Bismillah
"SUAMI DARI ALAM LAIN"
#Part_39
#by: R.D.Lestari.
"Indriiii," Ibu dan Ayah bangkit berbarengan dari duduknya dan berlari ke arah Indri dengan tergesa.
Bukkk!
Tubuh Indri mereka peluk dengan erat. Tangis mereka pecah, hanya Indri yang tampak diam tak banyak bicara. Indri bingung mengapa semua orang hari ini bertingkah aneh kepadanya.
"Ayo, Bu, Ayah, kita duduk dulu," ajak Bima sopan. Ayah dan Ibu segera menyeka airmatanya dan berjalan ke arah kursi yang mereka duduki tadi.
Tangan Ibu tak pernah lepas dari Indri. Indri tak henti-hentinya tersenyum melihat Ibu dan Ayah ada di rumah Bima bersamanya.
"Alhamdulillah, Indri sudah mengingat kita kembali, racun yang masuk kalah dengan penawar, mungkin karena tubuh Indri memang kuat dan keinginan sembuhnya juga besar," papar Bima.
"Alhamdulillah, jadi bi
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#Part_40# by: R.D. Lestari. Angin malam berhembus pelan, menyibak rambut hitam Indri yang tergerai, bulu matanya yang lentik ikut bergoyang, Bima menatap Indri dengan penuh pesona. Istrinya nampak amat cantik di bawah pendar cahaya bulan. "Akhhh," rintih Indri pelan, tubuh nya bergetar hebat. Matanya tetap menutup sempurna. Dari balik punggungnya keluar sayap berwarna putih, ia terengah saat sayap itu mengepak pelan. Perlahan ia membuka matanya, manik coklat itu berubah biru dan rambut hitamnya berganti pirang. Wajah Indri bersinar tanpa noda. "Sayang, kamu nampak amat menakjubkan," Bima memandang Indri dengan berdecak kagum. Indri tersipu malu saat suami tampannya itu melingkarkan tangan kanannya di pinggang. Manik biru itu saling beradu pandang. Cup! Sa
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_41# by: R.D. Lestari. "Silva?" Netra Indri membulat sempurna. Wanita yang dulu pernah menculiknya kini hadir di hadapannya. Dengan tatapan nyalang, ia melirik Indri yang saat itu terdiam menatapnya. "Kamu datang juga, Bima?" "Ya, aku rasa tak ada gunanya menyimpan dendam. Benarkan, Sayang?" Bima menatap Indri dengan senyum yang terkembang. Ia ingin menunjukkan pada semua orang betapa ia amat mencintai istrinya itu. Indri mengangguk pelan. Silva melirik sinis ke arah Indri. Menunjukkan ketidak sukaan pada rivalnya itu. "Hai, Sayang. Kamu di sini rupanya?" seorang lelaki jangkung dengan brewok yang lumayan tebal menghampiri Silvia, ia menatap Wanita berpostur ramping itu dengan mesra. "Hai, Sayang. Iya, aku menemui teman lamaku ini," Silva bergelayut manja di tangan l
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#Part_39#by: R.D.Lestari. "Indriiii," Ibu dan Ayah bangkit berbarengan dari duduknya dan berlari ke arah Indri dengan tergesa. Bukkk! Tubuh Indri mereka peluk dengan erat. Tangis mereka pecah, hanya Indri yang tampak diam tak banyak bicara. Indri bingung mengapa semua orang hari ini bertingkah aneh kepadanya. "Ayo, Bu, Ayah, kita duduk dulu," ajak Bima sopan. Ayah dan Ibu segera menyeka airmatanya dan berjalan ke arah kursi yang mereka duduki tadi. Tangan Ibu tak pernah lepas dari Indri. Indri tak henti-hentinya tersenyum melihat Ibu dan Ayah ada di rumah Bima bersamanya. "Alhamdulillah, Indri sudah mengingat kita kembali, racun yang masuk kalah dengan penawar, mungkin karena tubuh Indri memang kuat dan keinginan sembuhnya juga besar," papar Bima. "Alhamdulillah, jadi bi
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_43#by: R.D.Lestari. Drap-drap-drap! Dari arah luar kamar terdengar suara kaki bersahut-sahutan. Terdengar sibuk dan mencurigakan. Indri menghapus airmatanya dan perlahan turun dari peraduan. Melangkah pelan ke arah pintu kamar. "Gawat! keadaan Bima semakin mengkhawatirkan," lirih terdengar suara seseorang menyebut nama Bima saat Indri mendekatkan telinganya di pintu. Jantung Indri memacu cepat, tubuh nya lemas mendengar kabar suaminya yang berada di ujung kematian. Dok-dok-dok! "Lepaskan aku! aku ingin melihat suamiku!" berulang kali Indri mengetuk pintu dan berteriak nyaring agar ada yang membuka pintu. Senyap. Keadaan tiba-tiba senyap. Tak ada sedikitpun suara. Hanya terdengar deritan ranjang rumah sakit yang bergerak, di bawa entah kemana. Indri luruh di a
