"OMG! Arlando Meshach belum pernah pacaran?! Ck, ck, ck. Rasanya itu tidak mungkin!"
"Ssst!" Arlando melebarkan matanya. "Jangan keras-keras!" Qeiza menurunkan volume suara dengan tubuh sedikit condong mendekati Arlando. "Kamu belum pernah pacaran?! Serius?!" tanya Qeiza dengan mimik wajah tak percaya.Arlando mengangguk pelan. "Iya! Itu yang membuatku pusing." Arlando menghembuskan napas seakan ingin mengeluarkan beban yang ada di dalam dadanya."OMG! Berarti kamu tidak tahu bagaimana rasanya jatuh cinta?!" tanya Qeiza.Jari jemari tangan Arlando langsung menyentil kening Qeiza. "Itu nanya atau meledek?!""Aduh!" Qeiza mengusap keningnya yang sakit, tapi tak berapa lama kemudian tawanya berderai. "Ha-ha-ha. Percuma punya wajah ganteng, tapi tidak laku. Kasihan sekali dirimu! Ha-ha-ha. Kasihan, kasihan."Arlando mencibir. "Ledek aku sesuka hatimu! Memangnya kamu sudah laku? Memangnya kamu sudah pernah pacaran?!"Tawa berderai Qeiza langsung berhenti begitu mendengar pertanyaan Arlando, teringat dengan mantan kekasihnya yang telah selingkuh dengan si Ririn.Melihat ekspresi Qeiza jadi berubah sendu dalam hitungan detik membuat Arlando sedikit heran dan juga penasaran. "Eh, kenapa kamu? Kok jadi sedih?!"Orange juice yang tersisa tinggal setengah gelas langsung diteguk Qeiza, setelah itu melihat jam tangannya. "Ceritanya panjang. Ini sudah sore, aku harus segera pulang. Orang rumah pasti sudah menungguku.""O iya, aku sampai lupa. Bagaimana kabar Tante Dewi dan Om Darmawan?!" tanya Arlando. "Aku kangen dengan bubur kacang ijo buatan Tante Dewi yang enak itu.""Mereka baik-baik saja," jawab Qeiza. "Dan mereka juga tidak memintaku untuk segera menikah," sambungnya sambil menahan tawa.Arlando melengos kesal. "Meledek lagi! Awas kamu!" Tatapan Arlando jatuh pada ponsel Qeiza yang ada di atas meja. "Berapa nomor ponselmu?!" segera diambilnya ponsel Qeiza."Eh, sembarangan ambil ponsel punya orang!" Qeiza dengan cepat mengambil ponsel dari tangan Arlando."Biasanya juga tidak marah kalau aku pegang ponselmu," ucap Arlando."Itu dulu! Sekarang, tidak!" jawab Qeiza tegas, sebenarnya bukan karena tidak boleh, tapi Qeiza lupa wallpaper ponselnya belum diganti masih berupa foto dirinya dan si Damar. Arlando memberikan ponsel miliknya pada Qeiza. "Masukkan nomormu."Jari jemari Qeiza dengan lincah mengetik satu per satu nomor ponsel miliknya. "Kamu boleh meneleponku sesuka hatimu. Sekarang aku harus cepat pulang, terlambat sedikit saja bisa diceramahi Ibu dari Sabang sampai Merauke."Arlando sebenarnya ingin membicarakan masalah pribadinya agar cepat selesai, tapi melihat Qeiza begitu terburu-buru, Arlando merasa tidak enak juga harus menahannya lebih lama lagi. "Hati-hati di jalan!""Ok! Kalau begitu ...," Qeiza merapikan buku-buku miliknya dan segera mengambil tas selendangnya. "Aku pulang duluan.""Rumahmu, masih rumah yang dulu itukan?!" tanya Arlando."Iya, rumahku cuma satu, tidak seperti rumahmu yang bertebaran dimana-mana," jawab Qeiza bangun dari duduk. "Sampai bertemu lagi." "Hati-hati," ucap Arlando ikut berdiri. "Langsung pulang ke rumah, jangan mampir kemana-mana.""Iya," jawab Qeiza tersenyum