โApa-apaan! Kalian apa sudah gila menuduhku begitu!โ bentak Marina dengan dada kembang kempis dan wajah yang mulai memucat. Dua polisi tetap tenang dan hanya tersenyum datar. โAnda baru saja melakukan pemerasan terhadap Tuan Rexanda Adiwanga. Semua bukti percakapan telah direkam, dan bukti pengiriman uang telah dilakukan oleh beliau.โโOleh beliau? Beliau siapa?โ engah Marina menggeleng. โIni sebuah kesalahan! Aku tidak melakukan apa pun!โโItu, pria yang ada di depan restoran yang telah melaporkan kasus ini kepada kami sejak tadi malam.โDua lelaki bertubuh besar menggeser posisi mereka agar Marina bisa melihat siapa yang dimaksud. Mata wanita licik itu tebelalak saat memandang siapa yang ada di depan pintu restoran.Rexanda berdiri di sana, merangkul Lyra dengan mesra. Keduanya menatap ke arah Marina sambil tersenyum puas. Kali ini, tidak akan ada lagi yang mengganggu rumah tangga mereka. โSelamat menikmati penjara sampai beberapa tahun ke depan!โ seru Rex sambil memberikan kiss b
โPilihan apa yang kamu punya, hah? Mau hamil seorang diri? Mumpung kehamilanmu masih di awal, lebih baik punya suami supaya tidak malu!โ bentak Harlan. โKamu punya calon lebih baik?โRex menghela panjang, โSudahlah, Eva. Terima saja, kamu tidak ada pilihan lain. Kalau mencari lelaki yang sederajat dengan kita, mana ada yang mau?โGadis itu menangis tersedu sembari menangkup wajahnya. Ia kembali didera perasaan sedang dihukum. Dulu selalu menghina Lyra orang kampung. Sekarang, dirinya pun akan memiliki suami orang kampung. Harlan mengembus berat, penuh beban, โSudah, itu adalah yang terbaik. Minggu depan mereka datang ke rumah dan kalian akan menikah secara sederhana. Kita akan mengatakan pada orang-orang karena Mama sedang sakit, maka tidak jadi mengadakan pesta.โโApa Papa sudah berhasil menemukan Ichad?โ isak Eva masih berharap kekasihnya yang akan menikahi dia.โPolisi masih mencarinya. Tapi, saat ditemukan pun, kata polisi bukti penipuan adalah lemah. Kamu dengan sengaja dan sada
โKurang ajar! Wanita siala4n!โ Rex memaki layar ponselnya sendiri. โBisa-bisanya kamu mengancamku!โDengan terengah, ia segera menelepon Marina. โBangs4t kamu, ya!โNamun, yang dimaki hanya tertawa santai, โKamu yang bangs4t, Rex! Kamu dulu janji mau menikahi aku saat mengambil keperawananku. Masih ingat, tidak?โโWaktu itu, saat kamu menelanjangiku, kamu bilang โฆ aku mencintaimu, Marina. Aku akan menikahimu, aku berjani. Dan aku percaya, aku serahkan kesucianku padamu. Nyatanya apa? Dua tahun berlalu, kamu justru meniduri pembantu sialan itu!โ desis foto model seksi itu tersenyum culas. Rex terengah, โKalau sampai kamu sebar video itu, aku akan membuat perhitungan denganmu, brengs3k! Aku tidak akan tinggal diam!โ โSilakan saja, silakan buat perhitungan denganku. Kamu pikir aku takut? Biar semua teman-teman kita, biar semua keluargamu melihat kita sedang sama-sama telanjang. Aku mau tahu, apa kamu dan istri kampungan tercinta masih bisa hidup nyaman setelah itu?โ tawa Marina makin t
Mengurungkan niat untuk pergi ke restoran dan merayakan kehamilan Lyra, akhirnya justru mereka mengepak barang untuk kembali ke Jakarta. Kondisi Ajeng yang kritis membuat detak jantung Harlan dan Rex tidak bisa tenang.โPak, Bu, maaf, karena kami harus segera kembali ke Jakarta siang ini juga. Nanti, saya akan kirim kontraktor kemari untuk memperbaiki rumah Bapak dan Ibu, ya,โ pamit Rex sekaligus mengatakan itu semua saat mencium tangan kedua mertuanya.โKontraktor untuk memperbaiki rumah? Tidak usah, Nak Rexanda. Bapak belum ada dananya. Lain kali saja, ya?โ geleng Suripto menolak dengan gugup. โSaya yang menanggung biayanya. Bapak dan Ibu tenang saja dan tinggal menikmati rumah yang nanti lebih baik dari ini,โ senyum Rex. Lyra yang ada di sebelahnya terbelalak, nyaris tak percaya.Ajeng menggeleng, โAduh, jangan, Nak Rexanda. Nanti habisnya banyak. Sudah, yang penting Bapak dan Ibu titip Lyra saja. Perlakukan istrimu dengan baik dan penuh kasih sayang, itu sudah lebih dari cukup. K