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_44#by: R.D.Lestari. Dan ... aku melihat Silva sudah berdiri bersama Deren dan beberapa orang sedang mengelilingi Bima, suamiku yang masih terdiam tak bergerak. Matanya tertutup rapat, hanya dadanya yang naik turun sebagai tanda ia masih hidup. Aku menatap dengan tubuh terpaku melihat suamiku bak bahan percobaan, mereka berulang kali memeriksa tubuh Bima yang masih tak bergerak. Sengaja kuperhatikan untuk mencari waktu yang tepat. "Darahmu sudah kumasukkan ke dalam cangkir perak. Kau bisa segera meminumkannya sebelum ia benar-benar tewas! ha-ha-ha, dan dia akan jadi milikmu selamanya," suara Deren terdengar lantang walau berada di tempat terbuka seperti ini. "Dan kau bisa memiliki Indri seutuhnya! ha-ha-ha, kita memang hebat, Kak," Silva tertawa riang bersama Deren, lelaki licik yang berpura-pura
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_45#by: R.D.Lestari. Ku tarik kepala Deren hingga lelaki berparas lumayan tampan itu tersentak karenanya. Masih di dalam cengkeraman tanganku, ku hempasan begitu saja kepala nya hingga ia limbung dan jatuh ke lantai dengan kepala yang membentur lantai marmer mengkilat dan kepalanya mengeluarkan darah segar. "Akhhh, sialan kau!" "Ha-ha-ha, kenapa? kau salah mencintai wanita, hah? kau yang memulai, Der. Kebaikanmu kuanggap impas karena aku tak akan membunuhmu!" "Tapi, tidak dengan adikmu ini ! Dia harus membayar mahal karena perbuatannya ! sudah dua kali ia membuatku dan Bima di ujung kematian! tidak akan kubiarkan ketiga kalinya!s suaraku menggema membuat siapa pun yang mendengar merinding ketakutan. "Kau tak akan bisa membunuhku ! Aku makhluk abadi!" Silva mencemoohku. Darahku berdesir deras karenanya.&
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_46#by: R.D.Lestari. "Sayang ....," kurasa airmataku ini tak akan pernah kering. Ku peluk tubuh kaku itu tanpa henti. Berharap ada ke ajaiban yang akan datang. Aku luruh dengan bersimbah bulir bening yang sulit di bandung. "Bangun ! bangunlah, Sayang !" berulang kali ku goyang tubuh itu, berharap ia segera bangun, tapi nihil. Ia tetap terdiam membisu. Pandanganku mengarah ke atas langit, bulan kembali menampakkan pesonanya. Kabut mendung berangsur lenyap menyisakan bulan penuh dengan sinar yang berpendar indah. Ku seka bulir bening yang masih menyisa di pipi, aku yakin akan adanya keajaiban. Jika memang sudah habis waktunya, aku ingin ikut pergi bersamanya. Biarlah cinta kami kekal di surga. Di bawah pendar cahaya bulan berwarna kuning keemasan, ku angkat tangan kiriku tinggi-tinggi, di sampi
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_47#by: R.D.Lestari. "Kenapa dengan Indri, Bima?" raut penuh kekhawatiran terpancar jelas di wajah Ibu ketika aku memasuki rumah. Semua orang di ruangan itu menatap Indri dengan cemas. Bagaimana tidak? tubuh ramping di pelukanku saat ini penuh darah yang sudah mulai mengering. "Indri terlibat pertarungan dengan Deren dan Silva. Itulah yang terakhir ku ketahui," jawabku. "Pertarungan?" "Ya, dan Ibu tak perlu khawatir. Indri hanya pingsan, Bu," "Saya mohon izin, Bu. Saya mau membawa Indri biar beristirahat di kamar dulu," ujarku. Ibu dan yang lainnya mengangguk. Rasa penasaran mungkin menelusup di hati mereka, aku tahu itu. Namun, tak mungkin kuungkap saat ini juga, karena keadaan tidak memungkinkan. Gegas kubawa Indri masuk ke dalam kamar, hanya Anima yang kuizinkan