
SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU
Caca Aurora Tifani atau orang-orang di sekelilingku biasa memanggil Caca, aku tak pernah menyangka hidupku akan berubah menjadi mimpi buruk setelah dijual oleh ibu tiriku sendiri. Di usia tujuh belas tahun, aku dipaksa menikah dengan putra seorang wanita kaya raya yang memiliki mata tajam seperti ular dan senyum yang tak pernah benar-benar sampai ke mata.
Orang-orang bilang, aku beruntung karena akan menjadi menantu keluarga terpandang. Tapi kenyataannya jauh lebih mengerikan dari yang kubayangkan. Suamiku, pria yang bahkan belum pernah kutatap langsung wajahnya, dikurung dalam sebuah kamar gelap di sayap timur rumah besar itu—sebuah ruangan yang selalu tertutup rapat, lembap, dan sunyi, seolah menyimpan rahasia kelam yang tak boleh diusik.
Mereka bilang dia sakit. Tapi tak ada dokter yang berani memeriksanya. Tak ada pelayan yang selamat setelah masuk ke ruangannya. Setiap yang masuk… tidak pernah keluar dalam keadaan sama. Beberapa hilang tanpa jejak. Sisanya, ditemukan dalam keadaan mengenaskan—penuh luka, pandangan kosong, atau sekadar tubuh dingin yang tak bernyawa.
Kini, aku adalah istrinya. Dan waktuku tinggal sedikit sebelum aku harus masuk ke kamar itu… ke dalam kegelapan yang bahkan cahaya pun takut memasukinya.
Apa sebenarnya yang disembunyikan keluarga ini? Siapa sebenarnya pria yang kini menjadi suamiku? Dan... kenapa aku merasa semua ini bukan kebetulan?
Read
Chapter: Bab 28 Aku Lebih Suka GelapBiasanya dalam sebuah film, para gadis akan terpesona ketika melihat seorang laki-laki keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk. Namun tidak dengan Caca. Begitu pintu terbuka dan Satya melangkah keluar, tubuhnya yang basah meneteskan air, mata Caca justru memerah. Ada rasa perih yang sulit dijelaskan ketika melihat tulang-tulang Satya begitu menonjol, kulit pucatnya terlihat kontras dengan rambut hitam yang basah menempel di dahi.Caca merasa hidupnya selama ini begitu sulit, apalagi dengan perlakuan ibu tirinya, namun ia bahkan tak sekurus Satya. Sejenak Caca tak mengalihkan pandangannya, sorot matanya dipenuhi sedih sekaligus iba pada keadaan. Seberapa besar luka yang Satya pendam hingga ia tega membiarkan dirinya hancur seperti ini? Sebegitu cintanyakah Satya pada gadis itu, sampai mengabaikan dirinya sendiri?Tatapan itu membuat Satya menajamkan mata, langkahnya melebar mendekat, membawa hawa dingin dari tubuhnya yang baru selesai mandi.“Apa yang kau lihat?” desisnya pela
Last Updated: 2025-08-19
Chapter: Bab 27 Ada Apa DengannyaKini setiap pagi menjadi rutinitas baru bagi Caca. Seperti hari ini, begitu jam menunjukkan pukul tujuh, ia melangkah masuk ke kamar Satya tanpa banyak bicara. Aroma bau busuk dan pengap menyambut Caca seperti biasa, namun sekarang ia sudah terbiasa, perlahan ia akan mencoba membuat Satya mau mendengarkan nasehatnya. Meski ia tahu itu hal yang tak mudah.Dengan gerakan ringan namun tegas, Caca langsung menyalakan lampu, membuat Satya yang duduk di tepi ranjang spontan menyipitkan mata.Satya memperhatikannya diam-diam. Ada sesuatu pada gadis itu yang berbeda dari orang-orang sebelumnya. Tidak ada raut takut yang berlebihan, tidak pula senyum dibuat-buat yang memuakkan. Caca berjalan seperti biasa saja, seolah memasuki kamar orang normal, bukan kamar “monster” yang selalu dicap oleh orang-orang di rumah itu.Selama beberapa waktu, keduanya hanya terdiam. Satya masih duduk di ranjang dengan kaus hitam kusut dan rambut sedikit acak-acakan. Tatapannya kosong, tetapi jelas pikirannya beker
