Bonita meletakkan setelan jas di punggung kursi dan kartu undangan pernikahan di meja, lalu mendekati Benjamin yang terkapar dengan posisi janggal di tempat tidur. Kamar itu beraroma alkohol dengan lima botol vodka kosong di meja sebelah tempat tidur. Selama empat setengah tahun Bonita mengenal Benjamin, pria itu bukanlah pemabuk. Bonita bahkan tidak tahu ambang toleransi alkohol yang mampu dikonsumsi oleh Benjamin.Pria itu terlihat sangat kusut dengan rambut dan bulu halus di dagu yang tumbuh lebih panjang dan lebih berantakan dibanding biasanya. Kaus yang dipakai olehnya seperti tidak diganti selama beberapa hari karena ada noda menempel yang mengeras pada area kerah. Sepatu di kakinya menggantung dengan posisi aneh seolah usahanya melarikan diri gagal.Bonita melepas sepatu dan membenahi posisi kaki Benjamin yang tertekuk, lalu memiringkan tubuh Benjamin dan menyangga punggungnya dengan bantal untuk mencegah pria itu tidur telentang. Dia baru saja akan turun dari tempat tidur saat
Aku membatalkan pernikahan kita. Aku sudah mengembalikan cincin Jenna, juga sudah mengganti semua uang yang kamu keluarkan untuk pernikahan ke rekeningmu. Setelan jas pernikahan untukmu tetap menjadi milikmu. Aku meletakkannya di kursi.Ada kartu undangan pernikahan untukmu di meja. Ayah dan ibuku akan menikah untuk menggantikan pernikahan kita. Aku tidak berharap kamu datang karena ayahku dan Jeremy pasti akan sangat marah jika tahu apa yang terjadi. Aku memberikan kartu undangan itu hanya agar kamu tahu.Aku berharap mengatakan semua ini padamu secara langsung. Aku sudah mengatakan beberapa hal yang ingin kukatakan, tapi kamu mungkin tidak akan mengingatnya saat bangun. Aku mencintaimu. Sungguh. Cintaku padamu masih sama saat aku menuliskan ini. Aku membatalkan pernikahan bukan karena membencimu.Saat pertama bertemu denganmu, aku menganggapmu sinting kamu karena melamarku sebelum mengenalku dengan baik. Aku tidak pernah tertarik untuk jatuh cinta sebelum bertemu denganmu, tapi keh
"Bagaimana jika aku bukan orang yang kamu maksud?"Eddison menghela napas lega setelah mendengar suara Bonita. Wanita penyebab kegaduhan yang terjadi sepanjang hari itu akhirnya meneleponnya. Lebih dari itu, dia merasa senang karena Bonita memilih untuk menghubunginya. Masih segar di ingatannya saat dia menolak tawaran nomor telepon baru dari Bonita."Maaf sudah merepotkanmu, Edd, dan terima kasih. Aku sudah melihat foto-foto pernikahan ayah dan ibuku di sosial media milik Velica, tapi aku ingin meminta foto pernikahan resmi mereka darimu.""Kamu harus membayar untuk itu, Boo." Ujar Eddison dengan senyum lebar. "Beritahu aku kamu sedang berada di mana.""Seingatku aku hanya pernah menawari nomor telepon baru, bukan menawari untuk memberitahu di mana lokasiku. Jika saja kamu lupa, saat itu kamu sudah menolak tawaranku. Sekarang aku sangat terpaksa menelepon dengan nomor ini untuk berterima kasih." Ujar Bonita dengan nada suara yang dibuat-buat agar Eddison luluh dengan permintaannya."D
Ketertarikan pada Irena membuat Bonita menyewa kamar di penginapan lebih lama. Wanita tua yang sulit didekati itu, akhirnya menjadi sedikit terbuka setelah Bonita membelikan setengah lusin donat saat berjalan-jalan di sekitar penginapan. Sebagai gantinya, Irena memberikan secangkir kopi secara cuma-cuma.Irena mengerucutkan bibir setelah menyesap kopinya sendiri, "Apa yang kamu inginkan dariku?""Aku ingin mengenalmu.""Itu saja? Tidak ada rasa iba karena aku hidup sebatang kara di kota yang bukan tempat kelahiranku?""Tidak. Menurutku kamu hebat karena bisa membangun penginapan seperti ini seorang diri.""Jangan menjadi sepertiku, Anak Muda. Hidup seorang diri sepertiku ini menyedihkan. Aku tidak memiliki seseorang untuk diajak bicara ...,"Bonita tersenyum simpul, "Aku bisa menjadi temanmu."Irena menghela napas, "Kamu tetap akan menjadi orang asing bagiku. Cepat atau lambat kamu akan pergi dari sini. Yang aku maksud seseorang itu adalah orang yang bisa menjadi tempat bercerita sepan
