Masuk“Are you OK?” Tanya Kenshi cemas ketika memapah gadis disisinya ke salah satu kursi kosong di luar wahana gondola.
Wajah Mayang masih pias setelah tubuhnya hampir terjungkal. Beruntung tadi Kenshi sigap menangkap tubuhnya.
Kenshi menduga, gadis itu ada phobia dengan ketinggian atau permainan pemicu Adrenalin. Dia tak menyangka jika Mayang memberanikan diri menaiki bianglala raksasa itu.
“Tunggu di sini!” Kenshi menuju salah satu kedai yang letaknya tak jauh.
“Kamu tidak apa-apa, kan?” Kenshi menepuk bahu Mayang sembari menyodorkan botol minuman. Namun gadis itu masih diam tak berkutik.
“Nona Mayang!” Serunya lagi sambil mengibaskan tangan di muka Mayang. Mayang terkesiap dan hanya tertegun menatap wajah Kenshi yang tengah berjongkok di hadapannya.
“Oh, I'm OK!” Mayang gelagapan lalu segera meraih botol minuman yang disodorkan Kenshi dan menyeruput isinya.
Mayang mencoba menata hatinya. Rasa kagetnya kini berganti dengan desiran aneh di dadanya tiap kali ia bersitatap dengan Kenshi.
“Baiklah, tunggu!” Kenshi terlihat bangkit dari posisinya membuat Mayang heran.
“Apa katamu? Hei, kita mau kemana?” Ia bangkit mengejar Kenshi yang berjalan meninggalkannya.
“Hotel!” Sahut Kenshi datar.
“Eh, tapi…” Mayang urung bertanya. Tiba-tiba ia merasa bersalah usai kecerobohannya tadi.
Mayang masih mengekor di belakang Kenshi dengan wajah memberengut. Ia belum berani menegur laki-laki di sebelahnya yang mungkin kesal.
Namun kejadian di luar gondola tadi juga masih begitu jelas di kepalanya. Kalau saja lelaki itu tidak menangkap tubuhnya, dia pasti sudah terjatuh dan luka-luka.
“Sebenarnya...tiket ini sayang sekali!" Kenshi memperlambat langkahnya sambil mengeluarkan dua lembar kertas dari saku jasnya lalu menyodorkannya ke muka Mayang.
Gadis itu mengambil tiket sembari melongo heran. Ia kembali menyusul langkah Kenshi sambil mencermati tulisan di lembaran tiket yang ia pegang.
“Tunggu...tunggu...Kenshi...berapa harga tiket ini?” Mayang berusaha menjajari langkah lebar Kenshi meski itu percuma.
“3900 Yen!” Jawab Kenshi.
“Berapa kira-kira jika dirupiahkan?” Tanya Mayang sambil menghitung dengan jarinya dan memperlambat langkahnya.
“500” Kenshi mendadak menghentikan langkahnya membuat Mayang menubruk punggung pria itu. Mayang jadi gelagapan sedangkan Kenshi hanya tersenyum geli sambil memperlihatkan layar ponselnya.
“500 ribu” Pekik Mayang sambil membelalakkan matanya. Bagaimana mungkin dengan tiket semahal itu hanya dipergunakan untuk 1 wahana saja? Otak Mayang berputar.
“Apa? Apa kita harus segera kembali ke hotel? Apa kamu ada pekerjaan?” Buru Mayang penasaran begitu mereka hampir sampai di dekat pintu keluar.
“Tidak. Apa Nona mau kembali ke hotel?” Kenshi menoleh lalu menarik nafasnya. Bagaimanapun, ia menikmati kebersamaannya bersama gadis Indonesia itu dan berharap bisa berlama-lama dengannya.
Mayang menggigit salah satu sisi bibirnya.
'Tidak ada salahnya kan kalau mencoba wahana lain, toh ada Kenshi yang menemaninya.' Pikirnya.
Ragu-ragu ia menarik lengan baju Kenshi.
“Apa kita masih bisa kembali?” Mayang menunjuk ke arah wahana lain,”maksudku, mungkin tak ada salahnya melihat atraksi lainnya, yang tidak terlalu ekstrim.” Lanjutnya setengah merajuk sambil nyengir memperlihatkan giginya yang rapi.