Pagi yang berembun di kaki gunung, tempat Lyra tinggal selama beberapa hari ini. Seperti biasa, mereka semua sarapan pagi bersama. Namun, kali ini ada yang berbeda. โHmmppp!โ Lyra menutup mulutnya secara mendadak dan berlari ke kamar mandi. โHmppff!โ Suara muntah tertahan semakin intens terdengar.Narsih dan Suripto saling pandang, begitu juga Rex dan Harlan yang bertukar tatap dengan bingung. Tanpa disuruh, Tuan Muda Adiwangsa cepat berlari mengikuti langkah istrinya menuju kamar mandi. โHoeeek! Hoeeek!โLyra memuntahkan apa yang dia makan barusan. Rasa mual menghajarnya dengan cukup ekstrim pagi ini. Rexanda memasuki kamar mandi, membantu menyibak ke belakang rambut hitam tebal dan panjang milik sang istri.Lalu, ia bertanya, โKamu masuk angin, Sayang?โ Dengan khawatir memijit tengkuk wanita yang ia cintai.Lyra tidak menjawab, terus saja ia memuntahkan sarapan yang baru beberapa menit masuk ke dalam lambung. Suara terengah hebat terdengar dari bibirnya.โPanggil dokter, ya?โ Rex
Tiga hari berlalu dan Lyra belum ada tanda-tanda akan luluh. Pagi keempat, saat sarapan bersama, wajah Rex terlihat pucat. Ia pun berkali-kali bersin dan berdehem. โKamu sakit?โ tanya Harlan melirik. โCuma flu saja, Pa,โ geleng Rex. โTenggorokanku agak perih. Mungkin efek hawa dingin. Aku belum terbiasa.โโDi kamarmu ada AC yang selalu dipasang 18โ, Mas. Apa iya kamu tidak tahan dingin?โ sindir Lyra melirik dan tetap cemberut. Rex mengendikkan bahu, โMungkin karena aku selalu tidur di lantai. Jadi, dinginnya lebih menusuk tulang.โโNak Rex tidur di lantai? Ya, Tuhan! Lyra, kamu apa-apaan!โ pekik Narsih terkejut. Lyra mendelik, menatap jengkel pada suaminya. Lalu, ia menoleh pada ibunya, โKasur aku kan kecil, Bu. Mana muat dibuat tidur berdua? Jadi, ya, Mas Rex tidur di atas tikar.โHarlan terkikik, lalu menggeleng. โSekarang kamu merasakan jadi orang susah, Rex!โโTidak apa, Bu. Saya hanya flu biasa. Apa ada obat flu?โ senyum Rex berusaha nampak sebagai menantu idaman yang tidak ba
Rex sangat terkejut dengan tepisan tangan Lyra yang menolak sentuhannya. Apalagi, sang istri mengatakan jijik dengan dirinya. Ia menggeleng pilu, โMaafkan aku, please?โโTidak mau! Aku sudah sering memaafkan kamu sebelumnya! Sudah, kembali saja sana ke Jakarta! Aku tidak mau memaafkanmu!โ desis Lyra menolak.โAku memang bajing4an, aku bersalah sepenuhnya, Sayang. Tolong beri aku kesempatan sekali lagi? Aku janji akan berubah!โโApanya berubah? Kamu janji tidak mau minum lagi, tidak mau mabuk lagi, tidak berhubungan dengan Marina lagi. Nyatanya apa? Semua itu kamu langgar! Kamu tidak bisa dipercaya!โโIya, iya, aku memang brengs3k, aku tahu itu. Kamu boleh memakiku sepuasnya, tapi ... maafkan aku, ya?โ rajuk Rex menampilkan wajah memelasnya. Lyra mendengkus, โAku akan memaafkan kamu, kalau kamu kemari membawa surat cerai!โRex terbelalak, lalu merengek, โJangan begitu, Sayang. Kita tidak boleh sedikit-sedikit bercerai. Kalau rumah tangga ada masalah harus diselesaikan, bukan ditinggal
Mata Lyra sontak mendelik saat melihat ada kendaraan hitam berhenti di depan rumahnya. Siapa lagi yang naik mobil mendatangi rumah Bapak Suripto jika bukan seseorang dari kota? Kalau tetangga, biasanya naik sepeda atau sepeda motor.Yakin itu adalah sang suami yang datang, Lyra justru melompat turun dari kursi dan berlari sekencang mungkin menuju kamar sambil berteriak, โAku tidak mau bertemu Mas Reeex! Suruh saja dia pulaaang!โSuripto dan Narsih saling lirik. Ada apa dengan putri mereka sampai sebegitunya? Namun, mereka hanya menggeleng dan menahan tawa melihat kelakuan Lyra.Pasangan suami istri itu kemudian berdiri dan segera keluar rumah, bersamaan dengan dua lelaki turun dari mobil. Dugaan mereka tidak salah karena itu sungguh adalah Harlan dan Rexanda yang datang. Ayah dan anak sedang menurunkan koper dari bagasi kendaraan.โPak Suripto! Besanku tersayang! Apa kabar?โ seru Harlan langsung menjabat dan memeluk ramah. Sedikit bergurau, memanggil besannya dengan kata tersayang. Ta
Rexanda sedang dalam perjalanan menuju bandara bersama ayahnya. Tujuan penerbangan adalah kota Surabaya. Ada misi khusus yaitu menguntai ulang benang rumah tangga yang sedang terancam putus.Ia banyak terdiam sepanjang melalui keramaian jalan raya. Ponsel berbunyi, ada notifikasi masuk. Melihat siapa yang mengirim pesan, napasnya terembus jengkel. Marina [Halo, Rex, apa kabar?] Rex [Mau apa menghubungiku?]Marina [Mau minta tolong. Ini benar-benar darurat.]Rex [Apa?]Marina [Aku butuh uang, Rex. Adikku sakit usus buntu, tadi malam masuk rumah sakit. Kami tidak punya asuransi lagi seperti dulu. Aku pinjam 100 juta bisa? Nanti kalau ada rejeki pasti kukembalikan.]Rex [Aku tidak ada uang.]Marina [Ayolah, Rex. Demi kemanusiaan? Lagipula, kita kemarin baru saja tidur bersama. Apa iya kamu tidak ada rasa kasihan sama sekali kepadaku?]Rex [Aku mabuk! Kamu yang menelepon Lyra, โkan? Aku tidak mungkin segila itu meneleponnya! Saat aku mabuk berat, aku biasanya tidur, tidak berbuat apa-ap