Share

Terbayang-bayang

Penulis: Nona_Lyanna
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-22 23:26:56

***

Rumah terasa begitu sepi hari ini. Hanya tinggal aku, dan Dara, Si gadis kampung itu. Sementara sopirku Pak Tarjo, tinggal di rumah sebelah yang memang khusus orang tuaku sediakan untuknya.

Ku lihat gadis kampung itu sedang sibuk mengurusi pekerja'an rumah, menggantikan seluruh tugas Ibunya.

Dan aku punya ide untuk ngerja'in gadis kampung itu.!

"Lho ... lho ... kok bisa kotor lagi sih ini lantainya. Padahal tadi sudah saya pel," gumamnya yang tak melihat keberada'anku.

"Pel yang bener makanya. Bisa kerja kan?" Sahutku yang membuatnya kaget.

"Ta-tapi, Tuan muda. Tadi saya sudah bersihkan lantainya," ucapnya jujur.

"Ya, terus kenapa ini masih kotor?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.

"Saya juga tidak tau Tuan muda," jawabnya bingung.

"Ya udah bersihin lagi sana, gampang kan?" perintahku sambil berlalu.

"Baik, Tuan muda.!" sahutnya menurut.

POV Dara: Ini pasti kerja'an pria sombong itu. Akan tetapi aku tidak boleh melawan.

POV Reza: Rasain kamu gadis kampung. Itu baru permula'an, belum ada apa-apanya. Tunggu aja, aku bakal buat kamu gak betah tinggal di sini.

***

Jam sudah menunjukkan waktunya makan siang. Gadis kampung itu sedang menyiapkan makanan untukku. 

"Silahkan di makan, Tuan muda!" ucapnya menebar senyum.

"Bersihkan kamu masaknya?" tanyaku was-was.

"Bersih kok Tuan muda," jawabnya sedikit terlihat kesal.

"Baiklah, akan saya coba. Dan kamu tetap berdiri di situ, sampai saya selesai nyobain masakan kamu," perintahku pada gadis kampung itu.

"Baik, Tuan muda...!" Sahutnya menurut.

"Bluueekk ... apa ini? Rasanya asin sekali. Kamu mau ngeracunin saya?" aku memuntahkan makanan itu di depannya.

"Masa sih, Tuan muda? Tadi saya sudah cicipi dan rasanya pas," ucapnya bingung.

"Pas apanya, Ini tuh gak layak dimakan. Sekarang cepat kamu buatkan saya sup yang baru," perintahku sengaja.

"Ba-baik, Tuan muda."

Sebenarnya sup yang gadis kampung itu buat sangatlah enak. Aku sengaja menambah pekerja'annya agar dia tidak bisa istirahat hari ini.

"Tuan muda ini sup nya yang baru. Tapi kemana sup yang kata Tuan asin tadi?" Tanya-nya sambil menyodorkan sebuah sup.

"Oh itu, Sudah saya buang," padahal aku sudah memakannya.

"Oh di buang," ucapnya lemah.

"Iyalah di buang, masa di makan sup begituan. Bisa keracunan saya. Sini sup yang baru kamu buat itu," ucapku ketus.

"Ini, Tuan. silahkan," Dara menyendokkan sup tersebut ke dalam piringku.

"Hmmm ... Apa ini? Yang ini malah gak ada rasanya sama sekali. Sebenarnya kamu itu bisa masak gak? Ya sudah lah, Saya sudah kehilangan selera makan gara-gara kamu," paparku sengaja berbohong.

Aku pun meninggalkan gadis kampung itu, dan segera masuk ke kamar. Hingga aku tertidur dengan perut yang sudah kenyang.

POV Dara: Dasar manusia aneh, tadi bilangnya ke asinan, terus ini bilang gak ada rasanya pula. Kayaknya ada yang salah deh di lidah manusia angkuh itu.

Hari ini aku lelah sekali karna mengerjakan tugas rumah sendirian. Hingga aku sadar, bahwa Ibu selama ini merasakan lelah yang aku rasakan sekarang. Dan aku berjanji akan bertahan di sini, buat bantuin kerja'an Ibu. Ya walaupun aku tau pria sombong itu pasti akan selalu bersikap buruk padaku.

***

Hari pun sudah malam. Ternyata aku tidur terlalu lama hari ini, Aku bergegas untuk mandi, dan setelah selesai, aku keluar menuju ruang tamu. Menyalakan telivisi dan duduk sendirian. Maklum orang tua lagi gak ada. 

"Dimana gadis kampung itu? Aku tidak melihatnya malam ini. Mungkin dia sekarang lagi asyik beristirahat di kamar. Baiklah, akan ku beri dia tugas tambahan" Aku akan memanggilnya ke sini.

