Beranda / Romansa / SI KEPALA BATU JATUH CINTA / Ranjang panas milikku

Share

Ranjang panas milikku

Penulis: Nona_Lyanna
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-22 15:08:36

***

Pagi pun telah tiba. Aku bersiap-siap untuk sarapan, lalu ke kantor.

Pagi ini terlihat gadis kampung itu yang menyiapkan sarapan.

"Selamat pagi, Mi. selamat pagi, Pi." sapaku.

"Pagi juga sayang," sahut Mami.

"Mi, aku langsung ke kantor aja ya," ucapku tersenyum.

"Lho ... Sarapan dulu dong," sahut Mami protes.

"Males, entar alergi" Aku menolak sarapan karna gadis kampung itu yang menyiapkannya.

"Tunggu dulu, kan Mami sudah bilang tadi malam, kalau Mami bakal kenalin kamu ke Dara. Dara sini sebentar!" ucap Mami kemudian memanggil gadis kampung itu.

"Saya nyonya?" tanya Dara.

"Iya. Kamu," sahut Mami singkat.

"Ada apa Nyonya?" tanya-nya lagi.

"Perkenalkan ini anak saya namanya, Riko Pratama. Jadi kamu harus bersikap baik, dan sopan ya sama Riko. Saya gak mau mendengar keluhan anak saya tentang sikap kamu yang katanya tidak sopan semalam," papar Mami jelas.

"Baik Nyonya," jawabnya menurut.

Aku senang Mami menegur gadis kampung itu dengan tegas.!

"Ya udah, Mi. Aku berangkat sekarang ya," ucapku mengulang kalimat yang tadi sudah ku katakan.

"Sarapannya gimana?" Mami kembali bertanya.

"Nanti aja di kantor. Pi aku pamit ya," ucapku sambil berpamitan dengan Papi.

"Iya hati-hati," sahut Papi.

Papi dalam setahun terakhir ini sudah tidak mengurusi urusan bisnis lagi. Papi menyerahkan semuanya padaku. Aku adalah CEO di perusaha'an milik Papi.

***

Aku ke kantor dengan di antar oleh sopir pribadiku. Setelah 30 menit menempuh perjalanan. Aku pun sampai di kantor.

"Selamat pagi Tuan muda...!" Ucap pegawai kantorku.

Para karyawan serta karyawati menyambutku. Di kantor aku di kenal sebagai pribadi yang tegas, dan dingin. Aku tidak mentoleransi kesalahan yang membuat rugi perusaha'an. Sejauh ini semua berjalan lancar, dan terkendali.

Setelah urusan kantor selesai, biasanya aku tidak langsung pulang ke rumah. Aku singgah ke apartemen pribadiku, hingga larut malam. Bahkan aku sering menginap di apartemen.

Tentunya aku tidak sendirian di apartemen. Aku selalu menugaskan pesuruh pribadiku untuk mencarikan wanita cantik dan berkelas untuk menemani malamku. Dan aku rela membayar mahal untuk hal itu.

Seperti hari ini, waktu sudah menunjukkan jam pulang kantor. Aku meminta sopir pribadiku untuk mengantarkan aku ke apartemen.

"Pak. Antar saya pulang ke apartemen saja," perintahku pada Pak Tarjo.

"Siap Tuan muda," jawabnya.

Setelah sampai di apartemen. Aku menyuruh Pak Tarjo langsung pulang. Ya sopirku itu bernama Tarjo.

"Pak Tarjo nanti tolong bilang sama Mami, Papi kalau saya mampir ke apartemen ya. Dan kemungkinan saya akan menginap di sini," ucapku sekaligus perintah.

"Baik, Tuan muda. Saya permisi," sahutnya sambil berlalu.

***

Aku pun langsung beristirahat. Jika aku teringat lagi dirumah ada gadis kampung itu, rasanya aku tidak akan mau pulang ke rumah. 

Dari pada aku naik darah karna mengingat gadis kampungan itu, mending aku bersenang-senang malam ini.

Segeraku beri tugas pada Doni, seseorang yang selalu aku andalkan dalam mencarikan mangsa! 

"Hallo, Don. Saya butuh teman malam ini. Dan tolong carikan yang spesial. Saya akan bayar mahal," perintahku jelas.

"Siap, Tuan muda. Kebetulan ini ada yang baru datang dari luar negri," sahutnya bersemangat.

"Baik, Cepat bawa ke sini. Dan pastikan tidak ada orang yang melihat. Karna saya mau privasi saya tetap aman," perintahku lagi.

"Beres, Tuan muda.! jawabnya senang.