Rencana perjalanan yang sudah Bonita buat sejak di rumah Edith berubah setelah memiliki campervan. Itu berlaku baik waktu maupun tempat tujuannya. Dia pergi ke arah yang sebelumnya tidak pernah masuk ke dalam rencana, juga tinggal di suatu area dengan waktu yang tidak dibatasi berapa lama.Dia pernah menetap selama beberapa hari di tengah hutan yang jauh dari pemukiman. Suara hewan dan air sungai yang mengalir sedikit meredakan patah hatinya. Kesunyian tanpa adanya manusia yang mengganggu membuat jiwanya lebih segar dengan cara yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.Kebiasaan membeli pakaian dan aksesoris bermerek seperti tas dan perhiasan secara berkala menghilang. Bonita lebih selektif memilih apa saja yang akan dibeli dan itu mengejutkannya karena ternyata cara itu berhasil mengurangi tingkat stres yang dia rasakan. Dia senang saat menyadari ada perasaan lega saat dirinya dikelilingi sedikit barang.Eddison mengirim foto-foto pernikahan resmi Nolan dan Edith saat Bonita sedang b
Saat Bonita membagikan pengalaman perjalanannya di blog dan media sosial, Benjamin kesulitan bahkan untuk sejenak menulis tentang perasaan kehilangan mantan tunangan di buku catatannya. Saat Bonita merasa malas melanjutkan perjalanan, Benjamin masih mencari cara agar bisa menemukan Bonita secepatnya. Saat Bonita tertawa bersama orang-orang baru yang ditemui, Benjamin frustrasi hingga mengutuk dirinya sendiri karena tidak juga menemukan kekasih hatinya. Saat Bonita tidur di dalam campervan di tengah hutan, Benjamin tidur di tepi jalan di dalam mobil Jeep kesayangannya.Benjamin melewati perbatasan negara lebih dulu dibandingkan Bonita. Dia menyetir menuju Gunung Roraima karena mengira Bonita mungkin akan ke sana. Tanpa dia tahu, Bonita sudah mengubah rencana perjalanan untuk mengunjungi semua tempat yang dirasa dekat sebelum mengunjungi yang jauh.Benjamin merupakan seorang petualang yang terbiasa menghabiskan waktu di alam. Dia tidak keberatan tidur dengan alas tanah atau berkemah di p
Tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk mencari Bonita, Benjamin hampir tergoda dengan tawaran teman lamanya yang secara tiba-tiba muncul. Kekuasaan dan jejaring sosial luas yang dimiliki keluarga pria itu membuat Benjamin hampir menyerahkan data diri Bonita. Walau mereka memiliki kewarganegaraan berbeda, bukan hal sulit bagi pria itu untuk mencari jejak seorang wanita yang keliling dunia.Untuk menutupi betapa lemah hatinya, Benjamin menerima tawaran minum-minum di kamar hotel. Terlambat dia sadari, ternyata teman lamanya menyewa beberapa wanita penghibur."Aku akan meninggalkan kalian." Ujar Benjamin setelah menenggak segelas minumannya yang terakhir. Dia bangkit dengan tubuh terhuyung hingga harus menopang tangan pada dinding."Ayolah. Mereka hanya menemani kita minum. Mereka tidak akan menggodamu jika kamu tidak mengizinkan mereka menyentuhmu." Ujar Tristan dengan kedua tangan terentang. Di tangan kanannya tergenggam segelas minuman yang tersisa setengah."Mereka hanya akan menem
"Bisakah kamu berhenti mencemaskan adikmu? Dia bukan anak-anak. Dia pasti pulang jika sudah puas bersenang-senang." Ujar Nolan seraya menutup buku karena Jeremy lagi-lagi masuk ke ruang kerjanya tanpa mengetuk pintu."Tidak bisakah kamu sedikit mengkhawatirkannya? Dia anakmu!" Hardik Jeremy seraya mengempaskan tubuh di kursi."Seperti yang kamu katakan: aku mengkhawatirkannya karena dia anakku, tapi aku percaya dia akan baik-baik saja. Dia sedang patah hati. Biarkan dia melakukan apapun yang dia inginkan. Dia yang memutuskan untuk pergi. Tidak bisakah kamu mengerti keinginannya?""Sungguh, aku tidak mengerti. Dia tidak pernah pergi dari rumah ini dalam waktu lama. Rumah ini satu-satunya tempat untuknya pulang. Jika memang dia ingin hidup sendiri, dia pasti sudah membeli rumah atau apartemen sejak dulu.""Segalanya berubah. Adikmu sudah pergi dan keputusan itu dibuat atas kesadarannya sendiri. Terimalah kenyataan itu." Ujar Nolan kesal hingga sudut bibirnya bergetar.Kedua alis Jeremy h