Last Updated: 2025-08-19
Chapter: Bab 26 WaspadaCaca melangkah keluar kamar Satya dengan langkah ringan. Untuk pertama kalinya sejak bekerja di rumah besar itu, ia bisa menghela napas tanpa beban di depan pintu kamar Tuan Muda, laki-laki yang sudah ia nikahi hanya sebagai formalitas. Senyum tipis mengembang di bibirnya, bukan kemenangan, tapi rasa lega.Raga, yang sudah menunggu sejak tadi, langsung menghampirinya."Anda berhasil, Nona," ucapnya pelan, namun suaranya sarat emosi. "Anda sudah bertahan sejauh ini… dulu, setiap perawatan maupun orang pilihan nyonya Ratna, tidak bisa melakukan ini, jangankan keluar kamar dalam keadaan tersenyum, bisa keluar dalam keadaan sadar saja sudah sangat beruntung. Anda memang hebat, Nona Caca."Caca hanya tersenyum kecil."Kehidupan yang pahit mengajarkan saya banyak hal, Pak Raga," jawabnya singkat. Matanya sedikit menerawang, mengingat perjalanan hidupnya yang tidak kalah berat. Ada luka lama yang tak ia ceritakan, tapi justru luka itu membuatnya kini berdiri tegak.Ia menoleh lagi pada Raga
Last Updated: 2025-08-18
Chapter: Bab 25 Sebuah Nasihat“Tuan muda Satya…”Suara Caca terdengar pelan namun jelas saat ia melangkah masuk ke kamar itu. Tidak ada jeda ragu seperti biasanya, tidak ada tubuh gemetar yang terbiasa ia rasakan setiap kali bertemu Satya. Kali ini, langkahnya mantap, meskipun jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.Tanpa menunggu sahutan, Caca segera berjalan ke arah saklar lampu dan menyalakannya. Seketika, ruangan yang semula gelap gulita tersapu cahaya.Satya yang duduk bersandar di tepi ranjang langsung mengangkat wajahnya, menatap tajam ke arah Caca. Sorot matanya menusuk, penuh curiga sekaligus terkejut.“Apa yang kau lakukan?” suaranya rendah namun keras, nyaris seperti desis. “Siapa yang memberimu keberanian untuk seenaknya menyalakan lampu di sini?” ucap Satya dengan suara tajamnya. Caca tidak langsung menjawab. Ia hanya menoleh, menatap Satya dengan wajah tenang, meski dadanya sedikit berdebar. Tidak ada ketakutan berlebihan seperti sebelumnya, hanya sedikit rasa canggung yang berusaha ia semb
Last Updated: 2025-08-17
Chapter: Bab 24 Cobalah LagiLangkah Caca terasa berat saat ia menaiki tangga menuju kamarnya. Setiap anak tangga seperti membawa beban lebih di punggungnya. Hatinya kacau, pikirannya terus berputar pada wajah Satya, pada sorot matanya saat memintanya jangan bilang siapa pun.“Maafkan aku, Tuan Muda…” bisik Caca dalam hati. “Aku tak bermaksud mengkhianatimu.”Tangannya menggenggam pagar tangga kuat-kuat, seolah berusaha menahan air mata yang sudah memenuhi pelupuk matanya. Ia tahu, apa yang ia lakukan tadi adalah satu-satunya cara untuk membuat nyonya Ratna percaya… tapi ia juga sadar, ia telah mengingkari janji. Janji yang bahkan belum sempat diucapkan sepenuh hati.Begitu sampai di kamar, Caca langsung menutup pintu dan menyandarkan diri di baliknya. Kepalanya menunduk dalam, napasnya berat. Lalu perlahan, ia berjalan ke ranjang, membiarkan tubuhnya rebah di atas kasur, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.Tangannya terangkat, mengusap pipi kirinya yang masih terasa panas, bekas tamparan Nyonya Ra
Last Updated: 2025-08-16
