“Ahhh…. Ahhhh, Dantee…..” Desahan Serena memenuhi ruangan yang minim pencahayaan itu. Dante melumat leher Serena dengan kasar, sama sekali tidak ada kelembutan dalma sentuhannya.“Desahkan namaku, hanya namaku Serena.” Dante semakin memperdalam ciumannya di area leher Serena yang sudah tak mampu menahan desahannya itu.Tubuhnya seakan tersengat aliran listrik ketika Dante menyentuhnya. Ada hal aneh yang Serena rasakan. Walaupun dia sering melakukannya dengan Nico, tapi Serena tidak pernah merasa sebergairah ini dengan pria lain sebelumnya.Apa yang terjadi pada tubuhnya?Serena sangat ingin menolak sentuhan Dante mengingat gengsinya sangat tinggi untuk pria ini namun Serena tak kuasa menahan kenikmatan yang diberikan suaminya ini.Krek!!Dengan kasarnya, Dante berhasil merobek kemeja Serena. Entah keberapa kalinya kemeja Serena dirobek. Entah oleh Nico ataupun Dante, tak pernah ada yang menyentuh Serena dengan lembut sebelumnya.Tapi, cara Dante melakukannya kali ini sangat berbeda. W
“Ingat, jangan berani main-main di belakangku, baby girl.” Dante tak henti-hentinya memegang tangan Serena sejak perjalanan dari mansion hingga tiba di kantornya ini. SGadis cantik yang sudah memakai pakaian lengkapnya itu hanya membalasnya dengan senyuman malas. Seperti biasa, Dante sangat posesif dengannya.“Turunkan aku di sana!” Serena menunjuk posisi tepat di depan gedung kantornya. Namun, Dante malah menatapnya tajam.“Jawab aku, jangan mengalihkan pembicaraannya, Serena!” kesal Dante karena Serena terlihat menganggap ancamannya itu seperti main-main.“Baik Tuan Dante, saya tidak akan berani membantah perintah anda,” ucap Serena berlagak seperti anak buah Dante agar pria itu puas dengan jawabannya.“Ah! Tidak bisa seperti ini. Tidak bisakah kau berhenti bekerja saja? Sejujurnya ini hanya formalitas. Hartaku tak akan pernah habis untuk apa istriku harus bekerja? Aku tidak rela orang-orang menatapmu setiap hari dengan keadaan secantik ini,” keluh Dante membuat Serena ingin tert
“Bagaimana kabarmu, Serena?”Pria bertubuh tinggi kekar dengan tato yang memenuhi tubuhnya itu langsung menanyakan kabar Serena saat mereka berdua sudah sampai di ruangan kerja Serena.“Kau kesini hanya untuk menanyakan kabarku?” ucap Serena dengan nada yang tidak ramah. “Sudah hampir 7 bulan aku tidak melihatmu, kemana saja kau pergi?” Serena bertanya sambil menghidupkan komputer yang ada di depannya tapi pikirannya tak bisa lepas dari pria yang ada di depannya ini.“Kau tau, kakekmu memberiku tugas yang sangat banyak. Aku hampir tidak punya waktu untuk menemui istriku,” ucap Allesandro dengan mata yang selalu tertuju ke arah Serena.Serena berdehem pelan untuk menyembunyikan ketegangannya. Allesandro adalah orang kepercayaan kakeknya sekaligus pria paling misterius yang pernah Serena temui di hidupnya. Pekerjaannya pun tidak jelas bagi Serena, karena pria ini hanya membantu kakeknya jauh sebelum akhirnya menikah dengan Serena.“Langsung saja katakan apa keperluanmu kesini karena aku
Dante : Temui aku di rooftop kantormu jam 9 malamSerena langsung menegang ketika membaca pesan dari suaminya itu. Mereka terakhir kali bertemu pagi tadi saat Dante mengantar Serena ke kantor dengan manja.Namun, Serena dapat merasakan aura dingin dari pesan yang dikirim Dante kepadanya.“Bagaimana ini? Apa Dante sudah tahu aku bertemu dengan pria lain?” tanya Serena pada dirinya sendiri dengan nada khawatir. “Ah! Tidak mungkin, aku hanya berbicara 10 menit dengan Allesandro tidak mungkin Dante tau secepat itu kan?”“Argh! Aku bisa gila memikirkan ini,” lirih Serena sambil merebahkan tubuhnya di kursi kerjanya. Semenjak menerima pesan itu saat makan siang Serena sudah tak bisa tenang lagi.Dante sudah memperingatinya untuk tidak dekat-dekat dengan pria lain selama jauh darinya. Tapi keadaan ini berbeda bukan? Allesandro yang mendatanginya, bukan Serena yang sengaja menemui Allesandro diam-diam di belakang Dante.“Ah! Lebih baik aku tidak memikirkan itu, masih banyak pekerjaan dan ini
