Home / Romansa / SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER / Bab 5: Langkah Pertama dalam Bayang-Bayang Bahaya

Share

Bab 5: Langkah Pertama dalam Bayang-Bayang Bahaya

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2024-12-01 14:14:54

Keira menatap Adrian dengan pandangan serius ketika pria itu memasuki ruang tamu di rumahnya. Di atas meja, peta besar kota terbuka dengan beberapa tanda merah. Adrian terkejut melihat keberanian baru dalam diri Keira.

“Kau yakin tentang ini, Nona Keira?” tanya Adrian dengan nada tenang, tetapi penuh peringatan.

Keira mengangguk, meskipun hatinya masih gemetar. “Jika mereka mengincarku, aku tidak akan duduk diam. Kita harus mencari tahu siapa mereka, apa rencana mereka, dan menghentikannya sebelum mereka menghancurkan keluargaku.”

Adrian menatap gadis itu dalam-dalam. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya sejak percakapan terakhir mereka. Keira bukan lagi gadis manja yang hanya peduli pada kemewahan. Kini ia terlihat seperti seorang pejuang yang menemukan keberanian baru dalam dirinya.

“Baiklah,” kata Adrian akhirnya. “Tapi jika kita akan melangkah ke dunia ini, Anda harus siap. Dunia mereka tidak kenal belas kasihan.”

“Kalau begitu, kau harus mengajarkanku,” jawab Keira tegas.

Adrian memutuskan untuk mengajarkan Keira cara melindungi dirinya sendiri. Mereka memulai latihan di sebuah lapangan tertutup yang Adrian sewa untuk menjaga kerahasiaan.

“Hal pertama yang harus Anda pelajari adalah cara bertahan hidup dalam situasi berbahaya,” kata Adrian sambil meletakkan beberapa alat sederhana di meja—pepper spray, pisau kecil, dan beberapa benda lainnya.

Keira menatap barang-barang itu dengan campuran rasa takut dan penasaran. “Apa kau serius? Aku harus menggunakan ini?”

Adrian mengangguk. “Jika Anda berada dalam bahaya dan saya tidak ada untuk melindungi Anda, Anda harus tahu cara melindungi diri sendiri.”

Keira menelan ludah, tetapi ia mengangguk. Ia tahu bahwa ini adalah langkah pertama untuk menjadi lebih kuat.

Latihan dimulai dengan sederhana: cara melarikan diri dari serangan, cara menggunakan pepper spray dengan efektif, dan cara membaca situasi di sekitarnya. Namun, ketika Adrian menunjukkan gerakan bertahan diri, Keira merasa frustasi.

“Aku tidak bisa melakukan ini!” serunya setelah gagal mencoba memukul dengan benar.

Adrian berjalan mendekat, lalu menatapnya dengan lembut. “Anda bisa, Nona Keira. Anda hanya perlu percaya pada diri sendiri.”

Kata-kata itu menyentuh Keira. Ia melihat ketulusan di mata Adrian, sesuatu yang jarang ia lihat pada orang lain. Dengan napas dalam, ia mencoba lagi, dan kali ini, ia berhasil.

Adrian tersenyum tipis. “Bagus. Itu langkah pertama.”

Setelah pelatihan, Adrian membawa Keira ke sebuah tempat yang ia sebut sebagai "sumber informasi." Itu adalah sebuah toko buku tua yang terlihat usang di pinggir kota.

Keira mengerutkan kening. “Apa ini?”

Adrian hanya tersenyum. “Tempat di mana kita akan mulai mendapatkan jawaban.”

Di dalam toko, seorang pria tua dengan kacamata bulat menyambut mereka. Wajahnya penuh dengan keriput, tetapi matanya tajam seperti elang.

“Adrian,” sapa pria itu dengan nada ramah. “Kau akhirnya datang lagi. Dan siapa ini?”

Adrian memperkenalkan Keira. “Ini Nona Keira Hartono. Kita membutuhkan bantuan Anda.”

