STATUS WA ADIK IPARKU 16"Riris!"Aku dan Radit serempak menghentikan langkah. Di ambang pintu, Riris tampak berdiri di atas kursi. Sebuah jarik menjulur dari atas ventilasi, membentuk jerat yang siap mencekik lehernya. Dia menangis terisak-isak sambil mengalungkan kain jarik yang biasa digunakan Ibu untuk menggendong Kayla."Apa-apaan kamu?!" Bentak Radit.Riris menatap Radit dengan wajah nelangsa. Dia mungkin tak mengira bahwa kebusukannya terbongkar secepat ini."Kalau Mas nggak mau memaafkan aku, lebih baik aku mati saja. Biar hidup Mas nggak tenang karena terbayang-bayang kematianku."Riris berkata begitu sambil menangis terisak-isak. Air mata dan ingus berlomba turun membasahi wajahnya. Aku menatapnya, tersenyum sinis. Dalam keadaan seperti itu, dia malah mengancam Radit. Oke drama queen, kita lihat sampai dimana keberanianmu menggertak adikku."Aku nggak bisa, istri yang sudah berzina dengan lelaki lain, sah untuk diceraikan. Bahkan membunuh kalian berdua pun halal bagiku."Sua
STATUS WA ADIK IPARKU 17"Usia kehamilan dua belas minggu, janin dan ibunya sehat ya. Selamat Pak Radit."Dokter sp-OG yang memeriksa Riris tersenyum, namun wajahnya kemudian berubah setelah melihat lelaki di depannya, bukannya senang, malah tampak kaku. Sang dokter mungkin mengira bahwa adikku tak menginginkan kehamilan kedua istrinya. Dia tentu saja tak tahu.Setelah hasil pemeriksaan darah di klinik yang dilakukan oleh Dokter Nayla ternyata positif, dia meminta kami membawa Riris ke dokter kandungan untuk mengetahui usia kehamilannya secara pasti karena kliniknya adalah klinik umum, tak ada alat USG. Maka, setelah Riris siuman, tanpa menunggu lagi, malam ini juga kami membawa Riris ke praktek dokter sp-OG tempatku dan Mas Reno periksa. Dokternya hampir tutup karena sudah jam sepuluh malam, tapi Radit memaksa, bahkan memohon-mohon. Dan kini, reaksinya membuat sangat dokter emosi."Anda tidak menyukai kehamilan istri anda?"Radit masih diam, sementara Riris yang duduk sambil menunduk
STATUS WA ADIK IPARKU 18PoV RIRISAku memandangi mobil itu pergi dengan hati hancur. Musnah sudah harapanku mendapat maaf dari Mas Radit, kata talak telah terucap, dan dengan semua kesalahan yang telah kulakuan, aku tahu tak akan ada lagi celah bagiku untuk kembali.Semua ini karena Mbak Andin. Seandainya dia tak terlalu kepo dengan hidupku, ini semua tak akan terjadi."Masuk!"Aku tersentak, membalik tubuh dan mendapati wajah murka Mama, yang kutakutkan selama ini. Wajah yang membuatku nyaris tak pernah pulang.Aku masuk kembali ke dalam rumah dengan langkah gemetar. Mama langsung membanting pintu dengan keras, membuat kaca-kaca rumah terasa bergetar. Sama seperti hatiku yang mulai gentar."Dasar anak setan! Kau mau membuatku malu? Sejak dulu, kau hanya menyusahkan. Aku sudah senang kau menikahi orang kaya, pergi dari rumah ini dan tak perlu lagi berhubungan dengan kami. Tapi kau dipulangkan suami karena hamil anak orang. Sungguh memalukan. Kau melempar kotoran ke mukaku!"Aku menja
STATUS WA ADIK IPARKU 19PoV RIRISAku terbangun dengan linglung, merasakan cahaya lampu dari teras luar kamar menembus ke dalam. Aku berguling lagi, dan memejamkan mata kembali. Sesaat, aku masih merasa bahwa ini rumahku, rumah Ibu. Kuraba sisi kanan kasur, mencari Mas Radit. Bukankah dia kemarin masih di rumah? Tapi kosong. Aku justru terkejut mendapati rasa yang berbeda di tempat yang kutiduri. Seketika, aku melompat bangun, mengabaikan sedikit rasa tak nyaman di perut. Lalu menyadari, bahwa aku ada di tempat asing."Tidurlah, kau kelihatan sangat lelah. Nanti malam aku akan memanggil penghulu untuk menikahkan kita."Suara itu terngiang di telinga. Kalimat terakhir yang kudengar sebelum terlelap dan berakhir di alam mimpi. Rasanya, aku mendengarnya sudah sangat lama, tadi pagi, saat matahari baru saja akan naik. Dan ini sudah malam. Bagaimana aku bisa tidur selama ini?Aku berdiri, dan terhuyung-huyung karena pusing yang tiba-tiba menyergap. Dadaku berdegup kencang menyadari aku be
