SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER

SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER

last updateLast Updated : 2025-04-12
By:  Zayba AlmiraOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
232Chapters
1.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Keira adalah seorang wanita muda dari keluarga kaya yang hidupnya penuh kemewahan. Suatu hari, ayahnya memutuskan untuk mempekerjakan seorang sopir pribadi bernama Adrian, pria yang sederhana dan terlihat biasa saja. Namun, Adrian memiliki rahasia besar: dia sebenarnya seorang miliarder yang menyamar untuk mencari tahu seperti apa kehidupan sederhana dan memahami nilai manusia sejati. Hubungan mereka yang awalnya kaku mulai berubah ketika Adrian dengan bijaksana dan penuh perhatian membantu Keira melewati berbagai masalah hidup, termasuk konflik keluarganya, sahabat palsu, hingga rasa kesepian yang tak pernah dia sadari. Seiring waktu, Keira mulai jatuh hati pada Adrian tanpa tahu identitas aslinya. Namun, bagaimana reaksi Keira saat rahasia Adrian terungkap?

View More

Chapter 1

Bab 1: Sopir Baru yang Membosankan

Hari itu, suara burung di taman keluarga Hartono terdengar seperti biasa, tetapi di dalam rumah megah itu, suasana jauh dari tenang. Keira duduk di sofa ruang tamu dengan kaki disilangkan, memelototi ayahnya yang duduk berhadapan dengannya. Di tangannya, sebuah cangkir kopi hampir tumpah karena tangannya yang bergerak-gerak gelisah.

“Kenapa sih, Ayah selalu memaksakan kehendak?” sergah Keira dengan nada tinggi. “Aku bukan anak kecil lagi!”

Tuan William Hartono, pengusaha dengan reputasi keras dan disiplin, tetap tenang menghadapi protes putrinya. Dengan rambut mulai memutih dan wajah tegasnya, ia menyampaikan pendapatnya dengan nada dingin.

“Keira, sudah berapa kali aku bilang, ini soal keamanan. Kau mungkin merasa bisa menjaga dirimu sendiri, tapi nyatanya kau ceroboh. Sudah dua kali kau hampir terlibat kecelakaan dalam satu bulan terakhir,” katanya

“Kalau soal itu, aku bisa lebih hati-hati! Tidak perlu menyewa orang asing untuk mengikuti aku ke mana-mana.”

Tuan William menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ia menghela napas, lalu berkata, “Keira, kau tidak punya pilihan. Sopir itu mulai bekerja hari ini, dan aku tidak mau mendengar lagi keluhan tentang ini.”

Keira memutar bola matanya. Ia tahu ayahnya tak pernah berubah pikiran jika sudah memutuskan sesuatu.

Ketika bel pintu berbunyi, Keira langsung menoleh dengan rasa jengkel. “Jangan bilang itu sopirnya,” gumamnya.

Ayahnya tidak menjawab, tetapi berdiri dan melangkah ke pintu. Keira tetap di tempatnya, enggan menunjukkan antusiasme. Pintu terbuka, dan suara rendah ayahnya memperkenalkan tamu itu.

“Keira, ini Adrian. Mulai hari ini dia akan menjadi sopirmu.”

Keira mendongak dengan malas, tetapi matanya berhenti sesaat pada sosok pria yang masuk. Pria itu tinggi, mungkin sekitar 185 cm, dengan wajah yang bersih dan rapi. Dia mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam yang pas di tubuhnya. Rambut hitamnya disisir ke belakang dengan gaya sederhana.

“Senang bertemu dengan Anda, Nona Keira,” kata Adrian sambil menundukkan sedikit kepalanya. Suaranya lembut, tetapi ada nada percaya diri yang sulit diabaikan.

Keira menatapnya dari atas ke bawah, lalu menyilangkan tangan di dada. “Mari kita lihat apakah kau bisa bertahan lebih dari seminggu,” katanya dingin, sebelum berdiri dan pergi ke kamarnya tanpa melirik kembali.

Adrian tiba di rumah Keira tepat pukul 08.00 pagi keesokan harinya, sesuai jadwal. Mobil sudah dibersihkan dan diparkir di depan pintu utama. Ia mengenakan seragam yang sama sederhana seperti hari sebelumnya, tetapi kali ini Keira memperhatikan bahwa pria itu tidak membawa ponsel seperti kebanyakan orang.