"Gadis kampung ke sini cepat," Aku memanggilnya dengan berteriak tanpa harus beranjak dari tempat dudukku. Aku yakin dia dapat mendengarku, Karna jarak antara ruang tamuku, dan kamarnya tidak lah terlalu jauh.

Tak lama kemudian gadis itu pun datang dengan tergesa-gesa.

"Tuan muda tadi manggil saya?" tanya-nya ngos-ngosan seperti orang yang habis di kejar penjahat.

"Iyalah, Punya telingakan?" Ketusku.

"Ada apa, Tuan muda?" tanya-nya lagi.

"Buatkan saya minuman dingin di dapur," perintahku iseng.

"Baik, Tuan muda!" sahutnya menurut.

Setelah beberapa menit, gadis kampung itu pun kembali dengan membawa segelas minuman di tangannya.

Ketika dia ingin memberikan minuman itu, Sengaja aku menendang kakinya, hingga dia pun terjatuh dan mengenaiku.

"Aaawww ...."

Brak ..! Minuman itu tertumpah.

Gadis kampung itu jatuh tepat di hadapanku. Posisi dirinya menghadap ke arahku, mataku dan matanya saling bertemu, jarak antara wajah kami hanyalah kisaran sekilan saja.

Jantungku berdebar tak menentu, aku bahkan belum pernah mengalami ini sebelumnya. Wajah gadis ini benar-benar cantik walau dengan tampilan seadanya. Hingga aku tersadar posisi gadis itu menempel di pangkuanku.

"Sana ... Jauh-jauh dari saya..! Bisa alergi kulit saya tersentuh kamu," aku mendorong gadis kampung itu agar menjauh dariku.

"Maaf, Tuan muda. Saya gak sengaja. Tadi seperti ada yang menyenggol kaki saya," ucapnya jujur.

"Alasan aja kamu itu, padahal memang gak  becus ngerjain sesuatu. Lihat ini, baju saya basah semua," tukasku sembari menunjuk arah bajuku yang basah.

"Biar saya bersihkan, Tuan muda...!" ucapnya sambil ingin menyentuh bajuku.

"Gak perlu. Saya bisa sendiri," sahutku sembari menepis tangannya dan langsung berlalu dari hadapan gadis itu. Aku segera mengganti pakaianku, lalu beristirahat di kamar.

Ketika aku memejamkan mata, tiba-tiba saja wajah gadis kampung itu muncul di benakku.

Ah sial ... Kenapa jadi memikirkan gadis kampung itu. Aku pun segera menepis bayangan-bayangannya. Hingga akhirnya aku pun tertidur.

***

Hari telah berganti.

Aku bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Aku lihat semua sarapan sudah tersedia di meja makan.

"Tuan muda sudah rapi. Silahkan dimakan dulu sarapannya, Tuan muda. Nyonya besar berpesan pada saya, katanya Tuan harus sarapan sebelum berangkat ke kantor," ucapnya panjang lebar.

"Hmmm ... Oke," Hari ini aku tidak banyak bicara. Entah ada rasa yang aneh sejak tadi malam.

"Tuan muda butuh sesuatu yang lain?" tanya-nya penuh hati-hati.

"Gak. Silahkan kamu mengerjakan tugas kamu yang lainnya. Ngapain kamu berdiri aja di situ?" ketusku mengalihkan perasaan gugup.

"Kan kata Tuan muda kemarin saya harus tetap berdiri di sini sampai Tuan selesai makan," ucapnya polos.

"Itu kan kemarin, sekarang gak perlu. Bisa hilang lagi selera makan saya lihat kamu," sahutku kesal.

"Hmm ... Iya deh, Tuan muda. Saya ke dalam dulu," izinnya kemudian berlalu.

"Ya, pergi sana!"

Selesai sarapan, aku langsung ke kantor.

Diperjalanan hingga berada di kantor, aku masih saja terbayang wajah gadis kampung itu. Entahlah, mungkin karna aku terlalu membenci keberada'annya dirumahku.

Waktu berjalan begitu cepat. Hingga aku harus kembali lagi ke rumah setelah pekerja'an kantor ku selesai.

"Pak Tarjo, antar saya ke apartemen. Saya ingin beristirahat di sana sebentar" perintahku tegas.

"Baik, Tuan muda!" jawab Pak Tarjo.

Pak tarjo pun melajukan mobil menuju apartemenku. Hingga sampai diapartemen, aku masuk ke dalam. Dan berbaring di ranjang panasku selama ini. Ranjang panas yang menjadi saksi-saksi ke brengsekkanku...!