Chapter: Bab 23 Tamparan Yang Cukup MenyakitkanCaca dibawa oleh Raga ke ruang pribadi Nyonya Ratna. Begitu pintu terbuka, Ratna menatap gadis itu dengan mata penuh amarah dan kekecewaan. Tanpa aba-aba, tamparan keras melayang menghantam pipi Caca. Gadis itu terkejut, tubuhnya terhuyung dan tersungkur ke belakang, pandangannya buram sejenak.Saat ia mulai menyesuaikan diri, tatapan tajam Ratna menembus ke dalam dirinya. “Mengapa kau berani membantah perintahku? Mengapa kau masuk ke kamar Satya tanpa izin?” suara Ratna bergetar penuh kemarahan, namun tetap terkendali.Caca terdiam, dadanya terasa sesak. Ia mengangkat kepala perlahan, berusaha menatap balik mata Ratna. “Saya… saya hanya.. Saya ingin membantu Tuan Muda Satya. Bukankah itu yang nyonya perintahkan?”Ratna menatapnya lama, penuh pertimbangan. “Aku tidak memintamu melanggar aturan! Beraninya kamu bermain-main di belakangku?” Ia melangkah mendekat, wajahnya begitu dekat dengan Caca, menuntut kejujuran.Caca menunduk sejenak, kemudian menatap kembali. “Saya tidak bermaksud
Last Updated: 2025-08-16
Chapter: Bab 120. Maha Baik Tuhan..Ceklek.. Pintu ruangan VVIP itu terbuka, terlihat Sarah dan Amy serta seorang bayi mungil dalam dekapannya. Kedua wanita itu menyorot ke atas ranjang, dimana Rey tengah bersandar menatap kedatangan mereka. Sesaat mereka terdiam, benar-benar tidak tahu jika ternyata Rey sudah membuka matanya. Sudut bibir Kanaya terangkat, membentuk lengkungan indah. Dia memang sengaja tidak memberi tahu keluarganya, membiarkan ini sebagai sebuah kejutan. Wanita itu bangkit menghampiri Mama dan Ibu mertuanya, lantas mengambil alih bayi yang Amy gendong. "Kenapa pada diem disini?" Ucapan kanaya menyadarkan dua wanita paruh baya itu dari lamunan mereka, bola mata keduanya berkaca-kaca, memandang penuh haru pada Rey yang juga sedang menatap kearah mereka dengan tetesan air mata."Rey, kamu sudah sadar nak?" Sarah berjalan cepat menghampiri putranya, saat dalam perjalanan dia sempat bertanya-tanya mengapa Rey sudah di pindahkan ke ruang VVIP. Ada harapan jika putranya sudah sadar, namun dia tidak terlal
Last Updated: 2023-11-21
Chapter: Bab 119. Tangis Haru..Disela-sela kesibukan nya menjadi seorang ibu, Kanaya tidak pernah absen mengurus suaminya. Tiga hari sudah berlalu, kondisi Rey pun sudah membaik. Namun sayang pria itu masih belum membuka matanya.Dokter menyatakan jika Rey mengalami patah tulang kaki dan retak bahu sebelah kanan, serta dadanya yang memar akbitan terjatuh dari ketinggian. Jika mendengar penjelasan Rio, bahwa parasut yang berkembang setelah terjadi ledakan hanya milik Rey dan Deri. Namun sayang Deri mendarat di titik lokasi cukup jauh dari mereka. Sedangkan parasut dua prajurit lainnya tidak sempat berkembang ketika mereka jatuh, begitu pun milik Rio, namun dia masih selamat karena Rey membantunya, jadilah mereka terjatuh bersama dan menyebabkan patah tulang dan lain sebagainya. Rey dan Rio masih sempat sadar dan berusaha menolong teman lainnya, namun sayang hanya mereka yang selamat. Mereka tidak sadarkan diri karena dehidrasi dan tidak memiliki tenaga untuk mecari makanan selama tiga hari belum di temukan. Untung
Last Updated: 2023-11-17
Chapter: Bab 118. Harapan Nyata...Sirine Ambulance begitu nyaring mengiri perjalanan mereka menuju Rumah Sakit. Seperti tidak ada habisnya, air mata Kanaya terus mengalir membasahi pipinya. Satu tangannya mengusap wajah Rey, sementara tangan lain menggenggam jari jemari Suaminya begitu erat. Sakit ketika melihat suaminya tak berdaya seperti ini, namun ada setitik rasa syukur karena Rey bisa bertahan. Tidak tergambar seperti apa perasaan Kanaya, di satu sisi dia bahagia bisa melihat Rey selamat, namun di sisi lain ia pun terluka karena keadaan Rey seperti ini."Bertahan Mas!" Kanaya terus mengecup punggung tangan suaminya, wajah tampan yang sangat ia rindukan itu sudah ada di hadapannya. Wajah tampan yang selalu tergambar di malam-malam sunyi yang ia rasakan, malam penuh dengan sejuta rindu yang haus akan bertemu."Anak kita sudah lahir, dia sangat tampan seperti kamu Mas. Dia terus menangis, pasti karena dia ingin bertemu ayahnya." Lagi Kanaya terus membisikan kata-kata di telinga Rey, berharap pria itu merespon apa
