Share

33. HUKUMAN CAMBUK 2

Penulis: Evita Maria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-27 18:23:39

Du Fei terpaku, hatinya ngilu mendengar kata-kata Tetua Lin yang begitu dingin dan kejam. Selama ini, ia telah menganggap para tetua sebagai paman guru, figur yang ia hormati dan sayangi. Namun kenyataan pahit harus ia telan, mereka tak pernah sekalipun menganggapnya sebagai bagian dari keluarga besar Bu Tong Pai.

Shien Niao mencetuskan usulnya dengan nada tinggi agar semua orang mendengarnya, "Mengapa tidak kita serahkan saja dia ke pengadilan kota? Aku yakin dia pasti akan mendapatkan hukuman berat."

Biarawati Yun Hui mengangguk setuju, matanya masih menyala-nyala oleh amarah yang tertahan. "Baiklah," jawabnya singkat, suaranya sedingin es yang menusuk tulang. “Tapi sebelum ia dibawa pergi, biarkan Ming Mei mencambuknya lima puluh kali!”

Dua orang murid sekte Hoa San dengan sigap menghampiri Du Fei. Tanpa basa-basi, mereka mencengkeram lengannya dengan kuat, satu di kanan dan satu di kiri. Ia bisa merasakan jemari mereka yang kasar dan dingin menggigit kulitnya.

Dengan kasar, kedua
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
lamban.. kog 1 bab aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   34. RACUN BUNGA PENGENDALI ROH

    Ming Mei terpaku, matanya melebar karena kaget sekaligus merasa bersalah. "Ma-maaf!" ia tergagap, suaranya bergetar. Wajah yang tadinya penuh percaya diri kini berubah menjadi kebingungan dan malu.Para penonton mulai berbisik-bisik, beberapa memandang Ming Mei dengan tatapan curiga. Shien Niao sendiri memegangi pipinya yang terluka, sementara matanya menatap Ming Mei tajam, menahan rasa sakit dan kegeraman.Sementara itu, Du Fei perlahan mengangkat wajahnya. Mata yang tadinya terpejam menahan sakit kini terbuka, menatap pemandangan di hadapannya dengan sorot kebingungan yang sama. Untuk sesaat, rasa sakit di punggungnya terlupakan, digantikan oleh rasa heran.Suasana di halaman semakin tegang setelah insiden tak terduga itu. Biarawati Yun Hui, dengan wajah merah padam karena malu dan marah, menatap tajam ke arah Ming Mei, "Ming Mei, mengapa kau mengarahkan cambuk pada Tuan Shien?" "Guru, Murid juga tak tahu apa yang terjadi!" jawab Ming Mei panik. Air mata mulai menggenang di pelup

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   35. RACUN BUNGA PENGENDALI ROH 2

    Biarawati Yun Hui mengerutkan kening semakin dalam mendengar saran Han Ming. Dengan cepat, ia bergerak mendekati Ming Mei yang masih tak sadarkan diri di pangkuan Xiao Lin. Dengan hati-hati, ia menyibakkan rambut gadis itu, memeriksa tengkuknya dengan seksama."Astaga!" Seruan kaget Yun Hui mengejutkan orang-orang di sekelilingnya. Wajahnya memucat saat ia menemukan bintik luka keunguan di tengkuk Ming Mei, persis seperti yang digambarkan Han Ming. "Benar, ada luka keunguan di sini," ujarnya dengan suara bergetar."Sudah dapat dipastikan, murid Anda terkena racun Bunga Pengendali Roh,” ungkap Han Ming dengan nada serius, “hanya Datuk Racun Selatan yang memiliki racun seperti itu. Racun yang bisa mengendalikan gerakan mangsa dari jarak jauh."Para tamu dari berbagai sekte dunia persilatan mulai berbisik-bisik satu sama lain. Beberapa orang bahkan mulai memeriksa tengkuk mereka sendiri dengan panik."Jadi, Datuk Racun Selatan benar-benar ada di sekitar sini?" Mata elang Biarawati Yun Hu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   36. MENYELAMATKAN DU FEI

