"Jes ...!"
Tuan Jason bangun dari duduknya. Laki-laki tua itu sangat kesal mendengar ucapan anaknya.
"Kalau dalam waktu dekat kamu tidak bisa menyaingi D. R. Corporation, kamu harus menikah! Setuju atau tidak, Papi dan Mami tidak peduli."
Kedua orang tua itu pergi meninggalkan ruang kerja anaknya dengan perasaan yang penuh amarah setelah mengancam anak satu-satunya itu.
"Menikah, menikah, dan menikah! Itu terus yang dipermasalahkan. Apa istimewanya kalau kita menikah? Bukankah hanya akan menambah bebanku saja?"
Jessica memijat keningnya sambil menyandarkan tubuhnya pada sofa berwarna krem.
"Apa setelah menikah, aku akan mendapatkan kekuatan super untuk mengalahkan D. R. Corp?"
Setelah kedua orang tua bosnya keluar dari ruangan sang CEO, Leon memasuki ruangan itu, lalu berdiri di hadapan sang nona.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?"
Jessi menegakkan duduknya, lalu berkata, "Buatkan aku kopi seperti biasa!"
"Baik, Nona."
Pengawal pribadi sang CEO itu segera membuatkan kopi special kesukaan sang boss dengan racikan tangannya sendiri. Ia tidak akan membiarkan orang lain yang membuat minuman untuk wanita yang ia jaga siang dan malam itu.
Leon, bukan hanya sebagai pengawal yang akan selalu melindungi Jessica, tapi ia sudah seperti sahabat dan seorang kakak bagi Jessi yang selalu memperingatkannya untuk berhati-hati dalam bertindak.
Dengan keberadaan Leon di sisinya, Jessi merasa aman dan terlindungi. Bahkan laki-laki itu selalu melakukan pekerjaan yang diperintahkan sang nona, walaupun kadang bukan merupakan tugas dari seorang pengawal.
"Ini kopinya, Nona." Leon menaruh kopi hitam itu di depan sang nona, lalu ia mundur dua langkah. Laki-laki itu berdiri tepat di sebelah kanan Jessi.
"Terima kasih," ucap Jessi sebelum mengambil cangkir kopi itu.
"Sama-sama, Nona."
Setelah mencoba kopi buatan pengawalnya, Jessi menjadi ketagihan meminum kopi racikan pria jangkung itu.
Tidak ada yang akan menyangka kalau laki-laki itu berniat jahat kepada Jessica dan perusahaannya karena Leon terlihat tulus dan selalu setia kepada CEO Beauty Corporation itu.
Wanita seksi itu menoleh pada sang pengawal yang berdiri di sampingnya. "Leon, apa kamu sudah pernah menikah?"
"Belum, Nona," jawab Leon. "Kenapa Nona bertanya seperti itu kepada saya?"
"Orang tuaku menyuruh aku segera menikah dengan Alan supaya bisa bekerja sama dengannya untuk mengalahkan D.R Corporation." Jessi memutar kursinya, hingga ia berhadapan dengan sang pengawal. "Bagaimana menurutmu?"
"Maafkan saya Nona, menikah bukan perkara main-main. Saya perhatikan Tuan Alan bukan laki-laki yang pantas mendampingi wanita secerdas Nona. Beliau hanya mengandalkan pengaruh orang tuanya saja, tidak seperti Nona Jessi yang bekerja keras sendiri untuk membangun Beauty Corporation."
"Aku tahu itu, tapi orang tuaku terus mendesakku untuk segera menikahi Alan karena hanya perusahaannya yang cukup unggul untuk bersaing dengan D.R Corporation."
"Menurut saya perusahaan Nona mampu bersaing dengan perusahaan besar seperti D.R Corporation tanpa bantuan siapa pun. Saya yakin Nona mampu melakukan itu."
"Tapi, kalau aku tidak berhasil menyamai perusahaan itu, mereka akan menjodohkanku dengan laki-laki pilihannya.""Ikutilah kata hati anda, Nona!"
Wanita seksi itu bangun dari duduknya. "Cari tahu di mana keberadaan CEO D.R Corporation yang baru. Aku mendengar kabar kalau penerus keluarga Karl sudah ada di negeri ini."
"Baik, Nona."
Jessica kembali bekerja, ia mempunyai PR besar dalam waktu dekat ini. Dia harus bisa menyaingi D. R Corporation.
Wanita itu tampak sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan sang pengawal masih berdiri tegap di samping wanita itu sambil menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Hingga malam tiba, ia baru selesai dengan pekerjaannya. Wanita berambut coklat keemasan itu bersandar pada sandaran kursi sambil menelpon kekasihnya.
“Jimmy, bisakah kamu datang malam ini ke rumahku?”
“Tentu saja, Sayang. Aku akan selalu ada untukmu kapan pun.”
“Baiklah. Satu jam lagi aku tunggu di rumah.”