Pria itu mengangguk pelan. “Aku sudah mendengar desas-desus tentang keluargamu, Nona. Apa yang bisa kubantu?”

Keira melirik Adrian, yang memberi isyarat agar ia berbicara. Dengan sedikit ragu, Keira menjelaskan apa yang ia ketahui sejauh ini: kematian ibunya, ancaman terhadap keluarganya, dan musuh lama yang tidak pernah ia dengar sebelumnya.

Pria tua itu mendengarkan dengan seksama sebelum berkata, “Keluarga Hartono selalu menjadi target, Nona. Tetapi orang-orang yang Anda hadapi sekarang bukan musuh biasa. Mereka adalah bagian dari jaringan yang lebih besar—kelompok yang beroperasi di bawah bayang-bayang.”

Keira merasa darahnya berdesir. “Apa maksudmu?”

Pria itu mengeluarkan sebuah buku tua dari rak di belakang meja. Ia membukanya, menunjukkan sebuah simbol aneh—sebuah lingkaran dengan garis melintang di tengahnya.

“Mereka disebut Lama Hitam. Organisasi rahasia ini sudah ada selama beberapa dekade. Mereka menghancurkan keluarga kaya untuk mengambil alih aset mereka. Ayahmu berhasil menghindari mereka selama ini, tetapi dengan ibumu… mereka berhasil memanfaatkan kelemahan keluargamu.”

Keira merasa tubuhnya melemas. Adrian berdiri di sampingnya, memberikan dukungan diam-diam dengan kehadirannya.

“Apa yang bisa kita lakukan untuk menghentikan mereka?” tanya Adrian.

Pria itu mengangguk. “Ada satu cara. Tapi itu berbahaya.”

Pria itu memberikan sebuah alamat kepada Adrian. Itu adalah sebuah gudang tempat salah satu anggota Lama Hitam sering berkumpul.

“Kalian harus berhati-hati,” katanya. “Mereka tidak akan segan-segan membunuh siapa pun yang mencoba menghalangi mereka.”

Adrian dan Keira berangkat malam itu juga. Ketika mereka tiba di gudang, suasana gelap dan sepi. Keira merasa jantungnya berdebar kencang, tetapi ia berusaha tetap tenang.

“Ini pertama kalinya kau melakukan sesuatu seperti ini?” tanya Adrian pelan.

Keira mengangguk. “Aku takut. Tapi aku tidak akan lari.”

Adrian tersenyum kecil. “Bagus. Jangan pernah menunjukkan ketakutanmu pada mereka.”

Mereka masuk ke gudang dengan hati-hati. Di dalam, mereka menemukan beberapa dokumen penting yang tampaknya berisi rencana Lama Hitam. Namun, sebelum mereka sempat pergi, suara langkah kaki terdengar.

“Siapa di sana?” suara pria kasar menggema di ruangan itu.

Adrian menarik Keira ke balik tumpukan kotak. “Jangan bergerak,” bisiknya.

Keira merasa tubuhnya gemetar, tetapi ia mengikuti perintah Adrian. Mereka menahan napas saat dua pria bertubuh besar masuk ke dalam ruangan, mencari sumber suara.

Adrian dengan cepat meraih pisau kecil dari sakunya. Dalam sekejap, ia melumpuhkan salah satu pria itu tanpa suara. Keira terkejut melihat keahliannya, tetapi ia tidak punya waktu untuk bereaksi.

Pria kedua melihat mereka dan berteriak, tetapi sebelum ia sempat menyerang, Adrian sudah bergerak dengan kecepatan luar biasa, menjatuhkan pria itu ke lantai.

“Kita harus pergi,” kata Adrian sambil menarik Keira keluar dari gudang.

Di dalam mobil, Keira merasa tubuhnya masih gemetar. Ia menatap Adrian, yang tampak tenang meskipun baru saja menghadapi situasi berbahaya.

“Kau… kau seperti bukan manusia,” katanya pelan.

Adrian tersenyum kecil. “Saya hanya melakukan apa yang perlu dilakukan, Nona.”

Keira menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa ia bisa mempercayai Adrian sepenuhnya.