    Lin Mo melesat bagai anak panah, pedangnya terhunus tajam membelah angin. Mata berfokus pada sosok Du Fei, targetnya yang tak berdaya. Kaki-kakinya bergerak lincah, meninggalkan jejak debu tipis yang beterbangan. Tanpa ia sadari, sesosok bayangan hitam berkelebat di atas genting. Sosok itu bergerak turun seperti burung elang yang menukik mengincar mangsanya. Seakan berlomba dengan Lin Mo, bayangan itu juga melesat ke arah Du Fei dengan kecepatan tinggi.Memiliki ilmu meringankan tubuh yang jauh lebih sempurna, sosok misterius itu nyaris melayang di atas tanah. Gerakannya begitu ringan, seolah raganya terbuat dari kapas. Dalam sekejap mata, bayangan itu telah menggapai Du Fei lebih dulu. Tangan kekarnya dengan sigap merenggut bahu si pemuda, lalu membawanya terbang ke atas atap. Suara derit halus terdengar dari atap yang bergetar saat mereka mendarat, Begitu cepatnya gerakan sosok tadi, hingga netra Lin Mo yang tajam hanya mampu menangkapnya sebagai sekelebat bayangan yang lewat d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   37. MENYELAMATKAN DU FEI 2

    Biarawati Yun Hui menatap Chang Su penuh selidik, alisnya nyaris tertaut. Sesaat kemudian ia berseru dengan nada dingin dan tajam. "Sungguh besar nyalimu, Chang Su! Berani membuat kekacauan di dunia persilatan!"Han Tze menyambung perkataan Yun Hui, bibirnya melengkung membentuk senyum sinis. "Tidak heran, Ketua Hui!" ujarnya, nada suaranya mencemooh. "Chang Su adalah pendiri sekte hitam Iblis Bayangan, sekte yang pekerjaannya hanya merampok dan membunuh.""Ia sudah lama menghilang dari dunia persilatan," imbuh Han Ming geram. Matanya memancarkan kesedihan yang dalam saat ia melanjutkan, "Sampai sebulan yang lalu, tiba-tiba ia muncul di Wisma Pedang dan membunuh ayah kami."Sementara mereka berbicara, Chang Su hanya mendengarkan dengan santai. Bibirnya yang hitam menyeringai lebar, memperlihatkan deretan gigi yang menguning. Rambut abu-abunya yang sedikit berantakan, beriap-riap dipermainkan angin gunung, menambah kesan liar pada penampilannya. Ditambah kulit wajah yang pucat bagai m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   38. MENYELAMATKAN DU FEI 3

    Melihat para pendekar yang terdiam mendengar sindiran menohok Datuk Racun Selatan, Han Ming mengambil inisiatif. Ia maju selangkah, matanya menatap tajam ke arah Chang Su."Kau kira dengan permainan katamu, kami akan terpengaruh?" ujar pria berusia sekitar 30-an itu. Suaranya penuh dengan nada mencemooh. Ia mendengus pelan sebelum melanjutkan dengan nada geram, "Cepat serahkan obat penawar dan pemuda itu!"Han Tze, tak mau kalah, segera maju mendampingi kakaknya. Dengan sikap mengancam, ia berkata kepada Chang Su, "Kami tahu kau masih terluka dalam. Melawan kami sama saja mencari mati!"Mendengar gertakan itu, seringai yang sedari tadi menghiasi wajah Chang Su seketika lenyap. Sorot matanya berubah dingin, memancarkan aura ancaman yang tak kalah garang. "Kalian manusia-manusia licik!" desisnya, "maju semua kalau berani!"Kedua Han bersaudara saling melirik, seolah berkomunikasi tanpa kata. Sejenak mereka berpandangan, lalu saling mengangguk penuh arti. Sedetik berikutnya, dalam geraka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   39. MENYELAMATKAN DU FEI 4

