Teriakan itu membelah keheningan pagi seperti cambuk yang menghantam udara. Suara yang tak asing—melengking, nyaring, dan selalu ditujukan padaku.“Cacaaaa! Bangun! Dasar pemalas, piring kotor ini mau kamu cuci pakai doa?!”Mataku terbelalak. Jantungku berdegup cepat, tak karena mimpi buruk, tapi karena kenyataan yang lebih menyebalkan dari itu. Dengan enggan, aku bangkit dari kasur tipis yang sudah lama kehilangan empuknya. Lantai dingin menyentuh telapak kakiku saat aku melangkah keluar dari kamar sempitku.Pemandangan pertama yang menyambutku adalah kekacauan. Piring kotor menumpuk di wastafel, sebagian bahkan berserakan di meja dan lantai. Bekas makanan kering menempel, lalat-lalat kecil beterbangan di sekitarnya. Ruang tamu berantakan, bantal sofa terlempar ke sana kemari, karpet bergulung, dan... di tengah semua kekacauan itu, duduk seseorang yang seperti tak menyadari dunia sedang terbakar.Naumi.Adik tiriku yang cantik, manja, dan lebih menyebalkan dari yang terlihat. Ia dudu
Last Updated : 2025-06-30 Read more