LOGINPipi Ivana kembali memerah. Matt lagi-lagi menamparnya. Kali ini Zack ditahan oleh Evan, hingga pria itu tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal Zack ingin menerjang Matt atau pun menghajar Evan yang kini mencekal tangannya di belakang punggungnya.
Ivana sendiri langsung memberi peringatan pada Zack untuk diam. "Diam kau, brengsek! Berani sekali kau menyentuh calon istriku!" Desis Evan penuh kemurkaan. Dia tidak pernah menyangka kalau Zack telah mendahuluinya menikmati tubuh Ivana. Evan saja pegang tangan belum pernah. Amarah memenuhi dada Evan, ingin sekali dia memberi pelajaran pada bodyguard sialan itu. "Kenapa? Anda iri pada saya?" Evan menggertakkan gigi mendengar pengakuan Zack. "Dengar, Ivana akan tetap menikah denganku. Dia akan jadi milikku. Kau hanya mendapatkannya sekali, tapi aku. Aku akan pastikan dia menjerit tiap malam di bawah kendalimu." Zack mengatupkan rahang. Emosinya tersulut, tapi ekspresi wajahnya telah kembali ke semula. Dingin dan misterius. "Kita lihat saja nanti." Perdebatan dua pria itu terjeda ketika Ivana berteriak. Diikuti Amelia yang jatuh ke lantai. Gadis itu terdorong oleh Ivana. "Sudah kubilang jangan menyentuhku!" Mata Ivana memerah memendam amarah. "Kalau Ayah begitu terhormat, kenapa Ayah bisa tidur dengannya sementara Ayah masih terikat pernikahan dengan ibuku?!" "Ayah, sudah jangan marah lagi. Ini salahku. Aku hanya ingin mengingatkan Kakak kalau tindakannya salah." Amelia berdiri dibantu sang ibu yang memandang tajam pada Ivana. Ivana menggeram kesal. Amelia terlalu pandai berakting lemah. Membuat siapa saja bersimpati padanya, lalu membelanya. Semua akan berujung sama tiap kali hal ini berlaku, Ivana yang jadi korban. "Kau memang tidak tahu diri. Lihatlah adikmu, meski kau memusuhinya, dia tetap membelamu." Matt balik memarahi Ivana seperti biasa. "Aku tidak butuh itu darinya. Siapa dia bisa membelaku. Bahkan Ayah sendiri tidak pernah melakukannya." Sorot terluka terlihat jelas dari mata Ivana. Meredith yang melihatnya hanya tersenyum sinis. "Kau memang tidak pantas dibela. Harusnya kau sadar di mana posisimu. Kau hanya ...." "Cukup Meredith. Kau diam saja!" Matt menatap penuh peringatan pada istrinya. "Sekarang bagaimana?" Sang paman menyela. "Tuan Brown, apa Anda masih ingin menikahi Ivana?" Matt bertanya ragu. Dia malu sebab putri yang dia banggakan berani mencoreng mukanya. Evan melempar Zack ke lantai. Dia lalu berjalan ke arah Ivana. Lantas menggenggam tangannya. Ivana mati-matian menolak. Tapi Evan tidak peduli. "Aku akan memaafkannya kali ini. Tiap orang pernah melakukan kesalahan. Aku juga bukan orang baik. Pernikahanku dengan Ivana akan berlangsung sesuai kesepakatan kita." Ivana melotot. "Ayah setuju tanpa membicarakannya denganku? Ayah!" Protes Ivana tidak digubris sebab Matt langsung tersenyum lebar. Berbeda dengan Amelia yang wajahnya berubah masam. "Kalau begitu kita akan mulai persiapannya." "Silakan saja. Hubungi asistenku jika Anda perlu bantuan. Kita pastikan pernikahan ini megah dan mewah." Ivana coba melepaskan diri dari Evan, tapi pria itu tidak mau. Evan memandang tajam pada Ivana. Dadanya bergejolak hebat membayangkan Zack menyentuh tubuh Ivana. "Setelah menikah, aku pastikan kamu akan terima hukumannya. Berani sekali kamu menyerahkan diri pada kaum rendahan sepertinya," batin Evan seraya meninggalkan tempat itu. "Tunggu dulu, yang menyetujui pernikahan ini bukan saya. Tapi keluarga ini. Secara pribadi saya menolaknya!" Kembali Ivana menegaskan keputusannya. Dia tetap memegang prinsip tidak ada yang boleh mengendalikannya selain dirinya sendiri. "Ivana!" Raung Matt penuh kemurkaan. Evan sendiri tidak menggubris protes Ivana. Dia telah menghilang di balik pintu. Tak berapa lama suara mobil terdengar menjauh. "Saya hanya pertahankan apa pendapat saya. Saya bukan boneka yang bisa Anda kendalikan. Saya punya hak untuk menolak." Ivana teguh pada pendiriannya. "Sebagai anggota keluarga Moonstone kau wajib mematuhi aturan keluarga. Atau kau lebih suka keluar dari sini?" Ancaman