    Biarawati Yun Hui yang mengamati dari bawah, dengan cepat menyadari bahwa kedua Han bersaudara tak mampu menghadapi Chang Su.Sosok kakek tua yang masih lincah dan mematikan itu tampaknya terlalu tangguh untuk mereka. Tiba-tiba sebuah pemikiran licik bermain di kepalanya, satu-satunya cara untuk meruntuhkan perlawanan kakek tua tersebut adalah dengan menyerang dari belakang.Begitu melihat ada kesempatan di mana Chang Su yang sedang berduel dengan Han Ming, membelakanginya, Yun Hui segera melenting naik ke atas atap. Dengan gerakan menukik, Biarawati Yun Hui menerjang ke arah Chang Su yang tengah sibuk meladeni serangan Han Ming.Du Fei, mengetahui gurunya dalam bahaya segera berteriak, “Awas, Guru!”Refleks, remaja pria itu bergerak maju menutupi punggung Chang Su dengan tubuhnya. Dengan tangan terentang, ia berdiri tegak menghalangi Yun Hui.Ketua Hoa Mei terkejut bukan kepalang oleh reaksi tak terduga Du Fei yang memilih menjadi tameng hidup gurunya, membentak dengan nada geram sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   40. PERTOLONGAN TAK TERDUGA

    "Aku sudah bilang tidak akan mati dengan mudah," pria tua itu tersenyum, suaranya serak, "mari pergi dari sini!"Tanpa membuang waktu, Du Fei segera memapah Chang Su. Mereka berjalan tertatih-tatih, meninggalkan area Bu Tong Pai yang kini berubah kacau. Suara-suara teriakan dan derap langkah kaki terdengar di belakang mereka, sepertinya Biarawati Yun Hui tak mau melepaskan mereka begitu saja."Tangkap mereka!" Suara teriakan Ketua Hoa Mei itu terdengar sampai jauh ke bawah bukit. Pedangnya teracung tinggi, siap menggerakkan para pengikutnya. Namun, ketika ia berusaha bangkit untuk memimpin pengejaran, tubuhnya tidak bisa diajak berkompromi. Kaki kiri terasa mati, menolak untuk bergerak sesuai keinginannya. Akibatnya, ia terhuyung ke depan dan jatuh kembali ke tanah.Mengetahui rekan mereka tak berdaya, sekitar delapan ketua sekte aliran putih yang tersisa mengambil inisiatif. Berlari melesat keluar gerbang Bu Tong Pai, mata mereka berfokus pada sosok Chang Su dan Du Fei yang semakin

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   41. SATU MURID DUA GURU

    "Berhenti!"Semua kepala menoleh ke arah asal suara. Di belakang mereka, berdiri seorang pria berpakaian compang-camping, akan tetapi memancarkan aura wibawa yang luar biasa. Da Ye, ketua Sekte Pengemis Kai Pang, telah tiba bersama sepuluh muridnya.Wajah Du Fei yang pucat karena mencemaskan Guru Chang, seketika berseri saat melihat sosok yang pernah menyelamatkan dirinya dari Lin Mo di kota Shiyan beberapa hari lalu."Delapan lawan satu? Sungguh tidak terhormat!" cela Da Ye, suaranya penuh kecaman.Delapan ketua sekte aliran putih terdiam, saling pandang dengan ragu. Meski Sekte Pengemis Kai Pang sering dipandang rendah oleh sekte-sekte besar, namun reputasi Da Ye sebagai pangeran bungsu negeri Qi yang meninggalkan segala kemewahan dan memilih jalan pengembaraan, membuat mereka segan untuk bertindak gegabah.Meski sedikit gentar, Ketua Khongtong tetap berusaha menjaga wibawa. Ia berkata dengan nada ketus, "Itu urusan kami!" Da Ye mendengus, matanya menatap tajam delapan pria angkuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30