manis, kemudian kaki kecilnya pergi meninggalkan Arlando, tapi belum satu menit berlalu, tiba-tiba Qeiza sudah datang lagi dengan membawa wajah yang sulit diungkapkan."Qeiza, ada apa?!" tanya Arlando kaget, baru duduk beberapa detik langsung berdiri lagi melihat sahabat masa kecilnya datang lagi."Arlando, tolong aku," pinta Qeiza langsung berdiri di belakang pria blasteran berpostur tubuh tinggi tegap itu."Qei, Qeiza!" terdengar suara bariton memanggil. "Dengarkan penjelasanku, Qei!"Arlando melihat seorang pemuda yang umurnya tidak jauh berbeda darinya baru saja datang dengan wajah penuh pengharapan pada Qeiza."Qei, please! Dengarkan penjelasanku," ucapnya lalu melihat Arlando yang menjadi tameng bagi mantan kekasihnya."Pergi kamu dari sini! Kita sudah tidak ada urusan apa-apa lagi!" teriak Qeiza dari balik tubuh Arlando. "Aku tak sudi melihatmu lagi! Pergi kamu, Damar!"Tangan Damar meraih tangan Qeiza. "Beri aku satu kali kesempatan untuk menjelaskan semuanya, Qei!""Jangan sentuh aku!" Qeiza semakin menyembunyikan tubuh kecil mungilnya dibelakang tubuh Arlando. "Qei," Damar kembali diraihnya tangan mantan kekasihnya itu. Melihat Qeiza mati-matian menolak pria yang ada di depannya membuat Arlando turun tangan. "Hai, bung! Jangan kasar pada wanita!"Damar langsung melihat Arlando dengan tatapan tidak suka. "Siapa kau?! Jangan ikut campur urusanku!""Dia tidak mau berurusan denganmu!" ucap Arlando.Damar malah menekan dada bidang Arlando dengan jari telunjuk tangan kanannya sambil menatap galak. "Jangan ikut campur kalau kau masih sayang dengan wajahmu yang ganteng ini!""Jaga sopan santunmu, bung!" Arlando mulai tersulut emosi melihat Damar bersikap tak sopan.Damar malah semakin tidak sopan. Kerah kemeja Arlando dicengkeramnya kuat-kuat sambil menatap tajam iris mata Arlando. "Aku peringatkan sekali lagi, jangan ikut campur urusanku!" Detik berikutnya dilepaskan kembali. "Minggir kau!"Qeiza yang berada di belakang tubuh Arlando langsung ke luar. "Apa-apaan sih kamu ini?! Malah mencari ribut! Pergi kamu dari sini!" usir Qeiza menatap galak pada Damar kemudian melihat Arlando. "Kamu tidak apa-apa?""Aku tidak apa-apa, tenang saja," jawab Arlando tersenyum menenangkan. Qeiza kembali melihat Damar. "Sudah aku bilang, kita ini sudah putus! Kamu bodoh atau tulalit, begitu saja tidak mengerti!""Aku tidak mau kita putus!" Damar hendak meraih tangan Qeiza, tapi tanpa diduga tangan Arlando menepisnya. "Jangan kasar dengan wanita bung!" ucap Arlando menggeser tubuhnya menghalangi Qeiza dari Damar. "Apalagi kasar dengan calon istriku.Damar tertegun begitu mendengar apa yang diucapkan Arlando, begitu juga dengan Qeiza. "Apa? Calon istri?!" bisik hati Qeiza. "Bicara apa si Arlando ini?""Jangan mimpi kau!" Bentak Damar setelah beberapa saat kembali tersadar dari rasa terkejutnya. "Dia kekasihku! Berani-beraninya kau mengaku kekasihku sebagai calon istrimu!"Arlando tersenyum santai menatap wajah Damar yang lebih pendek dari tubuhnya. "Kalau tidak percaya, tanya sendiri pada orangnya." Arlando menggeser tubuh agar bisa berdiri berdampingan dengan sahabat masa kecilnya itu. "Iyakan, Qeiza Noura! Calon istriku, calon ibu dari anak-anakku!""I-iya, iya!" Entah kenapa, jawaban meluncur begitu saja dari bibir mungil Qeiza. Arlando tersenyum senang, dirangkulnya bahu Qeiza dengan manis. "Kau dengar sendiri bukan, apa jawaban dari kekasihku." Arlando tanpa ragu mengecup lembut kepala Qeiza yang lebih pendek darinya, sungguh drama yang sangat sempurna.Damar semakin tersulut emosi, kedua tangannya mengepal di sisi kiri dan