“Tidak punya ponsel, ya? Apa kau terlalu sibuk dengan hidup sederhana?” tanya Keira dengan nada mengejek saat mereka memasuki mobil.

Adrian hanya tersenyum tipis. “Tentu saja saya punya, Nona. Tapi saat bekerja, prioritas saya adalah memastikan kenyamanan Anda.”

Keira mendecak kecil. “Kita lihat saja sampai kapan kau bisa bertingkah sempurna seperti itu.”

Hari itu, Keira sengaja memberikan jadwal yang rumit untuk menguji Adrian. Ia meminta Adrian mengantarnya ke butik terkenal di pusat kota, lalu ke salon mewah yang letaknya di ujung lain kota, dan terakhir ke kafe favoritnya. Semua lokasi itu berada di kawasan yang terkenal macet, dan ia sengaja memberi waktu yang sangat sempit.

“Cepat! Aku tidak punya banyak waktu,” katanya dengan nada menggurui.

Adrian tetap tenang, bahkan ketika jalanan mulai padat. Dengan keahlian mengemudi yang luar biasa, ia berhasil melewati kemacetan tanpa sedikit pun keluhan. Ketika Keira memerhatikan kaca spion, ia melihat wajah Adrian tetap tenang, tidak terganggu oleh sikapnya yang sengaja merepotkan.

“Dia sopir atau robot, sih?” gumam Keira pelan.

Di tengah perjalanan menuju kafe, sebuah insiden terjadi. Sebuah truk besar muncul dari arah kiri dengan kecepatan tinggi, tampaknya kehilangan kendali. Keira yang sedang sibuk bermain ponsel tidak menyadari apa yang terjadi sampai suara klakson keras terdengar.

“Keira, pegang sesuatu!” suara Adrian terdengar tegas, berbeda dari nada lembutnya biasanya.

Sebelum Keira sempat merespons, Adrian sudah menginjak rem dengan keras dan memutar setir, membuat mobil mereka berhenti hanya beberapa inci dari truk yang melintas.

Keira terkejut. Tangannya gemetar saat memegang kursi. “Apa yang baru saja terjadi?” tanyanya dengan suara bergetar.

Adrian menoleh ke arahnya dengan tatapan lembut. “Kita hampir ditabrak truk, Nona. Apakah Anda baik-baik saja?”

Keira mengangguk perlahan. Namun, sesuatu dalam dirinya mulai berubah. Refleks cepat Adrian dan ketenangannya di situasi genting membuatnya terkesan, meskipun ia enggan mengakuinya.

Saat mereka tiba di kafe, Keira masih terngiang-ngiang insiden tadi. Adrian tetap tenang seperti biasa, tetapi Keira merasa ada sesuatu yang aneh.

“Kenapa kau begitu tenang tadi?” tanya Keira tiba-tiba sebelum keluar dari mobil.

Adrian menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. “Itu bagian dari tugas saya, Nona. Saya harus memastikan Anda selalu aman.”

Keira memperhatikan wajahnya, mencari tanda-tanda ketegangan, tetapi tidak menemukan apa pun. “Kau sopir yang aneh,” gumamnya sebelum masuk ke kafe.

Dari jendela kafe, Keira sempat melihat Adrian berdiri di luar mobil, berbicara dengan seseorang melalui earphone. Meski percakapan itu tidak terdengar, gerak tubuh Adrian menunjukkan bahwa dia sedang membicarakan sesuatu yang serius.

“Kenapa sopir harus bicara seperti itu?” pikir Keira.

Malam itu, Keira duduk di kamarnya, memikirkan hari yang panjang. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa Adrian

“Ayah mungkin benar. Dia memang sopir yang bagus,” gumamnya. Tapi kemudian, ingatan tentang percakapan misterius Adrian membuat rasa penasaran muncul.

Keira membuka ponselnya dan mulai mencari informasi tentang pria bernama Adrian. Sayangnya, tidak ada hasil yang relevan. Tidak ada media sosial, tidak ada latar belakang yang mencurigakan.

“Aneh,” katanya pelan.

Sementara itu, di kamar Adrian, pria itu sedang duduk di depan laptopnya. Ia memeriksa laporan keuangan sebuah perusahaan besar, matanya menatap grafik dengan fokus.

