Dua tahun kemudian.
"selamat ya Tar..." Ujar Mila dengan memeluk Mentari.
"Makasih ya...." Jawab Mentari.
"Akhirnya aku lulus juga..." Ujar Mentari lega.
Ya, akhirnya Mentari bisa lulus kuliah, dan menjadi sarjana ekonomi sekarang. Setelah ini dia bisa langsung bekerja untuk membantu ibunya.
Bahkan dia sudah di terima bekerja di salah satu perusahaan. dia akan mulai bekerja Minggu depan, Sebagai divisi keuangan.
"Hei cupu..." Ujar Danu heboh dengan berlari ke arah Mentari.
Danu langsung merangkul bahu Mentari.
"Akhirnya kita lulus juga...." Ucapnya dengan tersenyum senang.Mentari mengangguk kan kepala nya. Dia juga senang, hubungan dia dan Danu sudah membaik sekarang. Semenjak dua tahun yang lalu, tepatnya setelah kepergian Benji, Danu lah yang selalu ada dan menemaninya.
Mentari menggeleng kan kepal
"rumah siapa ini?" Ujar Mentari, kala melihat ibunya berhenti di depan sebuah rumah.Seperti rencananya tadi malam, pagi ini Mentari mengikuti kemana ibunya pergi. Tadi ibunya bilang dia mau berangkat ke kantor.Tapi yang Mentari lihat sekarang, ibunya malah pergi ke sebuah rumah. Entah rumah siapa.Mentari terus memperhatikan ibunya. Dia sengaja tidak turun dari mobil, agar tidak ketahuan."Apa rumah teman ibu.." tebak Mentari. Mungkin aja ini rumah teman ibunya.Ada sebuah mobil lagi yang datang memasuki halaman rumah itu. Mentari melebarkan matanya saat melihat siapa yang turun dari mobil itu.Bahkan dia Sampai memajukan tubuhnya, untuk memastikan kalau dia tidak salah lihat."Om Bram.." ujar Mentari tak percaya , kala melihat papinya Benji yang keluar dari mobil itu.Ngapain ibunya dan papinya Benji datang ke rumah ini, batin Mentari.
"kamu aja yang masuk, biar ibu tunggu di sini" ucap Mira ketika mereka telah tiba di depan kamar Benji.Mira tau, Mentari pasti butuh waktu untuk bicara dengan Benji berdua saja.Mentari mengangguk kan kepalannya. dia menghapus air matanya, lalu menarik napas dalam. Rasanya campur aduk sekarang. Antara senang dan sedih. Senang karena akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan Benji. Tapi juga sedih saat tau bagaimana ke adaan Benji sekarang.Mentari membuka pintu secara perlahan.Deg.Jantung Mentari berdetak cepat, kala melihat Benji yang tengah berdiri membelakanginya.Apalagi sekarang Benji menoleh ke arahnya. Mereka sama-sama terpaku di tempat masing-masing.Ingin rasanya Mentari berlari lalu memeluk Benji, dan berkata dia sangat rindu.Mata itu masih sama seperti dulu. Mata yang selalu menatapnya tajam dan mengintimidasi.
Mentari membuka matanya perlahan, dia menoleh ke kiri kanan."Astaga.." ujarnya, dia sampai ketiduran di kamar Benji semalam.Sangking capeknya bujuk Benji agar mau bicara, akhirnya dia ketiduran di sini.Mentari mengubah posisinya menjadi duduk. Dia mencari keberadaan Benji namun tidak ada."Apa udah keluar.." gumanya.Mentari segera berdiri dan berlari ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.Tak lama dia keluar dengan keadaan yang lebih segar. dia pun keluar kamar untuk mencari Benji.Mentari menuruni tangga secara perlahan. Matanya melebar kala melihat kekacauan yang ada di ruang tamu. Semua barang pecah berhamburan di lantai.Dan juga ada papinya Benji di sana yang terlihat sangat emosi. napas pria paruh baya itu naik turun, wajahnya juga memerah menahan amarah.Apa yang terjadi. apa kak Benji ngamuk lagi, batin Mentari.
"kita mau kemana kak?" Tanya Mentari saat Benji membawanya pergi."Nanti juga Lo tau" jawab Benji singkat.Mentari menghembus kan napasnya, percuma dia bertanya.Setelah itu terjadi keheningan diantara mereka, Mentari sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara Benji fokus menyetir."Selama gue nggak ada, apa aja yang Lo lakuin?" Tanya Benji memecah keheningan."Kan aku udah cerita semuanya kemarin" ucap Mentari. Apa Benji lupa, padahal kemarin dia sudah cerita panjang lebar.Benji mengangguk kan kepalanya, sebenarnya tanpa Mentari cerita pun dia sudah tau apa saja yang dilakukan Mentari.Karena selama dua tahun ini, sebenarnya Benji menyuruh orang untuk mengawasi Mentari. jadi dia sudah tau apa saja yang Mentari lakukan."Yah... yang gue tau, Lo nangisi gue tiap malam" ucap Benji dengan melirik Mentari, dia tersenyum jahil.