Setelah menelpon sang kekasih, Jessi bangun dari duduknya, lalu menyambar tas yang ada di atas meja. “Leon, ayo kita pulang!”
“Baik, Nona.”
Pimpinan perusahaan ternama itu pulang dengan terburu-buru karena ia sudah mempunyai janji dengan salah satu kekasihnya.
Mobil mewah berwarna merah terang itu berhenti di depan rumah megah yang tidak bisa dilihat dari jalanan karena dikelilingi pepohonan yang tinggi dan besar.
“Leon, setengah jam lagi buatkan aku kopi, nanti antarkan ke kamar! Aku mau berendam dulu."
“Baik, Nona.”
Wanita seksi itu berendam untuk melemaskan otot-ototnya yang tegang karena seharian bekerja.
Ketika ia keluar dari kamar mandi, sang pengawal setianya sedang berdiri dekat lukisan yang tergantung di depan tempat tidur.
“Leon, apa yang sedang kamu lakukan?”
"Maafkan saya, Nona." Leon menunduk hormat kepada wanita yang menggunakan handuk kimono berwarna putih. "Saya hanya melihat lukisan ini.""Ya ... lukisan itu memang sangat menarik."Jessi berjalan mendekati aroma kopi hitam racikan sang pengawal yang sudah menguar memasuki penciumannya.Wanita yang terlihat sangat cantik walau tanpa riasan itu duduk di sofa berwarna putih dengan menumpangkan kakinya, hingga paha mulusnya terlihat oleh laki-laki tegap yang berdiri di hadapannya.Jessi mengambil cangkir kopi, lalu menyeruput minuman berwarna hitam yang masih mengepulkan asap itu."Maafkan saya sudah lancang, Nona. Kalau begitu saya permisi dulu."CEO seksi itu menaruh kembali cangkirnya di atas meja. Lalu tersenyum tipis melihat sang pengawal yang menundukkan pandangan tanpa berani menatapnya.'Leon, apa kamu bukan laki-laki normal?' Jessica mengejek pengawalnya dalam hati karena menurutnya laki-laki itu terlihat biasa saja,
"Jes, bukankah kalau kita menikah, perusahaan kita akan bersatu dan menjadi tambah kuat? Kita bisa menyaingi perusahaan keluarga Karl, bahkan kita bisa menjadi lebih kuat dari D. R Corporation. Itu bukan ide yang buruk 'kan?" Jessi mendorong kekasihnya, hingga pemuda itu jatuh di sebelahnya berbaring. "Aku tidak mau karierku terhambat karena pernikahan." Jessi bangun dan berdiri, dia mengikat kembali tali handuk kimononya dengan cepat. Jimmy juga bangun dan langsung memeluk wanita seksi itu dari belakang. "Aku akan membebaskanmu, aku tidak akan mengekang, walau kita sudah menikah. Aku hanya ingin memilikimu karena aku tidak mau kehilangan wanita secantik dirimu." "Kalau kamu hanya ingin membahas pernikahan, lebih baik kamu pulang saja! Sudah aku katakan sejak lama, aku tidak ingin menikah sebelum pencapaian karierku sampai puncak." Entah kenapa Jessi merasa kesal jika para kekasihnya membahas tentang pernikahan. Dalam hubungannya pun tidak per
Jarum jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Jessica dan Jimmy baru selesai dengan pergulatannya. Namun, Jessi sudah mengusir laki-laki yang menjadi teman kencannya."Kamu pulanglah, jangan menginap di rumahku!" titah wanita bertubuh sintal itu kepada laki-laki yang masih berbaring di sampingnya.Jimmy menoleh pada kekasihnya sambil tersenyum. Lalu berkata, "Baiklah."Laki-laki tampan itu turun dari tempat tidur, lalu memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai.“Sayang, apa kamu yakin tidak ingin mengulangnya lagi?” goda pria tampan itu sambil memakai celananya.“Aku sudah lelah, Jimmy,” sahut wanita yang masih polos tanpa benang sehelai pun di tubuhnya.“Tapi sepertinya tubuhmu masih ingin aku sentuh,” kata laki-laki yang baru saja selesai memakai celanannya.Saat pria yang masih bertelanjang dada itu naik ke tempat tidur, Jessi langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Leon merasa lega, ternyata Jessi hanya mengambil ponsel yang ia taruh di atas meja yang ada di bawah lukisan.Ia pikir sang nona mengetahui kamera tersembunyi yang ia taruh di belakang lukisan itu.“Saya harus segera tidur, besok pasti akan menjadi hari yang sibuk untuk Nona,” gumam pria yang memakai kaus berwarna hitam itu.Tiga jam sudah ia tertidur. Itu sudah lebih dari cukup untuknya beristirahat. Ia harus segera bersiap sebelum sang nona memanggilnya.Dan benar saja, tepat jam tujuh pagi wanita cantik yang sudah berpakaian rapi itu berteriak memanggilnya.“Leon, tolong buatkan aku kopi!” titahnya setelah duduk di kursi dengan meja kaca di depannya.“Baik, Nona.”Leon segera membuatkan kopi untuk bosnya karena memang tidak ada pelayan di rumah itu. Jessi tidak mau aktivitas pribadinya diketahui orang lain selain sang pengawal yang selalu setia menemaninya.Pria jangkung itu tersenyu