Kenshi menyunggingkan senyumnya.“Kamu yakin akan baik-baik saja?” Tanyanya.
Meski masih terlihat bias ketakutan di wajah Mayang, dilihatnya gadis itu mengangguk mantap.
“Haik…chotto...” Tanpa pikir panjang ia menarik tangan Mayang, takut gadis itu berubah pikiran.
Sempat kaget dengan reaksi spontan Kenshi itu namun Mayang hanya mengikutinya. Dan tak lama ia bisa menikmati wahana-wahana lain yang tanpa rasa takut dan mengabadikan moment itu dalam jepretan ponselnya.
Mereka mengitari wahana di zona lain yang belum sempat mereka kunjungi. Arena Water Slide dan Water Symphony yang merupakan pertunjukkan air menari, tentu saja membuat Mayang terkagum-kagum. Selama ini ia hanya melihatnya di televisi.
Menjelang siang, untuk melepas lelah, Kenshi mengajak Mayang ke salah satu resto cepat saji yang ramai pengunjung karena masuk jam makan siang. Beruntung saat mereka datang ada meja kosong yang baru saja ditinggalkan.
Sambil menunggu, Mayang tampak asyik melihat-lihat hasil jepretannya. Kenshi yang datang dengan nampan pesanan ikut duduk di kursi sebelah Mayang. Tanpa cangung Mayang menunjukkan hasil jepretannya pada Kenshi. Kenshi menanggapinya senatural mungkin sambil sesekali memberinya komentar. Dilihatnya gadis itu sudah terlihat nyaman bersamanya.
Sudah lama Mayang tidak pernah merasa sebebas itu menikmati harinya. Apalagi ditemani seseorang yang baru ia kenal di negeri yang saja ia datangi. Sungguh akan menjadi pengalaman tak terlupakan.
“Terima kasih. Sudah mengajakku keluar!” Ungkap Mayang setelah menyelesaikan makan siangnya. Kenshi menyunggingkan senyum tipis. Senyuman itu tampak penuh arti di mata Mayang. Meski terlihat jengah, namun ia mulai terbiasa berhadapan dengan pria itu.
“Sebenarnya, jika bukan karena nona, saya tidak bisa menikmati semua ini!” Ungkap Kenshi jujur sambil menyeruput minumannya. Baginya waktu adalah kerja dan kerja. Menikmati liburan seperti hari ini ditemani seseorang yang mulai mengisi relung hatinya, tentu saja adalah sebuah kenikmatan yang tak bisa dinilai.
“Maksudmu? Kamu kan bisa datang kemari jika kamu mau! Lokasinya sepertinya tidak terlalu jauh dari hotel.”
“Meski begitu, jujur saja, ini pertama kalinya saya menikmati tempat seperti ini.” Jelas Kenshi lagi sambil menyapu pandangan ke sekelilingnya. Mayang mengerjapkan matanya tak percaya.
“Benarkah? Apakah kamu serius?” Kenshi hanya mengangguk. Mayang hanya memperhatikan sambil menerka-nerka sesuatu.
“Sepertinya, ayahku tidak cukup bijaksana, membiarkan pegawainya bekerja tanpa liburan”. Ungkap Mayang datar.
Kenshi mengeryitkan kening lalu membetulkan letak duduknya. Sesuatu dari kata-kata Mayang tampak mulai menggelitik pikirannya.
“Nanti aku bicara pada ayahku, supaya kamu bisa mendapat liburan yang layak.” Tukas Mayang sungguh-sungguh sambil tersenyum.
Kenshi masih tak memberi tanggapan apa pun dan hanya membalas senyum gadis itu, meski pikirannya berusaha mencerna maksud ucapannya.
“Apa setelah ini kita langsung kembali ke hotel?” Tanya Mayang saat mereka berjalan menuju ke tempat parkir.
“Kamu lelah?” Kenshi balik tanya. Dilihatnya Mayang menyunggingkan senyumnya lebar sambil menggelengkan kepalanya
“Aku sebenarnya bosan jadi penunggu kamar. Apa kita bisa pergi ke tempat lain? Asal tidak mengganggu waktumu.” Sahut Mayang setengah merajuk.