STATUS WA ADIK IPARKU 20PoV ANDIN"Katakan pada Kayla, bahwa Ibunya sudah mati."Suara itu penuh dendam. Aku tercekat sesaat, dan ketika tersadar, aku berlari mengejarnya. Dia baru saja masuk ke dalam sebuah mobil Alphard putih yang mulus. Entah apa yang terjadi padanya, dan siapa lelaki itu, yang jelas aku tahu bahwa Riris terpaksa pergi. Dia tadi berlari menghindari kejaran si lelaki, lalu kenapa dia tiba-tiba berubah pikiran?Apapun itu, aku harus mencegah dia pergi. Sejahat-jahatnya dia, dia masih punya Kayla."Riris… Riris, buka pintunya."Mobil itu siap melaju. Sekilas, dari kaca jendela yang terbuka, seorang wanita setengah baya dengan penampilan elegan memeluknya. Wajah Riris yang kaku tanpa ekspresi itu lalu menghilang dibalik kaca jendela yang gelap. Namun di dalam ingatan, aku menyimpannya, menyimpan dua wajah terakhir yang kulihat.Apa yang terjadi denganmu, Ris? Bukankah seharusnya kau ada di rumahmu?Aku pulang dengan hati galau, setelah mengantarkan Ema dan Astrid kemb
STATUS WA ADIK IPARKU 21Suara bel panjang berbunyi, tanda berakhirnya jam belajar bagi anak-anak TK Pelangi. Aku berdiri, ketika ruang kelas paling ujung terbuka, Anak-anak yang baru saja melewati usia balita keluar dengan tertib. Satu persatu mencium tangan Bu Gurunya yang menunggu di depan pintu. Satu, dua, tiga… lalu, dia yang kutunggu muncul. Gadis kecil rupawan, dengan kulit sebening pualam dan rambut sebahu yang ikal seperti per, yang bergerak kesana kemari setiap kali dia bergerak. Mata bulat jernih itu mencari-cari, dan ketika dia melihatku, senyum secerah mentari terbit dari bibirnya yang mungil."Mama!"…Prang!Suara kaca pecah memenuhi gendang telinga, aku terlonjak bangun dengan dada berdegup kencang. Sosok gadis kecil itu sempurna menghilang. Ternyata aku hanya bermimpi. Mimpi yang sangat indah dan harus dibangunkan paksa oleh suara sesuatu yang kini membuat jantungku berdetak makin kencang.Aku meraih ponsel di atas nakas, melihat jam, ternyata baru saja lewat tengah m
STATUS WA ADIK IPARKU 22ENAM BULAN KEMUDIAN"Mas, kamu nggak beli alat test pack? Punyaku habis."Aku menyambut Mas Reno yang baru pulang dari kantor, membantunya membuka jas, mengendurkan dasi dan menyuruhnya duduk. Segelas jus tomat sudah menunggunya. Mas Reno tersenyum, melihat wajahku yang khawatir. Dia mengusap kepalaku sejenak. Diteguknya jus dalam gelas, lalu dia menepuk kursi di sebelahnya."Duduk dulu."Aku nyaris lupa nasehat Mama. Jangan minta apapun pada suami yang baru pulang kerja. Tapi rasanya aku tak sabar lagi. Baru kusadari bahwa aku terlambat bulan, meski hanya empat hari.Aku duduk di sampingnya. Menghirup aroma tubuhnya yang tetap segar meski seharian bekerja. Entah mengapa akhir-akhir ini aroma tubuhnya menjadi candu bagiku."Andin, bisakah kita hidup tanpa benda itu lagi?""Benda apa?" Aku memasukkan kepalaku ke dalam pelukannya. Ah, kenapa rasanya nyaman sekali?"Benda yang baru saja kau tanyakan.""Testpack? Alat tes kehamilan?" Aku mengangkat kepala.Mas Ren
STATUS WA ADIK IPARKU 23Aku mulai mengurangi kegiatan di Butik, lebih banyak berada di rumah. Meski belum memastikan kandungan ke dokter, aku berusaha menjaga diriku sendiri. Minum susu hamil, lebih banyak makan buah, sayur dan segala protein. Aku mencari referensi dari internet bagaimana sebaiknya jika seorang ibu hamil muda. Sejauh ini, aku tak mengalami kendala. Mual muntah hanya kualami ketika aku melihat hal-hal yang menjijikkan. Aku merasa sehat, segar dan bugar. Sungguh, luar biasa Allah merencanakan semua ini bagiku.Satu hal yang sangat aneh adalah, aroma Mas Reno menjadi candu. Dia jadi lebih sering pulang ke rumah karena aku kerap meneleponnya. Aku tak bisa menahan diri jika tiba-tiba saja aku ingin dipeluk, ingin menghirup aroma tubuhnya. Tidur bersembunyi dalam pelukannya adalah hobiku. Untung saja kantor Mas Reno dekat. Dia jadi pulang setiap istirahat siang, hanya sekedar untuk memelukku.Dan ketika dua minggu kemudian kami pergi ke dokter Budi, dokter yang dulu menjad