Leon maju satu langkah mendekati Jessica, lalu berkata, “Iya, Nona.” Walau sebenarnya ia khawatir sang nona mencurigainya, tapi Leon bersikap setenang mungkin. “Buatkan kopi untuk aku dan Julie! Aku harus berpikir tenang supaya bisa mencari solusinya.” “Baik, Nona.” Leon segera keluar dari ruangan kerja bosnya. Jessi bangun dari kursi kebesarannya, ia melangkah menuju sofa berwarna abu muda yang ada di dalam ruangan itu. “Tolong bantu aku menyelesaikan masalah ini!” Sekretaris cantik itu mengikuti boss-nya. “Baik, Nona.” “Silakan duduk!” titah Jessi kepada Julie yang masih berdiri di hadapannya. “Terima kasih, Nona.” Julie duduk di hadapan boss-nya. “Julie, beritahu yang lain setengah jam lagi kita meeting!” “Baik, Nona,” sahut Julie, lalu mengambil ponselnya untuk mengumumkan kepada para staf yang bertanggung jawab dengan produk baru itu kalau akan diadakan meeting dadakan. “Sudah saya umumkan,
“Aku sangat bahagia membayangkan laki-laki itu memakai rok. “Jessi bangun dari duduknya dengan lengkungan indah yang menghiasi wajah cantiknya. “Ayo kita meeting sekarang.”Julie pun bangun dari duduknya. “Ayo, Nona, kita harus semangat!”Jessica tertawa penuh kebahagiaan walaupun perusahaannya sedang dalam masalah besar.Leon tersenyum melihat bosnya tertawa bahagia, ia berkata dalam hati sambil mengikuti sang nona dari belakang. ‘Saya akui anda memang cerdas, Nona. Andalah penguasa sebenarnya. Saya harus banyak belajar darimu, Boss.’Leon sama sekali tidak sakit hati mendengar ucapan sang nona karena memang itulah yang sebenarnya terjadi.Benar yang dikatakan wanita itu, memang dengan kecurangan sama saja mencoreng kehormatan sendiri. Ia akui kalau saja perusahaannya tidak melakukan kecurangan, tentu saja Beauty Corporation lah yang ada di atasnya.‘Silakan saja anda mencaci maki
“Ya ampun saya tidak menyangka, padahal para staf tadi rata-rata sudah lima sampai sepuluh tahun bekerja di perusahaan ini, tapi dengan mudahnya dia berkhianat,” sahut Julie. “Kalau Nona sudah tahu kenapa tidak ditanya langsung kepada orangnya?”“Aku ingin dia sendiri yang mengakuinya," sahut Jessi. "Ada untungnya juga di balik kejadian ini, kita jadi tahu siapa lawan siapa teman. Aku yakin masih banyak pengkhianat di antara kita.”“Anda harus tetap berhati-hati, Nona! Jangan mudah percaya kepada orang. Sekali pun kepada saya, anda harus curiga. Manusia kalau sudah kepepet apa pun pasti dilakukannya.”"Maksudmu?""Mungkin si pengkhianat itu sedang terdesak atau ada ancaman mungkin, maka dari itu ia berani melakukan hal kotor."“Terima kasih, Julie.” Jessi tersenyum pada wanita cantik itu. “Semoga kamu juga tidak mengkhianatiku.”“Saya akan selalu mengendalikan piki
Jessi tidak bisa menolak lagi karena laki-laki itu sudah menutup panggilan teleponnya. “Mereka semakin posesif saja. Aku sudah tidak nyaman dengan Jimmy dan Alan, tapi aku masih membutuhkan mereka.” Jessi memijat pelipisnya sambil memejamkan mata. Ia sadar kalau perbuatannya salah, telah menyakiti hati kedua laki-laki itu. Tapi, ia juga tidak sepenuhnya salah karena menurutnya sama-sama saling menguntungkan. Ia mendapat bantuan dan dukungan dari kedua kekasihnya dan mereka pun mendapat keuntungan dengan menikmati tubuhnya. Wanita cantik itu larut dalam pikirannya sendiri, hinga ia tidak menyadari kalau sang pengawal sudah berdiri di hadapannya. “Apa anda sakit, Nona?” Leon menaruh cangkir kopi itu di meja yang ada di depan sang nona. “Aku tidak apa-apa, hanya sedikit lelah saja." “Sebaiknya Nona istirahat, jangan bekerja terlalu keras!” Walau bagaimanapun Jessi orang yang selama berbulan-bulan dekat dengannya. Walaupun ia ingin menghan