“Ok!” Kenshi memberi tanda dengan merapatkan ibu jari dengan telunjuknya tanda setuju.
“Aku, sebenarnya senang, ada orang lain yang bisa kuajak bicara. Jujur saja, aku sama sekali tidak mengerti bahasa Jepang.“ Ungkap Mayang santai.
“Nona, Anda bisa mengandalkan saya jika butuh sesuatu. Sebagai guide, Anda bisa langsung menghubungi saya. Ok!” Kenshi berusaha meyakinkan. Mayang tertawa geli melihat mimik Kenshi yang
“Tapi, aku tidak tahu cara menghubungimu, Kenshi!”
“You can call me with that!” Kenshi menunjuk ponsel pintar yang dipegang Mayang. Gadis itu hanya celingukan. Mayang ragu-ragu saat Kenshi seperti meminta ponselnya.
Mayang POVUjung mataku menangkap seseorang ikut duduk di samping bangku yang kutempati. Reflek aku menoleh sekedar mencari tahu.“Kenshi? Apa yang kamu lakukan di sini?”Aku terlonjak kaget menyadari orang disisiku ini adalah Kenshi. Laki-laki yang baru saja ingin kuhilangkan dari pikiranku, ternyata berada disini, tepat di sampingku. Aku pun celingukan heran.“Hanya ingin menghirup udara segar!” Suara Kenshi terdengar datar.Hmm...ya...mungkin dia masih marah. Suaranya masih terdengar dingin seperti kemarin.Walau masih terkejut karena kehadirannya yang tiba-tiba, aku hanya menelan ludah karena tenggorokanku rasanya tercekat.“Apa disini cukup nyaman?” Tanyanya tiba-tiba, masih tanpa menatapku lain dari yang biasa dia lakukan.“Ehm…ya.” Aku pun hanya menjawab sekenanya lalu berpaling darinya.Pertanyaan apa itu? Apa itu semacam perhatian atau hanya basa basi belaka. Sungguh, meski sempat takut, tapi aku sangat ingin melihat wajahnya lagi. Entah perasaan apa lagi ini, aku pun mema
“Moshi moshi!”“Kenshi...apa Mayang menemuimu?” Kenshi segera menyadari suara diujung telpon.“Ya, Nyonya. Kemarin saya bertemu hanya sebentar. Apa ada masalah?”“Mayang belum kembali ke kamar sejak semalam!” Suara Nyonya Kori terdengar gusar lalu diiringi isak tangisnya.Deg. Dada Kenshi tiba-tiba berdegup kencang.“Semalam?”, Kenshi lantas berdiri dari kursinya,”Apa dia tidak bisa dihubungi?” Tanyanya.“Tidak. Dia tidak membawa ponsel, koper ataupun pakaiannya. Semuanya masih di hotel. Sepertinya dia hanya membawa tas tangan. Kenshi, maaf mengganggumu. Kami pikir, mungkin dia menemuimu.” Suara diujung telepon tiba-tiba terputus.Kenshi mencoba berpikir sejenak. Gadis itu baru pertama kali ke Tokyo, belum banyak tempat yang bisa dia kunjungi, terlebih lagi tidak ada sanak familinya disini.*Kenshi sempat terpukul dengan pembatalan sepihak itu. Bagaimana pun semua kejadian itu tidak terduga. Tak dapat dipungkiri perasaannya yang tidak menentu membuatnya segera menemui sang ayah, oran
Dalam dunia bisnis menjalin rekanan dengan beberapa perusahaan itu sudah merupakan hal lumrah. Berbagai intervensi dari luar mungkin terjadi, demi memperkuat kondisi perusahaan, selain lewat merger juga melalui jalur pernikahan kedua keluarga. Seperti yang terjadi pada Kenshi dan Mayang. Pertimbangan bisnis lebih diutamakan daripada perasaan.Namun selalu saja ada pihak ketiga yang ingin masuk ke dalam lingkaran itu. Tentu saja untuk mencari keuntungan lewat jalan singkat, dengan cara-cara yang tidak lazim dan licik.Daiguchi adalah salah satunya. Perusahaan itu pernah menjadi rekan bisnis Takeda. Namun dalam perjalanan bisnisnya Daiguchi selalu mencari keuntungan sendiri dan merugikan pihak lain, sehingga Takeda pun memutuskan kerja samanya demi menjaga profesionalitas dan kesinambungan saham dengan pihak lain. Meskipun harus menderita kerugian yang tidak sedikit, hal itu justru menyelamatkan perusahaan, karena tak lama sejak pemutusan kerjasama, Daiguchi menghadapi masalah hukum den