Bab terbaru

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   256. MIMPI BURUK

    Udara dingin menampar wajah Du Fei saat ia tersentak bangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi kening dan punggungnya, napasnya terengah-engah seolah baru saja berlari berkilo-kilometer. Di depan matanya masih terbayang fragmen-fragmen mimpi buruk yang baru saja menghantuinya.*Naga hitam raksasa terbang di atas istana yang terbakar. Jeritan-jeritan memilukan. Darah mengucur seperti sungai di halaman istana. Du Fei berdiri di tengah kekacauan, memegang pedang yang meleleh di tangannya, tak berdaya menghadapi kehancuran total.*"Hanya mimpi," bisiknya pada diri sendiri, mengusap keringat di dahinya. "Hanya mimpi buruk."Namun, perasaan cemas tidak bisa dihilangkan begitu saja. Tiga malam berturut-turut ia bermimpi serupa—semua tentang kehancuran kerajaan, tentang kematian dan pengkhianatan.Du Fei beranjak dari pembaringannya yang sederhana, menatap keluar jendela kamar kecilnya di Benteng Bumi. Langit masih gelap, penuh bintang. Hamparan padang pasir membentang luas di kejauhan,

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   255. TERLAMBAT UNTUK MERUBAH RENCANA

    Di singgasana, di kursi yang biasa ditempati raja Yu Ping, Qi Lung duduk dengan sikap angkuh. Mengenakan jubah kebesaran berwarna biru tua dengan sulaman naga emas, ia tampak seperti raja muda yang baru dinobatkan.Di hadapannya, beberapa menteri dan pejabat tinggi berlutut dalam barisan rapi, wajah-wajah mereka menunduk dengan campuran rasa takut dan bingung. Sudah tiga hari Raja Yu Ping tidak muncul di aula penghadapan, dan Qi Lung dengan mudah mengambil alih tanpa perlawanan berarti."Laporan dari perbatasan utara, Yang Mulia," Mentri Wei membacakan gulungan yang dibukanya. "Hasil panen tahun ini diperkirakan akan meningkat dua puluh persen dari tahun lalu. Gudang-gudang beras kita akan penuh hingga musim dingin."Qi Lung mengangguk puas. "Kabar baik. Pastikan pasokan beras didistribusikan dengan baik ke seluruh wilayah.""Dan mengenai perjanjian dagang dengan Kerajaan Ming di timur," lanjut Mentri Wei, membuka gulungan lain. "Mereka mengajukan proposal untuk menurunkan pajak perda

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   254. KETAKUTAN QI LUNG

    Di istana, Raja Yu Ping terbaring gelisah di pembaringannya. Mimpi-mimpi buruk terus menghantui tidurnya—bayangan wajah-wajah yang menderita, jeritan-jeritan yang tak terdengar, dan sosok naga hitam yang mengintai dari kegelapan."Zhen Yi…," sang Raja mengigau, keringat dingin membasahi dahi. "Di mana... kau?"Xiao Lan, yang duduk di samping tempat tidur, mengelap keringat raja dengan kain lembap. Ekspresinya kosong, matanya hampa seolah jiwanya tidak hadir di sana.Pintu kamar terbuka perlahan, dan Qi Lung melangkah masuk. Ia mengenakan jubah tidur mewah berwarna biru tua dengan sulaman emas, tapi wajahnya tampak segar seolah belum akan tidur dalam waktu dekat."Bagaimana kondisinya?" tanya Qi Lung lirih, mendekati tempat tidur ayahnya."Masih sama," jawab Xiao Lan datar. "Racunnya bekerja seperti yang direncanakan. Ia terus bermimpi buruk, membuatnya tidak bisa beristirahat dengan tenang."Qi Lung mengangguk puas, "Sempurna. Sekarang di mana Yun Hao? Aku tidak melihatnya sejak sore