“Kau sudah siap, sayang?” Dante memegang tangan Serena yang terulur ke arahnya. Tatapan pria itu tak pernah lepas dari Serena semenjak dia muncul di hadapannya.Gaun merah darah yang Dante belikan terlihat sangat pas di tubuh seksi gadis itu. Ditambah dengan rambut panjangnya yang bergelombang menambah keanggunan Serena. Ah! Dante bahkan berharap ini bukan mimpi, karena dia sudah menantikan hal ini sepanjang hidupnya semenjak dia mulai menyadari Serena adalah cintanya, hidupnya.“Apa yang akan kita lakukan?” tanya Serena membuat Dante tersenyum kecil. Pria itu tak menjawab hanya menuntun Serena ke arah helikopter yang ada di rooftop gedung perusahaan Serena yang luas itu.Dengan hati-hati, Dante menuntun Serena yang memakai high heels untuk menaiki helikopter itu perlahan. Serena duduk tepat di samping suaminya. “Tunggu!” Serena menghentikan Dante yang hendak memakai peralatan yang ada di helikopter itu. “Apa kau bisa menerbangkan helikopter?” pekik Serena terkejut.Tidak ada siapapun
“Langsung saja katakan tujuanmu ke sini, aku tidak suka basa basi!” Dante menghembuskan asap rokok dari dalam mulutnya, membuat seisi ruangan yang gelap itu semakin mencekam.Sementara itu, pria yang ada di depan Dante terlihat sangat menyukai respon Dante yang tidak suka bertele-tele itu. Matteo Rodriguez, pemilik aliansi mafia yang tersebar hingga ke Amerika, sekaligus partner kerja Dante di Eropa, terutama Italia.“Apa begitu caramu bernegosiasi, Tuan Dante? Anda bisa terkena masalah jika masih mempertahankan sifat otoriter anda itu, karena terkadang dunia tidak berjalan sesuai keinginan kita,” ujar Matteo sambil menatap Dante dengan tatapan gelapnya yang sarat akan ancaman.Dante hanya menyenderkan punggungnya di sofa yang ada di ruang bawah tanahnya itu. Walaupun terlihat santai, pria itu memikirkan banyak hal di otaknya, mulai dari memperhatikan gerak-gerik lawan bicaranya, sampai memikirkan alasannya kemari.Dante memang penuh dengan perhitungan, oleh karena itulah dia tidak pe
“Baiklah, sebelum acara ulang tahun hotel Serenity yang ke-50 tahun ini dimulai, kita akan mendengarkan sambutan dari calon CEO hotel kita yaitu Nyonya Serena Massimo.” Ucapan dari pembawa acara itu mengundang riuh tepuk tangan dari pemimpin-pemimpin dan tamu undangan yang hadir pada acara besar itu.Serena, selaku manager Serenity dan calon CEO dari hotel bintang lima itu langsung berdiri dari mejanya dan berjalan dengan percaya diri menuju ke panggung dan podium yang sudah disediakan.Gadis itu selalu menjadi pusat perhatian dimanapun dia berada dan malam ini, Serena mengenakan gaun berwarna hitam dengan model punggung terbuka yang menjuntai panjang hingga kebelakang. Semua mata teruju dan terpukau melihat gadis itu.Namun, mereka cukup sayang dengan nyawa mereka sendiri karena kini gadis itu tidak hanya menyandang nama Ambrose, melainkan kini Serena sudah menyandang nama belakang suaminya, yaitu Massimo. Seluruh pria yang tertarik dengan Serena di sana cukup tau diri untuk tidak be
“Apa kau mengerti bahasa manusia?” tanya Dante pada Nico yang masih menggendong Serena ala bride style itu.Keadaan menjadi sangat tegang karena kini seluruh wartawan merekam tepat di posisi Dante dan Nico yang mengangkat Serena. Tamu undangan menatap kikuk, dan pembawa acara tak tau harus melakukan apa saat sang pewaris, Serena tiba-tiba pingsan.Dante mantap Nico dengan rahang mengeras dengan tangan yang dikepalkan memperlihatkan buku-buku jarinya yang berisi luka-luka ringan. Dante sudah tau apa yang Nico rencanakan dari dulu, oleh karena itulah dia menyewa orang untuk mengawasi Serena dari jauh.Tak disangka, ternyata musibah menimpa Serena malam ini. Entah itu perbuatan itu disengaja atau tidak, tapi saat Dante melihat betapa khawatirnya wajah Nico sepertinya pria itu belum sempat melancarkan aksinya.Nico berencana untuk menculik Serena!Dante tau itu dari anak buahnya yang memang dia tugaskan untuk memantau Nico, oleh karena itulah Dante mengancam Matteo jika sampai Serena terl