“Apa pun yang terjadi, aku ingin melawan mereka,” kata Keira akhirnya. “Aku tidak peduli seberapa berbahayanya. Aku tidak akan membiarkan mereka menang.”

Adrian menatapnya dengan penuh rasa hormat. “Kalau begitu, kita akan melawan mereka bersama-sama.”

Malam itu, Keira merasa bahwa ia telah melangkah ke dunia yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Tetapi ia tahu bahwa ini adalah langkah yang harus ia ambil untuk melindungi keluarganya.

Adrian, di sisi lain, tahu bahwa ini baru permulaan. Bahaya yang mereka hadapi jauh lebih besar dari yang Keira bayangkan. Tetapi ia bersumpah untuk melindungi gadis itu, tidak peduli seberapa besar risikonya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 232

    Matahari pagi membuka hari dengan sinar lembut yang mengusir embun dan membangkitkan semangat baru. Di Taman Pulih yang kini telah menjadi saksi pergerakan hidup bersama, setiap sudutnya bercerita—tentang perjuangan, tentang mimpi yang diberdayakan oleh tangan-tangan penuh cinta, dan tentang keberanian yang menorehkan satu jejak abadi.Di ujung taman, Keira dan Adrian bersama-sama mengadakan acara kecil yang mengundang warga dari berbagai penjuru kota. Di tengah-tengah panggung sederhana yang dihiasi lampu-lampu tenaga surya dan rangkaian bunga-bunga segar, mereka berbagi kisah perjalanan hidup yang terukir dalam setumpuk kenangan."Setiap langkah, setiap tawa, setiap air mata—semua itu adalah bagian dari cerita kita," ujar Adrian di hadapan kerumunan yang terpaku dalam keheningan penuh harap. "Hari ini, kita rayakan bukan hanya apa yang telah terjadi, tapi juga apa yang akan terus kita bangun bersama."Sorak-sorai dan tepuk tangan hangat mengalun, seolah alam pun turut merayakan

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 231

    Di pagi yang cerah, seolah alam sendiri ingin menyambut babak baru dalam hidup mereka, kota kecil itu terasa lebih hidup dari sebelumnya. Taman Pulih, yang sudah menjadi simbol perjuangan dan harapan, kini beriak dengan kegiatan yang penuh warna. Di sinilah titik temu cerita—bukan lagi persimpangan antara masa lalu dan masa depan, melainkan sebagai saksi perjalanan setiap insan yang telah melewati badai dan menemukan cahaya.Di Taman Pulih, Keira dan Adrian duduk di bangku kayu yang sama sejak lama. Di sekeliling mereka, para penduduk berkumpul; ada yang membawa makanan, ada pula yang menyuguhkan alunan musik akustik sederhana. Anak-anak berlarian sambil tertawa, menyisipkan cerita baru di antara gemerisik dedaunan.“Lihat, Kang,” ujar Keira sambil menunjuk ke arah sekelompok remaja yang sedang bermain alat musik hasil kreativitas mereka dari barang bekas. “Dunia ini terus mengajarkan kita untuk memulai dari nol, tapi selalu ada keindahan di setiap langkahnya.”Adrian mengangguk,

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 230

    Setahun setelah malam penuh bintang dan janji yang tersulam dalam keheningan, dunia yang telah tersingkap dari luka masa lalu kini menunjukkan tanda-tanda perubahan yang lebih segar lagi. Di jantung kota kecil, Taman Pulih yang dulu hanya sebatas gagasan di atas kertas, kini telah menjadi oasis kehidupan—ruang yang mengundang tawa, perbincangan, dan harapan baru.Di pojok taman, Keira berdiri di bawah naungan pohon kenari yang dulu ia tanam bersama Adrian. Setiap helai daunnya menyatu bercerita tentang kerja keras, keberanian, dan keyakinan yang tak pernah padam. Di depan matanya, sekumpulan anak-anak tengah bermain, membuat kreasi dari daun kering dan ranting kecil. Tawa mereka seakan mengukir jejak kecil di tanah yang telah lama dirawat.Adrian, yang kini aktif membantu pembangunan komunitas, terlihat sibuk mendampingi para relawan yang sedang memasang instalasi lampu tenaga surya di sudut taman. “Setiap kilau lampu itu adalah cermin jiwa yang kembali bersinar,” gumamnya sambil