Setelah menunggu hampir satu jam. Doni pun datang dengan membawa seorang gadis cantik, sedikit kebule-bule'an.

Doni selalu mengerti seleraku!

"Tuan muda. Perkenalkan namanya Jelita," ucap Doni sembari menebar senyum yang menurutku tidak manis sama sekali.

"Baik. Silahkan kamu keluar dan cek rekeningmu," perintahku tegas.

"Siap, Tuan muda." jawabnya cepat.

Doni pun pergi. Kini hanya ada aku dan Jelita. Sesuai dengan namanya, parasnya juga sangat Jelita.!!

"Tuan tampan sekali," ucapnya jujur.

"Saya tau itu. Bukan cuma kamu yang mengatakannya. Bahkan semua wanita yang saya temui pun mengatakan hal yang sama," jawabku dengan begitu bangganya.

"Tunjukkan identitas kamu, serta surat keterangan kesehatan. Saya tidak mau ambil resiko apa pun," perintahku pada gadis itu.

"Tenang saja, Tuan muda. Pak Doni sudah memberi tahu saya tentang itu. Jadi saya sudah siapkan semuanya," ucapnya sambil tersenyum penuh arti.

"Bagus kalau gitu," pujiku singkat.

Setelah aku mengecek semuanya. Ternyata gadis ini tidak memiliki riwayat penyakit menular. 

Dan tiba-tiba Jelita menyerangku duluan dengan begitu lincahnya. Dia menciumi leherku dengan begitu buas!

"Uuuhhh ... Kamu ternyata mahir juga," ucapku sambil tersenyum tipis.

"Tentu saja Tuan. Saya akan memberikan service terbaik malam ini," sahutnya bersemangat

Aku membalas sentuhan Jelita, aku melepaskan satu persatu pakaiannya. Terlihat sempurna bentuk tubuh gadis ini. Sungguh menggairahkan.

Terus ku cumbui tubuh jelita dari ujung rambut, hingga ujung kaki.

Jelita terlihat menikmati permainanku.

"Teruus!" ucapnya sambil memejamkan mata.

Jelita menuntunku agar segera menuntaskan hasratnya malam ini.

Setelah kurang lebih 20 menit pemanasan. Aku pun langsung menuntaskan permainan. Tak lupa sebelumnya aku sudah menggunakan alat pelindung. Hingga permainan kami berlangsung selama kurang lebih satu jam.

Jelita pun menggeliat tandanya sudah mencapai puncak kenikmatan.

Kami pun terbaring lemah tanpa sehelai benang.

Setelah beberapa saat, aku pun bangkit dari ranjang panas milikku ini.

Aku segera membersihkan diri di kamar mandi. Setelah selesai, aku kembali menghampiri Jelita yang terlihat sangat pulas tertidur.

Aku membangunkan Jelita, dengan menepuk-nepuk pundaknnya. 

"Ada apa, Tuan muda. Biarkan saya tidur sebentar," ucap Jelita yang terdengar masih lemas.

"Ambil ini ... Dan segera pergi lah dari sini," perintahku sembari menyodorkan bayaran.

"Apa Tuan ..? Pergi?" tanya-nya terlihat kaget.

"Iya. Kamu silahkan pergi sekarang juga dari apartemen saya, karna semuanya sudah selesai," jawabku tegas.

"Tapi, Tuan. Saya masih lemas," ucapnya dengan tetap berbaring di kasur.

"Tidak ada tapi-tapian. Kamu disini untuk saya bayar, dan sekarang sudah selesai. Silahkan kamu pergi. Saya sudah menghubungi Doni untuk menjemput kamu," paparku dengan nada suara meninggi.

"Baik, Tuan muda. Saya bersiap sebentar," ucapnya menurut sembari berjalan ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit Jelita selesai membersihkan diri, dan Doni pun sudah datang.

"Cepat kamu bawa dia pergi," perintahku pada Doni.

"Siap, Tuan muda. Ayo Jelita saya antar ke tempatmu kembali," sahut Doni sambil mengajak Jelita pergi.

Mereka pun sudah berlalu. Entah sudah berapa banyak gadis yang di bawa Doni kesini, untuk menemani aku. Rasanya sudah tidak terhitung. Entahlah, terkadang aku merasa diri begitu penuh dengan dosa. Namun, aku masih saja mengulanginya.

Malam semakin larut hingga akhirnya aku pun tertidur.

*** 

Pagi-pagi sekali aku terbangun, hingga lupa bahwa hari ini adalah hari minggu. Aku tidak perlu ke kantor.

Aku menelfon, Pak Tarjo agar beliau segera menjemputku.