Ketika berada di sini apa lagi yang aku mau, jika bukan kesenangan itu. Seperti biasa aku meminta doni membawakan mainan baruku.

"Hallo, Don..! Siapkan seperti biasa," perintahku pada Doni.

"Siap, Tuan muda," sahutnya terdengar senang.

Tak perlu menunggu lama, Doni datang membawa mainan baru untukku. Seorang gadis cantik lagi yang akan menemaniku.

"Silahkan keluar. Dan uangmu sudah saya transfer," paparku jelas.

"Beres, Tuan muda...!" sahutnya segera berlalu.

Ku persilahkan gadis itu duduk di dekatku. Tanpa banyak basa-basi, aku segera memulai permainanku.

Aku memulai dari mengecup lembut bibir seksi gadis itu. Dan aku terus melumatnya hingga mata ini terpejam, karna merasakan sensasi kenikmatannya.

Ketika aku sedang berada diatas tubuh gadis itu, dan membuka mata, untuk melanjutkan aksiku. Tiba-tiba wajahnya berubah menjadi wajah Dara, Si gadis kampung itu. Aku langsung bangun dan menjauh.

"Kenapa, Tuan muda? Ada yang salah dari diri saya? tanya gadis itu heran.

"A-anu ... ah sudah lah. Saya tidak ingin melanjutkannya. Ini bayaran kamu, dan segeralah pergi dari sini," perintahku gugup.

"Tapi, Tuan muda...." ucapnya dengan wajah kebingungan.

"Kamu dengar kan yang saya perintahkan?" tanyaku dengan sorot mata tajam.

"Baik, Tuan muda. Saya permisi," sahutnya bergegas ketakutan.

Gadis itu pun sudah pergi. Entah apa yang terjadi pada diriku. Kenapa wajah gadis kampung itu selalu muncul di hadapanku.

Kemudian aku teringat pesan Mami yang menyuruhku tetap menginap dirumah saja selama beliau di luar kota. Aku pun segera menelfon Pak Tarjo, agar menjemputku.

"Hallo, Pak Tarjo. Saya mau pulang ke rumah sekarang. Di tunggu, gak pake' lama" ketusku dengan perasaan tak tentu arah.

"Siap, Tuan muda!" sahutnya cepat.

Setelah menunggu akhirnya Pak Tarjo datang. Dan aku segera pulang.

Bersambung.

Next?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Jatuh di dua hati

    ***Semalaman aku tak bisa tidur. Rasa bersalahku menghampiri.Kutatap lagi ke arah Dara yang sudah terlelap dalam pelukanku. Seketika sesal di dalam diri muncul.Saat ini istriku sedang mengandung, tapi aku malah mengkhianatinya. Air mata jatuh dengan begitu saja.***Entah kapan aku tertidur, saat aku membuka mata, ternyata hari sudah terang."Sayang, kenapa tidak membangunkan, Mas? Bukankah Mas sudah telat ke kantor," ucapku pada Dara yang terlihat mulai segar kembali."Ke kantor? Mas lupa kalau hari ini adalah hari Minggu?"Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku memang lupa."Eh, he-he ... iya, Mas tak ingat.""Mentang-mentang ada Asisten baru, jadi mau ke kantor terus deh," goda Dara dengan nada bercanda.Aku langsung salah tingkah. Bagaimana jika Dara tahu, tentang kejadian kemarin?Bagaimana jika Puja meminta tanggung jawab karena aku telah mengambil mahkotanya?Ar

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Terbawa perasaan

    ***Hari berikutnya, aku berangkat lagi ke kantor. Sedangkan Dara masih tak bisa ke mana-mana. Kehamilannya membuat ia sulit bangun. Maklum saja, karena ini adalah kehamilan pertama.Sampai di kantor, aku bertemu Puja lagi tentunya. Sosok Puja sangat membuat Dara cemburu. Padahal mereka belum pernah bertemu.Dan aku, entah kenapa ada perasaan gugup ketika berhadapan dengan Puja."Selamat pagi, Tuan muda." Puja menyapa."Pagi," sahutku singkat.Cepat-cepat aku melangkah ke dalam ruangan. Tak mau aku berlama-lama berada di dekat Puja.Hatiku berdebar, jiwa kejantananku bergetar. Aku memang suka bermain-main dengan wanita dulu.Akan tetapi itu dulu, sebelum aku memutuskan jatuh cinta pada Dara.Saat ini, aku merasakan gejolak itu lagi. Ingin rasanya aku menikmati permainanan yang dulu pernah aku gemari.Oh, Puja ....Kenapa lekuk tubuhnya tampak begitu menggoda. Aku tak boleh terus berpikir b

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Sosok Puja, Asisten baru Riko