“Semua berjalan sesuai rencana,” gumamnya dengan suara rendah. Ia menutup laptopnya, lalu melirik foto keluarganya di atas meja kecil.

“Keira Hartono… kau akan menjadi bagian penting dari rencana ini, meskipun kau belum tahu apa-apa.”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Rudi SK MEP
ceritanya bagus
2025-03-14 20:57:58
0
user avatar
Luqman Hakim
sukses selalu buat Authornya
2025-02-04 23:33:55
0
user avatar
Luqman Hakim
Kata-katanya sangat kuat... semoga sukses selalu buat penulisnya...
2025-02-04 23:33:13
0
232 Chapters
Bab 1: Sopir Baru yang Membosankan
Hari itu, suara burung di taman keluarga Hartono terdengar seperti biasa, tetapi di dalam rumah megah itu, suasana jauh dari tenang. Keira duduk di sofa ruang tamu dengan kaki disilangkan, memelototi ayahnya yang duduk berhadapan dengannya. Di tangannya, sebuah cangkir kopi hampir tumpah karena tangannya yang bergerak-gerak gelisah. “Kenapa sih, Ayah selalu memaksakan kehendak?” sergah Keira dengan nada tinggi. “Aku bukan anak kecil lagi!” Tuan William Hartono, pengusaha dengan reputasi keras dan disiplin, tetap tenang menghadapi protes putrinya. Dengan rambut mulai memutih dan wajah tegasnya, ia menyampaikan pendapatnya dengan nada dingin. “Keira, sudah berapa kali aku bilang, ini soal keamanan. Kau mungkin merasa bisa menjaga dirimu sendiri, tapi nyatanya kau ceroboh. Sudah dua kali kau hampir terlibat kecelakaan dalam satu bulan terakhir,” katanya “Kalau soal itu, aku bisa lebih hati-hati! Tidak perlu menyewa orang asing untuk mengikuti aku ke mana-mana.” Tuan William meny
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
Bab 2: Misteri di Balik Senyuman Adrian
Pagi itu, Keira terbangun lebih awal dari biasanya. Entah kenapa, pikirannya dipenuhi oleh Adrian. Refleks pria itu saat menyelamatkannya dari truk hari sebelumnya membuat nya penasaran. Namun, rasa penasaran itu bercampur dengan amarah kecil yang masih ia simpan. Dia tidak suka merasa seperti gadis lemah yang butuh perlindungan. Dan Adrian, dengan sikap tenang dan hampir sempurnanya, membuat Keira merasa seperti itu. “Apa dia benar-benar hanya seorang sopir?” Keira bergumam pelan sambil menatap dirinya di cermin. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai, dan ia memilih pakaian kasual—sesuatu yang jarang ia lakukan. Saat ia melangkah keluar rumah, mobil sudah menunggunya. Adrian berdiri di samping mobil, membungkukkan sedikit badan sebagai tanda hormat. Senyum kecil menghiasi wajahnya yang tampak tanpa beban. “Selamat pagi, Nona Keira,” sapanya lembut. Keira meliriknya sekilas, lalu masuk ke mobil tanpa berkata apa-apa. Namun, ketika Adrian menutup pintu dengan hati-hati, Keira
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
Bab 3: Rahasia yang Mulai Terkuak
Hari itu, Keira merasa ada yang aneh. Sejak pagi, ia tidak bisa berhenti memikirkan Adrian. Bukan karena rasa kagum, tapi lebih kepada rasa penasaran yang mengusik. “Apa sih yang sebenarnya dia sembunyikan?” Keira bergumam sambil menyesap teh di ruang makannya. Pikirannya kembali pada momen ketika Adrian dengan mudah menenangkan situasi di butik. Itu bukan sesuatu yang biasa dilakukan seorang sopir. Dia tidak hanya tenang, tetapi juga memiliki kehadiran yang memengaruhi orang lain. Keira menghela napas berat. Ia tidak suka perasaan ini—perasaan kehilangan kendali atas pikirannya sendiri. Ia terbiasa menjadi pusat perhatian, orang yang mengendalikan situasi, tetapi Adrian? Kehadirannya justru membuat Keira merasa sebaliknya. “Nona Keira, mobil sudah siap,” suara Adrian yang tenang membuyarkan lamunannya. Keira menoleh ke arah pintu. Adrian berdiri di sana dengan sikap sempurna seperti biasa, seragamnya rapi tanpa cela. Senyum kecil itu masih ada di wajahnya, dan itu membuat da
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