lain datang dari sang paman. Suasana kembali mencekam. "Lihat, semua ini terjadi karena ulahmu." Sang bibi menuding Zack sebagai biang keroknya. Lelaki yang sejak tadi hanya diam, sebab Ivana menyuruhnya begitu. "Saya dibawa oleh tuan besar ke sini," balas Zack tenang. "Kau menyalahkanku?" "Bukan salahnya, tapi salahku! Paman ingin mengusirku? Tidak masalah. Aku akan pergi, tapi jangan mengusikku lagi, juga perusahaanku! Hutang kalian, pikirkan sendiri." Ivana berderap meninggalkan rumah itu. Membuat semua orang menganga. Ivana yang biasanya penurut kini berani memberontak. "Bagaimana ini?" Meredith bertanya dengan cemas. Jika mereka gagal menikahkan Ivana dengan Evan bisa fatal akibatnya. "Tenang saja. Aku punya cara untuk membuatnya kembali." Wajah licik Matt terlihat jelas kali ini. Sementara itu, Ivana membanting pintu mobil begitu dia masuk ke sana. "Kenapa kamu memberitahu orang-orang? Zack kau mengacaukan semua!" Ivana ingin sekali menangis. Dadanya mendadak sesak, seolah semua jalan yang dia miliki buntu. Tidak ada jalan keluar selain menikah dengan Evan. "Jika tidak begitu, Tuan Brown tidak akan melepaskan Anda." "Nyatanya dia tetap ingin menikah denganku. Ya Tuhan, aku harus apa," ratap Ivana penuh keputusasaan. Bulir bening mulai mengalir di pipinya yang memerah. Bekas tamparan Matt masih tampak jelas. Sementara Zack justru menarik sudut bibirnya. Seperti tengah menikmati penderitaan Ivana. "Semua akan beres jika pinjamanku di Lunar Dream diloloskan." "Nona mengajukan pinjaman di Lunar Dream?" Ekspresi Zack tetap datar meski nada suaranya terdengar terkejut. "Aku mengajukannya sejak bulan lalu." "Jaminannya?" "Perusahaanku." Zack tersenyum. "Saya bisa membantu Nona, asalkan Nona mau menikah dengan saya." "Tidak ada pernikahan!" "Pikirkan ini Nona. Tuan Brown akan tetap mengejar Anda jika Nona masih single. Lagi pula saya punya koneksi dengan Isandro Young." Paras Ivana menunjukkan binar terkejut. "Kamu kenal Isandro Young. Deputi CEO Lunar Dream." Zack mengangguk. "Menikahlah dengan saya. Saya bisa menjamin Isandro Young akan menyetujui pinjamanmu."Ketika Zack kembali ke The Crystal hampir tengah malam. Dia dapati Ivana meringkuk di sofa sambil memeluk boneka beruang. Wajahnya sembab, sepertinya perempuan itu masih lanjut menangis tadi.Kata Bern, Ivana tidak turun lagi untuk makan malam. Perempuan itu bilang tidak selera. Bern sudah menawarkan jika Ivana ingin makan makanan lain dia akan membuatkannya. Namun Ivana menolak.Katanya dia lelah, langsung ingin tidur. Zack berjongkok di sisi Ivana. Dipandanginya wajah Ivana yang memerah juga basah."Aku memang membenci Armando Moonstone. Tapi kamu .... Aku tidak tahu." Jemari Zack mengusap pelan pipi Ivana. Untuk beberapa waktu pria itu berada di sana. Perhatian Zack teralihkan saat ponsel Ivana berdenting. Sebuah pesan masuk. Dari pop up Zack merasa curiga. Hingga dia membuka pesan tersebut."Maaf, Nyonya Ivana. Saya menghubungi Anda larut malam begini. Tuan saya baru ingat, jika besok siang beliau ada dinas keluar negeri beberapa hari.""Jadi beliau ingin bertemu Nyonya untuk mem
Ekspresi Zack berubah kelam. "Dari mana kamu tahu?""Jawab saja!" Ivana sudah menahannya sejak tadi. Dia perlu penjelasan, dia butuh kepastian.Zack seketika dilema. Armando memang menghabisi Tatiana. Namun menjadikan Ivana alat balas dendam, Zack tidak yakin.Selama hidup bersama, perasaan Zack sedikit demi sedikit mulai tumbuh untuk Ivana. Meski balas dendam masih mendominasi."Memang benar, kakakmu membunuh adikku. Itulah kenapa aku sangat ingin membencinya. Aku sangat ingin membalasnya. Aku membenci Armando sampai ke tulangku!"Ivana menangis saat itu juga. "Apa kamu sudah menyelidikinya. Sudah pasti kalau adikmu dihabisi kakakku." Di tengah isak tangisnya, Ivana masih coba memastikan. Tatapan Zack berubah tajam. Dia tatap Ivana yang kondisinya membuat hati Zack trenyuh. Mungkin yang dikatakan Arthur dan yang lainnya benar, Ivana tidak berhubungan dengan kejahatan Armando. Tapi hubungan darah di antara mereka memaksa Zack mencari alasan untuk ikut membenci Ivana."Kamu tidak bis
