FAZER LOGIN“Kita sampai. Ayo!” Ujar Kenshi saat mobil yang mereka tumpangi berhenti.Hari itu Kenshi mengajak Mayang untuk pergi mengunjungi keluarganya di rumah orang tua Kenshi, sebelum acara pernikahan tiba.Mayang menyapu pandangannya keluar mobil.Mobil mereka berada di sebuah halaman luas yang dipagari tanaman dan pepohonan perdu yang telah dimodifikasi menjadi bonsai-bonsai yang unik. Beberapa tanaman mengakar ke dalam tanah dan sebagian lainnya masih berada dalam pot dengan ukiran yang khas.Warna hijau tanaman berdampingan kontras dengan jalanan berwarna hitam legam yang tampak bersih tanpa sehelai daun jatuh. Bisa ditebak sang empunya pasti mempekerjakan ahli taman dan tukang bersih-bersih dengan gaji yang lumayan mahal.Mayang sebenarnya masih canggung untuk bertemu dengan keluarga Kenshi yang memang belum pernah ia temui sejak datang ke negeri Sakura ini. Namun pertemuan ini juga sebagai salah satu media pertemuan dua keluarga yang beberapa hari akan dipersatukan menjadi sebuah kelua
“Kenshi, apa yang kamu lakukan disini? Sebaiknya kamu kembali!” Nyonya Kori tiba-tiba menghadang di depan Kenshi.“Nyonya, saya mohon, jangan terburu-buru!” Sergah Kenshi cepat.“Kami harus segera kembali ke Indonesia, jika tidak, mungkin semua terlambat.” Kory terlihat panik. “Nyonya, tenangkan diri anda dulu. Sekretaris Harita akan menjelaskan semuanya.”Kulihat Nyonya Cory masih ragu."Apa lagi yang harus dijelaskan?" Ungkap wanita itu menarik nafasnya berat.“Anda tenang dulu Nyonya, semua akan baik-baik saja.” Kenshi mencoba meyakinkan sambil menepuk bahu wanita itu. "Saya yakin, Tuan Hadiwijaya mempunyai pandangan yang sama dengan saya. Beliau sudah menemui ayah saya beberapa hari yang lalu."Kory menatap Kenshi tak percaya, namun mau tak mau ia hanya bisa mengikuti saat sekretaris Hirata mengajaknya berbicara di tempat terpisah. Mayang tengah duduk di salah satu bangku lounge saat Kenshi menghampiri. Wajahnya masih terlihat pucat, bibirnya kering, lingkar hitam di sekitar ma
Satu per satu terlihat pesawat lepas landas di bandara Narita. Tatapan Mayang tampak sayu dan kosong saat berada di deretan kursi tunggu. Siang ini, ia akan kembali ke tanah air setelah hampir seminggu ia terbaring di rumah sakit. Sang mama yang berada di sampingnya, masih sibuk dengan ponselnya dan beberapa kali terlihat berbicara di telpon.Wajah Mayang masih tampak pucat karena belum sepenuhnya pulih selepas menginap di rumah sakit beberapa hari lalu. Namun mereka tetap harus berangkat karena tiket pesawat yang sudah terlanjur dipesan.“Apa masih terasa sakit, sayang?” Sang mama mengusap punggungnya.“Udah gak terlalu, ma!” Sahut Mayang menggeleng dengan suara lemah dan pikirannya yang tak menentu.“Apa mau makan atau minum sesuatu? Biar mama belikan!”Mayang kembali menggeleng. Nafsu makannya belum kembali seperti semula. Hanya pikirannya yang menanggapi pertanyaan mamanya. Akhirnya wanita itu hanya menghela nafasnya berat. Percakapan kemarin dengan Kenshi masih terus terngiang d
Kenshi menunggui Mayang masih belum sadarkan diri di rumah sakit. Beberapa saat kemudian kedua orang tuanya datang.“Mayang, sadarlah, sayang! Ini mama.” Kori segera menghambur ke dekat tubuh Mayang yang terbaring lemah di atas ranjang pasien.“Kenshi, apa yang terjadi?” Aryo masih tampak panik saat masuk dan melihat kondisi putrinya. “Saya menemukan Mayang di pantai Odaiba.”“Hah, bagaimana dia bisa sampai ke sana?” Aryo tak percaya.Kenshi ingin memberi menjelaskan tapi urung ketika lelaki baya itu sudah mengusap wajahnya yang basah oleh air mata.Kenshi menyaksikan kedua orang yang selama ini telah menjadi rekan bisnis keluarganya, tengah menangisi putri mereka yang kini terbaring lemah. "Mayang sayang, bangun nak!" Suara nyonya Kory terdengar lirih. Kenshi bisa melihat bagaimana pasangan itu begitu panik dan khawatir dengan kondisi putri mereka satu-satunya.Ia memutuskan keluar dari kamar rawat lalu menghubungi seseorang.“Tolong urus administrasi rumah sakit St. Luke. Cari inf
Mayang POVUjung mataku menangkap seseorang ikut duduk di samping bangku yang kutempati. Reflek aku menoleh sekedar mencari tahu.“Kenshi? Apa yang kamu lakukan di sini?”Aku terlonjak kaget menyadari orang disisiku ini adalah Kenshi. Laki-laki yang baru saja ingin kuhilangkan dari pikiranku, ternyata berada disini, tepat di sampingku. Aku pun celingukan heran.“Hanya ingin menghirup udara segar!” Suara Kenshi terdengar datar.Hmm...ya...mungkin dia masih marah. Suaranya masih terdengar dingin seperti kemarin.Walau masih terkejut karena kehadirannya yang tiba-tiba, aku hanya menelan ludah karena tenggorokanku rasanya tercekat.“Apa disini cukup nyaman?” Tanyanya tiba-tiba, masih tanpa menatapku lain dari yang biasa dia lakukan.“Ehm…ya.” Aku pun hanya menjawab sekenanya lalu berpaling darinya.Pertanyaan apa itu? Apa itu semacam perhatian atau hanya basa basi belaka. Sungguh, meski sempat takut, tapi aku sangat ingin melihat wajahnya lagi. Entah perasaan apa lagi ini, aku pun mema
“Moshi moshi!”“Kenshi...apa Mayang menemuimu?” Kenshi segera menyadari suara diujung telpon.“Ya, Nyonya. Kemarin saya bertemu hanya sebentar. Apa ada masalah?”“Mayang belum kembali ke kamar sejak semalam!” Suara Nyonya Kori terdengar gusar lalu diiringi isak tangisnya.Deg. Dada Kenshi tiba-tiba berdegup kencang.“Semalam?”, Kenshi lantas berdiri dari kursinya,”Apa dia tidak bisa dihubungi?” Tanyanya.“Tidak. Dia tidak membawa ponsel, koper ataupun pakaiannya. Semuanya masih di hotel. Sepertinya dia hanya membawa tas tangan. Kenshi, maaf mengganggumu. Kami pikir, mungkin dia menemuimu.” Suara diujung telepon tiba-tiba terputus.Kenshi mencoba berpikir sejenak. Gadis itu baru pertama kali ke Tokyo, belum banyak tempat yang bisa dia kunjungi, terlebih lagi tidak ada sanak familinya disini.*Kenshi sempat terpukul dengan pembatalan sepihak itu. Bagaimana pun semua kejadian itu tidak terduga. Tak dapat dipungkiri perasaannya yang tidak menentu membuatnya segera menemui sang ayah, oran







