habisi…! Kau pikir aku tidak tahu? Kau pikir aku tidak bisa mencium rencana gilanya?!”Satya maju dua langkah cepat, dan Caca spontan mundur, menabrak dinding di belakangnya.“Tidak, bukan begitu…” ucap Caca pelan, meski tubuhnya masih gemetar. “BOHONG!!” teriak Satya lagi, mencekik leher Caca hingga tubuhnya merosot ke lantai.Caca tersungkur, lututnya membentur keras. Ia tidak bisa lari. Tidak bisa berteriak. Ia hanya duduk di lantai, menahan sakit, menatap pria itu dengan penuh ketakutan. Napasnya terasa hampir habis. Seluruh tubuhnya menegang. Dan saat Satya semakin mencondongkan kepalanya, aroma busuk itu menyergap tajam ke inderanya. Caca mencoba menatap wajah itu, namun dalam kegelapan ini, apa yang bisa Ia lih

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 10 Amarah Satya

    Keesokan harinya, mentari belum tinggi saat pintu kamar Caca diketuk dari luar. Tok… tok… Leni muncul lebih dulu, membuka pintu dengan perlahan sambil membawa nampan berisi sarapan. Di belakangnya, berdiri Raga, dengan raut cemas dan sebuah kunci tergantung di tangannya. Caca berdiri membeku di dekat jendela. Ia sudah mengenakan gaun putih selutut yang kemarin diberikan Nyonya Ratna. Kainnya lembut, jatuh mengikuti lekuk tubuh ramping Caca, memberi kesan polos… sekaligus seperti pengantin yang sedang dipersiapkan untuk ritual aneh. Sorot mata Leni mengamati gadis itu sesaat, lalu meletakkan nampan di atas meja kecil. “Silakan sarapan dulu, Nona,” ucapnya pelan. Raga melangkah masuk, diam, lalu berdiri beberapa langkah dari Caca. Matanya menyapu penampilan gadis itu dari atas ke bawah, sebelum akhirnya membuka suara. “Sudah siap nona?” Pertanyaan itu sederhana, tapi menampar batin Caca seperti cambuk. Siap? Bagaimana bisa seseorang siap untuk masuk ke ruang yang setiap ma

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 9 Perintah Yang Sama

    Beberapa hari berlalu, dan Caca masih merasa pusing, namun perlahan luka di kepalanya mulai membaik. Hampir sepekan ia menghabiskan waktu hanya di dalam kamar seorang sendiri, terkurung, dan nyaris tak pernah berbicara dengan siapa pun. Hanya Leni yang sesekali datang mengantarkan makanan dan obat, tanpa banyak bicara. Kesunyian itu lama-lama menyesakkan. Hari ke hari terasa panjang dan menggantung. Kebosanan dan rasa tertekan bercampur seperti awan gelap yang tak kunjung reda. Caca mencoba membaca buku yang ia temukan di rak kamar, namun tak satu pun halaman benar-benar masuk ke dalam pikirannya. Semuanya kabur. Gelisah. Sampai suatu sore, ia memberanikan diri melangkah keluar dari kamar. Pelan-pelan, kakinya menuruni tangga. Rumah itu besar dan sunyi, hanya terdengar desir angin dari celah jendela dan gemerisik dedaunan dari luar. Begitu tiba di halaman belakang, langkah Caca terhenti. Bulu kuduknya meremang. Di hadapannya terbentang pemandangan yang membuat dada terasa sesak. H

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status