"Dia menikahimu hanya untuk balas dendam. Dia hanya ingin memanfaatkanmu. Dia sama sekali tidak mencintaimu. Dia membencimu."Rentetan ucapan Sabrina membuat Ivana syok. Dia sampai terhuyung saat berjalan kembali ke mobilnya. Tangannya gemetar, seluruh tubuhnya juga. Berkali-kali dia gagal membuka kunci fob mobilnya.Padahal benda itu tinggal tekan saja. Ivana terlalu kaget, gugup, juga panik. Begitu dia berhasil masuk mobil. Dia diam di sana untuk beberapa waktu. Pikirannya melayang kembali pada perkataan Sabrina. Berulangkali dia coba menyangkal, tapi dia tidak tahu apa yang dia sangkal."Kak Armando membunuh adik Zack, itulah sebabnya dia melarikan diri lima tahun lalu. Dia mendekatiku, menikahiku hanya untuk balas dendam."Air mata Ivana melaju cepat di pipinya. Perempuan itu pada akhirnya menangis hebat. Dadanya terasa sesak. Pertanyaan apa semua itu benar berputar di kepalanya.Apakah benar Armando mampu menghabisi nyawa orang? "Dia tidak mungkin melakukan itu kan?" Ivana seola
Ivana tidur sepanjang sisa hari. Dia bahkan makan di kamar. Itu pun setengah dipaksa supaya dia buka mata. Luis benar-benar terkejut setelah mengecek darah Ivana."Siapapun yang memegang kendali produk ini, dia seratus persen gila. Dia lipatgandakan formulanya. Dan akibatnya mengerikan.""Lalu Ivana bagaimana? Apa hal buruk akan terjadi padanya?" Zack mendadak cemas akan keadaan sang istri."Untungnya dosis yang diberikan pada Ivana sangat rendah. Dan dia sudah minum antidot-nya. Efeknya akan berangsur hilang dalam beberapa hari. Jangan khawatir.""Selain itu antidot-nya akan menjaganya tetap kebal pada zat yang sama. Dia akan aman untuk beberapa waktu ke depan. Omong-omong, kamu kentara sekali peduli padanya?"Ehem! Zack memalingkan wajah guna menghindari tatapan penuh selidik dari Luis. "Tidak, mana ada yang seperti itu. Aku hanya ....""Jangan mengelak. Akui saja. Nanti dia diambil orang kalau kamu denial terus soal perasaanmu.""Itu ... mustahil," desis Zack sangat percaya diri."
Ivana hampir menyikut perut Clayton untuk membebaskan diri. Tapi ketika pria itu menekan urat nadi lehernya dengan senjata. Ivana terpaksa mengurungkan niatnya.Perempuan itu coba jaga jarak dengan Clayton yang dadanya nyaris bersentuhan dengan punggungnya. Sejumlah orang menahan napas, sebagian bahkan menutup mulut. Yang lain nyaris berteriak untuk memanggil polisi."Bukannya Anda dipenjara? Bagaimana Anda bisa ada di sini?" Ivana coba mencari celah untuk menyelamatkan diri."Nona cantik tidak perlu tahu intrik penjara seperti apa. Nona terlalu lembut untuk memahami kalau penjara bisa dibeli," kata Clayton bangga."Oh, jadi Anda tidak takut jika penguasa sebenarnya tidak suka dengan kebebasan Anda?""Mereka tidak akan peduli dengan orang kecil sepertiku."Ivana mencibir, dia cukup mengetahui bagaimana Clayton bisa dipenjara. Semua itu ada sangkut pautnya dengan Zack. Lelaki itu membuka aib Clayton hingga memaksa aparat untuk menangkap Clayton saat itu.Sekarang setelah isu mereda, m
"Apa Ivana tahu?"Zack buru-buru melangkah masuk ke kamarnya. Di mana Ivana meringkuk sambil memeluk boneka beruang, yang secara mengejutkan dibeli Zack. Waktu berada di sebuah pusat perbelanjaan.Zack menyentuh kening Ivana yang masih berkeringat. Perempuan itu tidur dalam gelisah. Dahinya berkerut beberapa kali, kelopak matanya juga bergetar. Pria itu lantas membuka laci terbawah nakas di sebelah ranjang besar mereka. Lalu mengambil seperangkat alat suntik juga tabung reaksi."Aku pikir tidak. Kamu tahu istrimu sangat memuja kakaknya.""Nonsense!" Tolak Zack segera. Ivana berjengit sesaat ketika ujung jarum yang tajam menembus kulit lengannya. "Easy, Na. Tahan sebentar. Jika dia terbukti melakukannya. Aku akan menghajarnya."Darah merah dengan cepat berpindah ke tabung kecil tadi. Zack begitu lihai, santai saat melakukannya. Bahkan dia tidak kesulitan mencari pembuluh darah vena di atas lipatan siku Ivana. Pria itu seperti sudah biasa mengerjakan hal tersebut.Zack menggoyangkan t