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 229

    Langit pagi membawa aroma embun dan tanah yang baru digarap. Di kejauhan, suara anak-anak dari sekolah dasar terdengar samar, bercampur dengan deru sepeda yang melintasi jalan kecil berkerikil. Dunia sudah tak lagi penuh gema peringatan bahaya—tapi gema tawa dan kehidupan.Di dapur rumah kecil itu, Keira sedang melipat surat-surat yang masuk minggu ini—bukan dari pejabat atau lembaga internasional, tapi dari orang-orang biasa: seorang guru di pelosok yang terinspirasi untuk mengajar coding dasar; seorang ibu yang kini bekerja di perpustakaan komunitas; seorang anak remaja yang baru saja memenangkan lomba inovasi pertanian.Semua surat itu ditaruh Keira di dalam sebuah kotak kayu berukir sederhana. Di bagian depan kotak itu, tertulis satu kata dengan tangan: “Ingatan.”Adrian masuk dengan membawa sekeranjang hasil panen pertama mereka—tomat, selada, dan dua buah paprika yang tumbuh lucu mirip huruf “A” dan “K”.“Lihat ini, kayaknya sayuran kita bisa ikut lomba fashion,” ujarnya samb

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 228

    Pagi itu, aroma kayu basah dan tanah yang baru disiram memenuhi udara. Kabut tipis masih menggantung di kebun belakang, tempat Keira menanam pohon kecil kemarin sore—pohon kenari yang diberikan oleh salah satu murid Samantha sebagai hadiah syukur.Keira berdiri diam di depannya, memandangi batang muda itu yang tampak rapuh namun penuh harapan."Aku belum pernah menanam pohon sebelumnya," katanya pelan ketika Adrian mendekat dari belakang, memeluk pinggangnya sambil menyandarkan dagu di pundaknya.“Tapi kamu tahu cara menumbuhkan sesuatu,” bisik Adrian, “karena kamu tahu cara menjaga.”Keira menyandarkan kepalanya ke bahu suaminya. “Pohon ini akan tumbuh tinggi nanti. Mungkin anak kita akan panjat dia, atau duduk di bawahnya baca buku. Tapi yang paling penting… dia akan tumbuh dari rumah ini.”Adrian mengangguk, membayangkan masa depan yang terasa jauh lebih dekat daripada sebelumnya.Samantha berdiri di bawah pohon besar di halaman belakang pusat pelatihannya. Beberapa siswa sedang

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 227

    Rumah kecil di pinggiran kota itu jauh dari kata mewah. Dindingnya sederhana, dikelilingi pagar kayu yang mulai dipanjati tanaman rambat. Tapi di dalamnya, setiap sudut memancarkan ketenangan. Di teras depan, Keira sedang menyiram bunga-bunga yang kini tumbuh subur. Tangannya lembut mengusap daun yang basah, sementara angin sore membelai rambutnya yang digelung santai.“Kalau kamu terus menyiram mereka segitu telatnya, nanti bisa tumbuh akar hati di situ,” goda Adrian dari pintu depan, membawa dua cangkir teh hangat.Keira tertawa pelan. “Kalau bisa, kenapa nggak? Setidaknya rumah ini jadi hidup.”Mereka duduk berdua di bangku panjang yang terbuat dari kayu daur ulang. Tak ada suara selain cicit burung dan desir angin. Dunia tak lagi berisik seperti dulu. Tanpa ancaman, tanpa kejaran. Hanya hidup... dan harapan.Di dalam rumah, tembok-temboknya dipenuhi foto—bukan foto kemenangan atau upacara penghargaan, tapi foto-foto kecil: senyum mereka di dapur, jejak kaki di taman saat hujan,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status