Mayang POVDisinilah kami, berjalan santai di jalanan plaza sebelum kembali ke hotel."Aku minta maaf, tidak sempat menemanimu. Kebetulan kolega-kolegaku dari Korea datang." Kenshi membuka obrolan."Sinca, aku yang seharusnya minta maaf, tidak bisa ikut menemanimu menemui mereka karena keterbatasanku. Hm, chaebol" Ujarku jujur. Tanpa sadar aku meringis kecil menahan rasa linu di kakiku karena highheels baru."Kamu mengerti, sinca? chaebol??" Kenshi tersenyum penasaran. Aku hanya mengendikkan bahu."You know, some of my friends at the party, they have talked about you. They praised you!""Ha...you must be kidding me!""No, its true. They said, you are really a beautiful Asian woman. I'm obviously jealous.""What? Jealous?""Ya. This is the first time I feel like someone is making me jealous."Keningku mengkerut. Kupercepat langkahku karena kurasakan wajahku mulai memanas."Seriously., I'm not kidding. They said you're pretty, ecotik, proporsional and otentic." "Ish, kamu gombal, Kensh
MAYANG POVKenshi mengajakku ikut dalam sebuah acara pertemuan dengan beberapa klien. Awalnya aku ingin menolak, karena kupikir aku belum siap mendampingi Kenshi dalam acara bersifat resmi seperti itu, apalagi aku masih belum berstatus istrinya yang sah. Namun kedua orang tuaku, terutama mama, menyarankan atau lebih tepatnya memaksa untuk menerima ajakan Kenshi itu. Apalagi acara pertemuan itu begitu penting, atau lebih tepatnya pesta perayaan setelah Kenshi berhasil mendapatkan tender besar dari perusahaan Korea yang tempo hari ia temui saat festival Kembang Api.Kenshi menjemputku di lobi hotel dan membawaku bertemu dengan rekan-rekan kerjanya di sebuah pesta kebun."Hello!""Oh, hi!".Aku terkejut ketika seorang wanita semampai menegur di sebelahku saat aku sedang memilih beberapa makanan appetizer."Kimi wa Kenshi no fiansena nda ne (Jadi anda tunangan Kenshi-san)""I'm sorry, miss, I can't speak Japanese," ungkapku jujur."Well...well...well...so you fluent in English. But still
Suara dering telepon membuat Mayang tergopoh-gopoh keluar dari kamar mandi. "Ya, halo! Assalamualaikum!""Wa'alaikumsalam. Hai, May! Gimana kabarnya?"Deg. Dada Mayang berdegup mendengar suara yang familiar di ujung sana."Ri... Rian!""Iya. Syukur kalo kamu masih inget. Aku dengar kamu di Jepang, ya?""Em, iya. Kamu sendiri, gimana kabarnya? S2 kamu dimana?" Mayang bertanya gugup."Di Jepang. Kamu pasti kaget, kan!”Deg. Mayang menutup matanya seraya menunduk lesu. Rupanya masa lalunya belum benar-benar berlalu.“Kalau waktu itu aku bilang S2 ku ke Jepang, seharusnya kamu gak harus nolak aku kan, May! Kita toh akan ketemu lagi.”Mayang tak berkutik. Ia tak bisa membayangkan jika Rian mengetahui kenyataan yang sebenarnya alasan dirinya berada di Jepang.“Aku tahu kamu masih bimbang. Tapi aku masih di sini, May! Menunggu kamu."Ingatan masa lalunya kembali berkelebat. Saat-saat dimana ia mulai memasuki dunia kampus. Saat-saat dimana ia menikmati kebersamaanya bersama kawan-kawannya di