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   253. MENEMUI LIAN XI

    Hujan rintik-rintik membasahi jalanan kotaraja saat Yun Hao memacu kudanya menyusuri lorong-lorong sempit yang menjauh dari istana. Matahari nyaris terbenam sepenuhnya, menyisakan semburat oranye keunguan di langit barat. Ia mengenakan jubah hitam sederhana dengan tudung menutupi kepalanya—bukan pakaian yang biasa dikenakan seorang pangeran, tetapi sempurna untuk seseorang yang ingin bergerak tanpa menarik perhatian.Di belakangnya, istana megah dengan atap-atap merahnya berdiri angkuh, semakin mengecil seiring jarak yang ia tempuh. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Yun Hao merasa istana bukan lagi rumahnya—bukan lagi tempat yang aman. Sejak Qi Lung mengambil alih kekuasaan, dinding-dinding istana seolah menyimpan mata-mata di setiap sudutnya.Yun Hao membimbing kudanya memasuki wilayah kota yang lebih tua, di mana bangunan-bangunan kayu berjejer rapat dan papan-papan nama toko bergoyang tertiup angin malam. Jalanan semakin sepi, hanya beberapa pedagang yang sedang membereskan dag

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   252. Kekecewaan Yun Hao

    Matahari sudah mulai terbenam saat kereta tahanan berhenti di sebuah pos jaga di perbatasan antara wilayah hijau dan gurun pasir. Para pengawal menurunkan Zhen Yi, yang kakinya terasa kaku setelah seharian duduk di kereta yang sempit."Kita akan bermalam di sini," kata komandan pengawal. "Besok pagi-pagi sekali kita akan melanjutkan perjalanan ke Istana Pasir."Zhen Yi mengangguk. Ia tidak melihat gunanya melawan atau mencoba melarikan diri. Enam pengawal bersenjata lengkap mengawalnya, dan tidak ada tempat untuk bersembunyi di padang pasir yang terbentang luas di hadapannya.Komandan pengawal, seorang pria setengah baya, menatap Zhen Yi dengan ekspresi antara iba dan "Anda akan ditempatkan di kamar belakang, Pangeran," katanya, suaranya terdengar sedikit lebih lunak. "Tidak terlalu nyaman, tapi setidaknya lebih baik daripada sel tahanan.""Terima kasih," jawab Zhen Yi tulus. "Bolehkah tanganku dilepaskan? Sudah hampir sehari penuh terikat, dan aku tidak merasa nyaman."Komandan tamp

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   251. SAUDARA YANG TELAH BERUBAH

    Kereta tahanan bergerak lambat meninggalkan gerbang kota, roda kayunya berderit membelah jalanan berbatu. Di dalam kereta, Zhen Yi duduk bersandar pada dinding kayu yang kasar, tangannya masih terikat di belakang punggung.Melalui celah kecil di jeruji jendela, ia melihat kotaraja yang semakin mengecil di kejauhan—istana megah dengan atap-atap merah dan dinding putih yang selama ini menjadi rumahnya. Semua kenangan, semua kehidupannya, kini hanya tinggal titik kecil di cakrawala. Ia memejamkan mata, berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk."Kenapa, Qi Lung?" bisiknya pada diri sendiri. "Apa salahku padamu?"Kereta berguncang keras saat melewati lubang di jalan, membuat Zhen Yi terlempar ke depan. Pengawal yang duduk di ujung kereta menatapnya tanpa ekspresi, seolah membawa seorang pangeran ke pembuangan adalah tugas biasa."Bisakah tanganku dilepaskan?" tanya Zhen Yi dengan suara tenang. "Aku tidak akan kabur."Pengawal itu mendengus. "Maaf, Pangeran. Perintah langsung dari Pa