"Hallo, Pak Tarjo. Saya mau pulang ke rumah. Jadi tolong jemput saya sekarang," perintahku pada sopir pribadiku itu.

"Siap, Tuan muda." 

Setelah menunggu, akhirnya Pak Tarjo tiba. Dan aku segera pulang ke rumah.!!

***

Sampai di rumah, aku langsung di panggil Mami yang sedang duduk bersama Papi.

"Riko, ke sini sebentar...." Ucap Mami.

"Kenapa, Mi?" Tanyaku bingung.

"Mulai besok kamu jangan nginap di apartemen dulu ya," ucapnya lagi yang membuat aku semakin bingung.

"Memangnya kenapa Mi?" Tanyaku lagi.

"Mami, sama Papi mau keluar kota ke rumahnya Oma kamu. Mungkin sekitar satu Minggu Mami sama Papi di sana," jelas Mami.

"Hmmm ... Oke deh Mi," sahutku.

"Ya sudah karna kamu sudah pulang, Mami sama Papi mau berangkat sekarang," ucap Mami padaku.

"Iya. Hati-hati Mi, Pi ..." Sahutku malas.

Hari ini orang tuaku berangkat. Hanya ada aku, Mbok Darmi, serta anak kampung itu di rumah.

"Tuan muda ...." Ucap Mbok Darmi yang tiba-tiba muncul.

"Eh, Si Mbok. Mau kemana bawa tas segala?" tanyaku heran.

"A-anu Tuan, Si Mbok mau pulang kampung beberapa hari. Sudah dapat izin juga dari Nyonya besar," ucapnya takut-takut.

"Kok bisa barengan gini sih sama Mami, Papi. Terus siapa yang ngurus rumah?" tanyaku lagi.

"Bunga yang gantiin tugas Si Mbok Tuan muda," jawab Si Mbok polos.

Lalu aku terfikir bisa mengerjai gadis kampung itu di rumah!

"Hmmm baik lah, Mbok boleh pergi," ucapku sedikit menebar senyum licik.

"Terima kasih, Tuan muda."

Sekarang di rumah hanya ada aku dan gadis kampung itu.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Jatuh di dua hati

    ***Semalaman aku tak bisa tidur. Rasa bersalahku menghampiri.Kutatap lagi ke arah Dara yang sudah terlelap dalam pelukanku. Seketika sesal di dalam diri muncul.Saat ini istriku sedang mengandung, tapi aku malah mengkhianatinya. Air mata jatuh dengan begitu saja.***Entah kapan aku tertidur, saat aku membuka mata, ternyata hari sudah terang."Sayang, kenapa tidak membangunkan, Mas? Bukankah Mas sudah telat ke kantor," ucapku pada Dara yang terlihat mulai segar kembali."Ke kantor? Mas lupa kalau hari ini adalah hari Minggu?"Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku memang lupa."Eh, he-he ... iya, Mas tak ingat.""Mentang-mentang ada Asisten baru, jadi mau ke kantor terus deh," goda Dara dengan nada bercanda.Aku langsung salah tingkah. Bagaimana jika Dara tahu, tentang kejadian kemarin?Bagaimana jika Puja meminta tanggung jawab karena aku telah mengambil mahkotanya?Ar

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Terbawa perasaan

    ***Hari berikutnya, aku berangkat lagi ke kantor. Sedangkan Dara masih tak bisa ke mana-mana. Kehamilannya membuat ia sulit bangun. Maklum saja, karena ini adalah kehamilan pertama.Sampai di kantor, aku bertemu Puja lagi tentunya. Sosok Puja sangat membuat Dara cemburu. Padahal mereka belum pernah bertemu.Dan aku, entah kenapa ada perasaan gugup ketika berhadapan dengan Puja."Selamat pagi, Tuan muda." Puja menyapa."Pagi," sahutku singkat.Cepat-cepat aku melangkah ke dalam ruangan. Tak mau aku berlama-lama berada di dekat Puja.Hatiku berdebar, jiwa kejantananku bergetar. Aku memang suka bermain-main dengan wanita dulu.Akan tetapi itu dulu, sebelum aku memutuskan jatuh cinta pada Dara.Saat ini, aku merasakan gejolak itu lagi. Ingin rasanya aku menikmati permainanan yang dulu pernah aku gemari.Oh, Puja ....Kenapa lekuk tubuhnya tampak begitu menggoda. Aku tak boleh terus berpikir b

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Sosok Puja, Asisten baru Riko