Bab 4: Bayangan dari Masa Lalu
Keira tidak bisa tidur setelah percakapannya dengan Adrian. Kata-katanya terus terngiang di benaknya, terutama bagian di mana Adrian mengatakan bahwa semua yang ia lakukan adalah untuk melindunginya. Melindungi dari apa? Keira memandang ke arah jendela kamarnya, melihat bayangan kota yang sepi. Udara malam terasa dingin, namun pikirannya terus berkecamuk. Ia memutuskan untuk mencari jawaban, meskipun itu berarti melanggar batas. Ia membuka laptopnya dan mencoba mencari informasi tentang Adrian lagi. Kali ini, ia mencoba mencari dengan lebih mendalam. Namun, sekali lagi, hasilnya nihil. Keira menghela napas panjang. "Bagaimana mungkin seseorang yang terlihat begitu berpendidikan dan penuh pengalaman tidak meninggalkan jejak digital sama sekali?" gumamnya. Namun, saat ia membuka folder lamanya, matanya tertuju pada sebuah foto keluarganya. Di foto itu, ia masih kecil, berdiri di antara kedua orang tuanya. Ibunya memeluknya erat, sementara ayahnya tampak seperti biasa—dingin dan
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
Bab 5: Langkah Pertama dalam Bayang-Bayang Bahaya
Keira menatap Adrian dengan pandangan serius ketika pria itu memasuki ruang tamu di rumahnya. Di atas meja, peta besar kota terbuka dengan beberapa tanda merah. Adrian terkejut melihat keberanian baru dalam diri Keira. “Kau yakin tentang ini, Nona Keira?” tanya Adrian dengan nada tenang, tetapi penuh peringatan. Keira mengangguk, meskipun hatinya masih gemetar. “Jika mereka mengincarku, aku tidak akan duduk diam. Kita harus mencari tahu siapa mereka, apa rencana mereka, dan menghentikannya sebelum mereka menghancurkan keluargaku.” Adrian menatap gadis itu dalam-dalam. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya sejak percakapan terakhir mereka. Keira bukan lagi gadis manja yang hanya peduli pada kemewahan. Kini ia terlihat seperti seorang pejuang yang menemukan keberanian baru dalam dirinya. “Baiklah,” kata Adrian akhirnya. “Tapi jika kita akan melangkah ke dunia ini, Anda harus siap. Dunia mereka tidak kenal belas kasihan.” “Kalau begitu, kau harus mengajarkanku,” jawab Keira teg
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
Bab 6: Bayangan yang Semakin Dekat
Keira duduk di kamar kerjanya, menatap dokumen yang mereka ambil dari gudang semalam. Tulisan-tulisan di atas kertas itu penuh dengan simbol aneh, nama-nama yang ia tidak kenali, dan beberapa angka yang tampaknya merupakan koordinat. "Adrian, apa ini sebenarnya?" tanyanya, suaranya bergetar sedikit saat Adrian memasuki ruangan. Pria itu berjalan mendekat, mengenakan ekspresi serius yang membuat suasana semakin tegang. "Ini peta aktivitas mereka. Tempat-tempat ini adalah lokasi yang sering mereka gunakan untuk rapat atau menyembunyikan operasi mereka." Keira meremas tangannya, mencoba menenangkan diri. Namun, pikirannya terus-menerus membayangkan bahaya yang mengintai. "Jika mereka tahu kita mengambil ini, apa yang akan mereka lakukan?" Adrian menatapnya, matanya menunjukkan rasa empati sekaligus peringatan. "Mereka akan mencoba menghentikan kita. Mereka tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi tujuan mereka." Ucapan itu membuat darah Keira membeku. Namun, ia menguatkan dir
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
Bab 7: Konspirasi dalam Cermin
Pagi setelah serangan di gudang, Keira terbangun dengan kepala yang berat. Malam itu terus membayangi pikirannya, terutama ketika ia melihat Adrian terluka saat melindunginya. Namun, perhatian Keira langsung teralihkan ketika seorang pelayan mengetuk pintu kamarnya dengan surat di tangan. "Surat ini baru saja dikirimkan, Nona Keira," kata pelayan itu dengan wajah bingung. Keira mengambil surat itu. Kertasnya tampak biasa, tetapi ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Ketika ia membukanya, sebuah tulisan tangan rapi tertulis di atasnya: "Kami tahu apa yang kau lakukan. Berhentilah, atau kau akan kehilangan lebih banyak dari yang pernah kau bayangkan." Tangannya gemetar saat membaca surat itu. Ia segera berlari ke ruang tamu, di mana Adrian sedang duduk sambil memeriksa lukanya. "Adrian!" serunya, melemparkan surat itu ke atas meja. Adrian membaca surat itu dengan tenang, tetapi Keira bisa melihat ketegangan di rahangnya. "Mereka mulai mengawasi kita," katanya akh