Mentari memandang keluar jendela, dia masih berada di rumah papinya Benji sekarang. Lebih tepatnya sudah menjadi rumah Benji.Mentari menghembus kan napasnya berat, dia menoleh ke ranjang dimana Benji sedang tidur sekarang.Setelah kejadian tadi Benji langsung mengajaknya ke kamar dan tidur, Mentari bisa melihat kesedihan di mata Benji.Walaupun Benji terlihat jahat mengusir keluarganya tadi. tapi Mentari tau sebenarnya jauh di lubuk hati Benji yang paling dalam, dia juga nggak mau melakukan ini semua.Bagaimanapun Benji sangat menyayangi papinya."Mikirin apa sih..?" Ucap Benji dengan suara seraknya. Membuyar kan lamunan Mentari.Mentari menggelengkan kepalanya, dari dulu Benji tidak pernah berubah selalu saja datang tiba-tiba. Padahal tadi dia masih melihat Benji tertidur di ranjang.Benji memeluk Mentari dari belakang, menaruh kepalanya di bahu Mentari."Mikirin apa?" Tanyanya lagi."Nggak ada, kakak udah bangun
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Benji tersenyum sangat lebar, mungkin ini adalah hari paling bahagia yang pernah dia rasakan selama hidupnya.Hari dimana dia menikah dengan perempuan yang sangat dia cintai. Dia berjanji akan menjadi suami dan ayah yang terbaik untuk keluarganya nanti.Dia tidak akan membiarkan anaknya kekurangan kasih sayang, dia tidak ingin anaknya tumbuh seperti dirinya.Benji melihat foto yang ada di tangannya. Itu foto dia waktu kecil, bersama ibu, oma dan opa nya."Benji akan menikah sebentar lagi, akhirnya Benji menemukan perempuan yang sangat Benji cintai. Dan ternyata perempuan itu anak dari sahabat mama" ujar Benji dengan mengelus foto ibunya."Benji akan punya keluarga sendiri sekarang. Keluarga yang Benji impikan selama ini. Semoga kalian di sana merestui pernikahan ini. Benji sayang kalian.." ucap Benji dengan suara bergetar. Benji mengecup foto itu dengan sayang."Gimana apa kamu sudah siap?" Ta
Mentari bangun lebih dulu, sementara Benji masih tidur dengan pulas.Dia bangun kesiangan hari ini, sudah jam sembilan ternyata. Mungkin akibat kelelahan kemarin.Mentari segera mandi dan turun ke bawah."Ibu..." Panggilnya, saat melihat ibunya ada di meja makan."Sudah bangun kamu, sini sarapan sama ibu. Ibu juga kesiangan hari ini.." ajak Mira.Semua orang di rumah ini kelelahan karena acara kemarin, makanya semuanya bangun kesiangan.Mentari ikut duduk di meja makan, dia mengambil nasi goreng lalu memakan nya."Kenapa sih buk?" Tanya Mentari, saat ibunya terus memperhatikan nya dari tadi."Nggak papa, mana Benji.?" Ujar Mira balik bertanya."Masih tidur..." Jawab Mentari.Mira mengangguk kan kepalanya."Nanti ibu mau ke rumah teman ibu" kata Mira, dia merasa bosan di rumah terus.S
"masih sakit?" Tanya Benji."Ih kak, jangan tanya gitu terus nanti ibu denger" ujar Mentari malu."Ibu juga pasti udah tau kali, ngeliat cara jalan Lo aja kayak gitu.." ujar Benji.Lagian kenapa juga harus malu, itu kan hal wajar yang harusnya suami istri lakukan."Emang keliatan banget?" Tanya Mentari.Benji mengangguk kan kepalanya sebagai jawaban.Mentari menghembus kan napasnya."Pertama emang sakit, nanti lama-lama juga enggak. Makanya kita harus sering-sering..""Sttttt.." Mentari menutup mulut Benji dengan tangan nya."Udah deh kak, jangan bahas itu lagi.." ujarnya malu.Apalagi mereka sekarang berada di dapur, nanti kalau ada yang denger kan malu.Benji melepas kan tangan Mentari dari mulutnya."Kenapa sih, lagian orang juga udah tau kok. Kita kan nggak keluar kama