    ***Aku bergegas menuju arah pulang. Namun, sebelum itu aku singgah ke sebuah toko perhiasan.Kupilih dua kalung berbentuk hati."Berapa harga kalung ini?" tanyaku pada penjual berlian itu."Setengah M saja Tuan muda," ucapnya."Saya mau dua."Setelah selesai menggesekkan kartu ajaibku, kini aku pulang.Aku menyebut tabungan di setiap kartu ATM maupun kartu credit ini sebagai kartu ajaib.Mobilku melaju dengan cepat. Ada rasa bahagia yang tak bisa aku ucapkan dengan kata-kata saat ini.Sampai di depan halaman, aku melihat sosok laki-laki bergegas pergi ketika melihat mobilku menuju ke sana.Berjubah sangat panjang orang itu. Aku jadi penasaran. Bahkan aku sangat takut jika hal buruk sedang seseorang rencanakan.Kupercepat langkahku turun dari mobil. Akhir-akhir ini aku memang sering menyetir sendiri. Karena Pak Tarjo sudah aku perintahkan untuk mengawasi keadaan di rumah."Oma, aku

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   POV Riko

    ***Aku mendapat kabar dari Pak Tarjo bahwa istriku diculik. Detik itu juga aku langsung menghubungi polisi.Saat kami tiba di tempat penyekapan Dara, aku sangat terkejut menyaksikan Mami lagi yang melakukan tindak kejahatan itu. Namun, Mami tak sendiri kali ini. Ada Grecia yang menjadi rekan kerjanya.Aku sangat kesal. Emosiku sudah tak tertahan. Polisi pun melepaskan tembakan. Kini Mami dan Grecia sedang dalam perawatan medis. Setelah keduanya sadar nanti, maka aku akan tetap menjebloskan dalam penjara."Sayang, istirahatlah! Biar Mas saja yang ke rumah sakit melihat kondisi Mami dan Grecia," ujarku mengantar Dara ke dalam kamar.Dara mengangguk. Ia masih terlihat syok. Oma, dan mertuaku menemaninya.Kini aku berangkat dengan Pak Tarjo.Dua puluh menit berlalu ....Aku pun sampai di rumah sakit yang tak jauh dari penjara itu."Bagaimana keadaan mereka?" tanyaku." Pasien bernama Greci

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   POV Dara

    ***POV Dara.Aku berangkat ke kantor sendirian. Mas Riko pergi mencari pelaku kejahatan itu.Aku diantar Pak Tarjo. Namun, di jalan tiba-tiba ada yang menghadang mobil kami."Siapa itu, Pak?" tanyaku bingung."Saya juga tidak tahu, Non."Pak Tarjo turun, sedangkan aku tetap menunggu di dalam mobil.Bugh!Bugh!Dua pukulan mendarat di wajah Pak Tarjo. Aku jadi ketakutan. Sebenarnya siapa mereka?Pak Tarjo tersungkur lemah, kini dua pria berbadan kekar itu membuka pintu mobilku secara paksa."Ikut kami!" perintahnya menarik tanganku."Tidak! Lepaskan saya!" Aku mencoba berontak.Mereka terlalu kuat, aku tak mampu melawan. Kini aku dibawa paksa menggunakan mobilnya.Pak Tarjo hanya meringis sambil berteriak mencaci para penjahat ini.Kini aku sudah berada di dalam mobil mereka."Mau apa kalian? Lepaskan saya!" hardikku."Diamlah! Kau akan bertemu

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Memenjarakan orang tua sendiri

    ***Seminggu berlalu, keadaan mertuaku mulai membaik. Namun, ia kehilangan suaranya.Menurut dokter ada yang meminumkan sesuatu padanya hingga mengakibatkan kehilangan suara.Tubuh mertuaku juga masih lemah. Tidak bisa dimintai keterangan saat ini.Sedangkan polisi sudah menemukan jejak pelaku. Robekkan baju itu, benar-benar milik Mbok Inem. Akan tetapi Mbok Inem hanya menjalankan tugas. Ada seseorang yang mengendalikannya.Aku sampai di kantor polisi sendirian. Mbok Inem sudah ditangkap."Pelaku masih tidak ingin mengatakan siapa yang menyuruhnya," ujar polisi."Izinkan saya bicara pada Mbok Inem, Pak!""Baiklah."Kini Mbok Inem sedang dibawa menuju ke hadapanku."Tu-tuan muda," lirihnya menunduk."Mbok, katakan yang sebenarnya! Siapa yang menyuruh si Mbok melakukan perbuatan tercela itu?" Aku menatap serius."Maafkan si Mbok, Tuan muda. Mbok terpaksa karena diancam.""Apapu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status