    ***Aku bergegas menuju arah pulang. Namun, sebelum itu aku singgah ke sebuah toko perhiasan.Kupilih dua kalung berbentuk hati."Berapa harga kalung ini?" tanyaku pada penjual berlian itu."Setengah M saja Tuan muda," ucapnya."Saya mau dua."Setelah selesai menggesekkan kartu ajaibku, kini aku pulang.Aku menyebut tabungan di setiap kartu ATM maupun kartu credit ini sebagai kartu ajaib.Mobilku melaju dengan cepat. Ada rasa bahagia yang tak bisa aku ucapkan dengan kata-kata saat ini.Sampai di depan halaman, aku melihat sosok laki-laki bergegas pergi ketika melihat mobilku menuju ke sana.Berjubah sangat panjang orang itu. Aku jadi penasaran. Bahkan aku sangat takut jika hal buruk sedang seseorang rencanakan.Kupercepat langkahku turun dari mobil. Akhir-akhir ini aku memang sering menyetir sendiri. Karena Pak Tarjo sudah aku perintahkan untuk mengawasi keadaan di rumah."Oma, aku

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   POV Riko

    ***Aku mendapat kabar dari Pak Tarjo bahwa istriku diculik. Detik itu juga aku langsung menghubungi polisi.Saat kami tiba di tempat penyekapan Dara, aku sangat terkejut menyaksikan Mami lagi yang melakukan tindak kejahatan itu. Namun, Mami tak sendiri kali ini. Ada Grecia yang menjadi rekan kerjanya.Aku sangat kesal. Emosiku sudah tak tertahan. Polisi pun melepaskan tembakan. Kini Mami dan Grecia sedang dalam perawatan medis. Setelah keduanya sadar nanti, maka aku akan tetap menjebloskan dalam penjara."Sayang, istirahatlah! Biar Mas saja yang ke rumah sakit melihat kondisi Mami dan Grecia," ujarku mengantar Dara ke dalam kamar.Dara mengangguk. Ia masih terlihat syok. Oma, dan mertuaku menemaninya.Kini aku berangkat dengan Pak Tarjo.Dua puluh menit berlalu ....Aku pun sampai di rumah sakit yang tak jauh dari penjara itu."Bagaimana keadaan mereka?" tanyaku." Pasien bernama Greci

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   POV Dara

    ***POV Dara.Aku berangkat ke kantor sendirian. Mas Riko pergi mencari pelaku kejahatan itu.Aku diantar Pak Tarjo. Namun, di jalan tiba-tiba ada yang menghadang mobil kami."Siapa itu, Pak?" tanyaku bingung."Saya juga tidak tahu, Non."Pak Tarjo turun, sedangkan aku tetap menunggu di dalam mobil.Bugh!Bugh!Dua pukulan mendarat di wajah Pak Tarjo. Aku jadi ketakutan. Sebenarnya siapa mereka?Pak Tarjo tersungkur lemah, kini dua pria berbadan kekar itu membuka pintu mobilku secara paksa."Ikut kami!" perintahnya menarik tanganku."Tidak! Lepaskan saya!" Aku mencoba berontak.Mereka terlalu kuat, aku tak mampu melawan. Kini aku dibawa paksa menggunakan mobilnya.Pak Tarjo hanya meringis sambil berteriak mencaci para penjahat ini.Kini aku sudah berada di dalam mobil mereka."Mau apa kalian? Lepaskan saya!" hardikku."Diamlah! Kau akan bertemu

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Memenjarakan orang tua sendiri

    ***Seminggu berlalu, keadaan mertuaku mulai membaik. Namun, ia kehilangan suaranya.Menurut dokter ada yang meminumkan sesuatu padanya hingga mengakibatkan kehilangan suara.Tubuh mertuaku juga masih lemah. Tidak bisa dimintai keterangan saat ini.Sedangkan polisi sudah menemukan jejak pelaku. Robekkan baju itu, benar-benar milik Mbok Inem. Akan tetapi Mbok Inem hanya menjalankan tugas. Ada seseorang yang mengendalikannya.Aku sampai di kantor polisi sendirian. Mbok Inem sudah ditangkap."Pelaku masih tidak ingin mengatakan siapa yang menyuruhnya," ujar polisi."Izinkan saya bicara pada Mbok Inem, Pak!""Baiklah."Kini Mbok Inem sedang dibawa menuju ke hadapanku."Tu-tuan muda," lirihnya menunduk."Mbok, katakan yang sebenarnya! Siapa yang menyuruh si Mbok melakukan perbuatan tercela itu?" Aku menatap serius."Maafkan si Mbok, Tuan muda. Mbok terpaksa karena diancam.""Apapu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status