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
Bab 8: Jaring Pengkhianatan
Malam itu, Keira duduk sendirian di kamarnya. Surat ancaman, luka-luka Adrian, dan pengkhianatan di perusahaan ayahnya bercampur menjadi satu di pikirannya. Ia merasa dikhianati oleh dunia yang selama ini dianggap aman. Dulu, rumahnya adalah tempat berlindung. Kini, setiap sudut rumah tampak seperti jebakan. Setiap wajah, bahkan yang paling ramah sekalipun, terasa penuh dengan kebohongan. Ketika Adrian mengetuk pintu dan masuk, ia melihat Keira duduk di lantai, memeluk lututnya. Wajah gadis itu terlihat lelah dan putus asa. "Keira," panggil Adrian dengan lembut. Namun, Keira tidak menoleh. "Semua ini terlalu banyak, Adrian." Suaranya pelan, nyaris berbisik, tetapi penuh dengan rasa sakit. Adrian mendekat dan duduk di sampingnya. "Saya tahu ini sulit. Tapi kita harus tetap kuat." Keira mendongak, matanya penuh air mata. "Kuat? Bagaimana aku bisa kuat, Adrian? Keluargaku sedang dihancurkan. Orang-orang yang aku percayai mungkin pengkhianat. Dan aku… aku hanya seorang gadis ya
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
Bab 9: Bayangan masa Lalu
Keira terbangun di tengah malam dengan tubuh basah oleh keringat dingin. Dalam mimpinya, ia terus mendengar suara tembakan dan melihat wajah pria yang hampir ia tembak di jalan tadi. Meski ia tahu itu tindakan untuk bertahan hidup, rasa bersalah terus menghantui dirinya. Ia memeluk lutut di tempat tidur, menatap jendela kamar yang gelap. “Apa aku benar-benar berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenal?” gumamnya pelan. Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. “Keira, ini saya, Adrian,” suara Adrian terdengar dari luar. Keira mengusap air matanya dan mencoba menyembunyikan kegelisahan di wajahnya. "Masuk." Adrian membuka pintu dan menatap Keira dengan ekspresi khawatir. "Saya mendengar sesuatu. Anda baik-baik saja?" Keira berusaha tersenyum, tetapi gagal. "Aku hanya tidak bisa tidur. Semua yang terjadi hari ini... terlalu banyak untukku." Adrian duduk di kursi dekat tempat tidur, menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Apa yang Anda rasakan itu normal. A
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
Ban 10: Keberanian dalan Kegelapan
Keesokan harinya, suasana di rumah keluarga Hartono terasa semakin serius. Keira, Adrian, dan Lina berkumpul di ruang kerja untuk menyusun rencana besar: menyusup ke kantor pribadi Raymond Setiawan. Di atas meja besar, cetak biru gedung milik Raymond terbentang. Lina, dengan wajah serius, menjelaskan rencana mereka. “Raymond memiliki sistem keamanan sangat ketat,” katanya sambil menunjuk detail di peta. “Ada pengawasan ketat, akses biometrik, dan penjagaan penuh. Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan tanpa persiapan matang.” Keira menatap peta itu dengan rahang terkatup. “Apa pun yang diperlukan, kita harus melakukannya. Dia harus dihentikan.” Adrian, yang berdiri di sudut ruangan, menatap Keira dengan pandangan tajam. “Kamu tidak tahu seberapa berbahaya ini. Kalau kamu tidak siap mental, lebih baik jangan ikut.” Keira menatap Adrian, suaranya tegas meski sedikit bergetar. “Ini keluargaku. Aku tidak akan mundur.” Ketegangan di ruangan itu membuat Lina merasa tidak nyaman. I
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status