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   250 HUKUMAN PENGASINGAN

    Di antara para pejabat, beberapa mulai berbisik-bisik. Beberapa menunjukkan ekspresi ragu, sementara yang lain tampak terkejut dan kecewa."Siapa yang menjebakmu, Pangeran Zhen Yi?" tanya Menteri Wei dengan sikap hati-hati. "Dan untuk tujuan apa?"Sebelum Zhen Yi bisa menjawab, terdengar keributan di luar aula. Suara teriakan dan hentakan langkah kaki saling bersahutan."Aku ingin masuk! Lepaskan aku!" Suara Yun Hao terdengar dari balik pintu. "Aku berhak menghadiri pengadilan saudaraku!""Lanjutkan sidang!" perintah Qi Lung dengan tenang. "Pengawal, pastikan tidak ada gangguan dari luar!"Suara keributan terus berlanjut beberapa saat sebelum akhirnya mereda—tanda bahwa Yun Hao telah berhasil disingkirkan dari area tersebut."Kau tidak bisa melakukan ini, Qi Lung," kata Zhen Yi, matanya menatap lurus ke arah saudaranya. "Ayah akan mengetahui kebenaran. Semua orang juga akan tahu bahwa aku tidak bersalah."Qi Lung tersenyum tipis. "Ayahanda sedang sakit parah, Adikku. Dan sulit dipasti

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   249. PENGADILAN UNTUK ZHEN YI

    Qi Lung berdiri di depan cermin besar yang terbuat dari perunggu mengkilap. Jari-jarinya yang panjang merapikan jubah kebesaran kaisar berwarna emas dengan bordiran naga hitam—jubah yang seharusnya hanya dikenakan oleh Raja Yu Ping. Ia menarik napas dalam-dalam, menikmati sensasi kain sutra berkualitas tertinggi yang menyentuh kulitnya, serta beban mahkota raja yang terasa pas di kepalanya."Apakah semuanya sudah siap?" tanya Qi Lung tanpa menoleh ke belakang, tatapannya masih terpaku pada refleksi dirinya di cermin.Kasim kepala membungkuk dalam-dalam. "Sudah, Yang Mulia. Aula Keadilan Langit telah disiapkan sesuai perintah. Para menteri dan pejabat tinggi telah dikumpulkan.""Dan tahanan kita?""Pangeran Zhen Yi sedang dibawa ke aula. Ia masih... belum sepenuhnya sadar, Yang Mulia."Senyum tipis tersungging di bibir Qi Lung. "Sempurna." Ia berbalik, merapikan sedikit lagi jubahnya. "Dan pastikan tidak ada yang menginterupsi sidang hari ini. Terutama Pangeran Yun Hao.""Hamba menger

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   248. SINGA YANG TAK BERDAYA

    Kabut tipis melayang di atas taman istana, menyelimuti paviliun-paviliun dan kolam teratai dalam kehampaan pagi yang sunyi. Tidak ada kicauan burung, tidak ada bisikan angin—seolah seluruh istana menahan napas, menunggu dalam kecemasan. Para dayang dan kasim berjalan hampir tanpa suara di sepanjang koridor yang mengarah ke paviliun tempat Raja Yu Ping terbaring sakit.Di dalam kamar utama yang luas, hawa dingin menyelinap melalui celah-celah jendela meskipun beberapa tungku pemanas telah dinyalakan. Tirai-tirai sutra merah keemasan menutupi jendela, membuat ruangan temaram meski matahari sudah merangkak naik di langit pagi. Di atas pembaringan megah berlapis sutra, Raja Yu Ping terbaring lemah. Wajahnya yang biasanya tegas dan berwibawa kini pucat, dengan lingkaran hitam di bawah matanya yang tertutup. Napasnya berat dan tidak teratur, kadang tersengal seolah setiap tarikan udara membutuhkan usaha besar. Keringat dingin membasahi dahinya meskipun udara di ruangan terasa sejuk.Di sam

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status