Last Updated: 2023-11-15
Chapter: Bab 117. Flashback.."Rey.."Pandangan semua orang tertuju pada dua buah Brankar yang mendorong Rey dan Rio. Sesat semua orang yang ada disana termangu, diam dan tak mengatakan apapun. Otak mereka masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi."Tuan Adit.." sapa Lukman, pria yang bertugas menyambut kedatangan para anggota Militer itu nampak menghampiri Keluarga salah satu prajuritnya."Komandan Lukman, Rey masih selamat?" tanya Adit dengan raut kagetnya.Lukman mengernyitkan dahi. "Apa Rian belum memberi tahu. Rey memang selamat," jelasnya.Seketika tangis Kanaya kembali pecah, ia yang semula tak percaya buru-buru mengejar Brankar yang tengah di dorong menuju sebuah Ambulance. Disusul Amy yang turut mengejar putrinya. "Jadi Rey masih selamat? Rian bilang dia tidak selamat," sahut Adit.Flashback.."Bertahan Rey, inget Kanaya, anak kalian sudah lahir.." Terus saja Rian membisikan sesuatu ke telinga sahabatnya, berharap Rey bisa bertahan sebelum mereka tiba di Rumah Sakit yang ada di Wamena.Sudah dipastikan t
Last Updated: 2023-11-12
Chapter: Bab 116. Penjemputan..Matahari bersinar begitu cerah di hari ini. Namun tak secerah wajah Kanaya dan seluruh keluarganya. Dua buah mobil melaju beriringan menuju Bandara Halim Perdana Kusuma, sebab siang ini seluruh korban tragedi meledaknya Helikopter yang tengah bertugas di Irian Jaya akan segera tiba.Semua perisapan pemakaman dan hal lainnya di siapkan oleh Anggota Militer. Karena mereka akan di kuburkan mengikuti prosedur kemiliteran.Pandangan Kanaya terlihat kosong, wanita itu hanya diam memandangi luar jendela. Tidak lagi ada air mata yang mengalir di Pipinya. Semua telah ia tumpahkan ketika dirinya baru tersadar beberapa jam lalu. Tidak ada yang tahu apa yang tengah wanita itu fikirkan, sebab dirinya hanya diam dan enggan membuka suara. Bayi yang baru Kanaya lahirkan pun tak diperdulikannya.Di dalam mobil itu ada Arga kakak iparnya, Amar sang Papa, serta Amy mamanya. Sementara mertuanya membawa mobil lain yang di kemudikan sopir mereka. Sedangakn Bayi Kanaya dan Rey sengaja di tinggalkan bersama
Last Updated: 2023-11-09
Chapter: Bab 115. Penantian Yang Sia-sia"Kanaya..."Pandangan semua orang tertuju pada Sarah dan Kanaya, rupanya apa yang mereka bahas sedari tadi didengar pula oleh kedua wanita berbeda usia itu."Kalian bohong kan? mas Rey nggak kenapa-napa kan?" Lagi Kanaya mengulangi apa yang sudah ia tanyakan. Berharap jika semua itu hanya candaan seluruh keluarganya.Buru-buru Amy memghampiri putrinya, begitupun dengan Adit yang turut mendekati Sarah."Sayang, bangun nak!" Air mata Amy tak mampu ia tahan lagi, melihat putrinya yang histeris seperti ini membuatnya sedih."Pah, Rey nggak kenapa-napa kan Pah? Dia sudah di temukan dalam keadaan selamat kan?" tanya Sarah penuh harapan.Lidah Adit terasa kelu, mulut nya tak mampu menjawab apa yang istrinya tanyakan. Sungguh dia pun syok dan sedih mengetahui Rey telah ditemukan, namun dalam keadaan tak bernyawa.Perkataan ibu mertuanya sontak membuat Kanaya terdiam, mencerna maksud ucapan wanita paruh baya itu. Dia mulai memahami jika memang telah terjadi sesuatu pada Rey. Namun seluruh kelu
Last Updated: 2023-11-07