"Paling hanya anak manja yang masih minta uang jajan sama emak bapaknya!" ledek Damar mengingat wajah Arlando yang tadi bersama Qeiza. "Pria brengsek itu hanya membuat perutku mual!" Damar lalu mengambil dompet yang ada disaku belakang celana panjangnya. "Ini! Saya ganti semuanya!" Sebuah kartu ATM ditaruh di atas meja.Tanpa memerlukan waktu lama, setelah semua urusan selesai, Damar bergegas pergi meninggalkan cafe yang telah membuatnya menyimpan dendam pada Arlando. "Sialan! Brengsek! Berani mengambil Qeiza dari tanganku, nyawa taruhannya! Awas kau!" Berbagai umpatan dan makian ke luar dari bibir Damar. .....TING!Pesan masuk ketika Qeiza baru saja bangun setelah semalaman diganggu Damar yang terus saja meneleponnya.Arlando :"Aku tunggu kamu satu jam lagi di restorant Chinese food! Tidak ada penolakan!"Qeiza melihat jam dinding. "Aku harus siap-siap karena dua jam lagi aku harus menemui orang di butik." Tanpa membuang waktu, Qeiza segera bersiap diri.Restoran Chinese food suda
Qeiza tertegun melihat pada kedua orangtua Arlando yang sedang berdiri melihat ke arah mereka berdua."Hello!" Arlando mengipaskan tangan di depan wajah Qeiza."Eh," Qeiza tersadar. "Apa itu kedua orangtuamu?!" tanyanya ambigu."Iya! Itu orangtuaku dari dulu sampai sekarang!" jawab Arlando bingung dengan pertanyaan Qeiza. "Jangan bilang kamu sudah lupa dengan kedua orangtuaku!"Qeiza langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak lupa! Om dan Tante tidak pernah berubah, masih terlihat gagah dan cantik.""Dan juga bertambah tua!" Tiba-tiba tangannya memegang kening Qeiza. "Kamu sakit?!" Qeiza dengan cepat menepiskan tangan Arlando. "Jangan pegang-pegang. Aku tidak sakit!""Wajahmu pucat!" ucap Arlando. "Apa kamu gugup bertemu calon mertuamu?!" "Tidak!" jawab Qeiza tegas. "Kita berdua hanya bersandiwara! Tidak ada alasan aku harus gugup?!" sangkalnya, padahal jauh di dalam hati gugupnya luar biasa lalu perlahan Qeiza ke luar dari dalam mobil kemudian berdiri di samping Arlando."Good! A
"Arlando, jawab yang jujur! Apa kamu serius ingin menikah dengan Qeiza?!" tanya Papi menatap tajam putranya."Iya!" Arlando langsung menjawab dengan tegas. "Aku akan menikahi Qeiza Noura!""Menikah bukan karena ancaman Papi?!" tanya Tuan Theo menatap tajam putranya.Arlando langsung menelan ludah sebelum menjawab. "Ancaman apa?! Aku tidak mengerti!" ucapnya pura-pura. "Lalu, bagaimana dengan kedua orangtua Qei sendiri?!" tanya Papi. "Apa kamu sudah bicara dengan mereka?!"Arlando sejenak tertegun sebelum menjawab. "Itu masalah gampang, setelah minta restu di sini, aku dan Qei akan minta restu di sana."Qeiza langsung melihat Arlando. "Luar biasa si Arlando aktingnya. Andai ada penghargaan berbohong, pasti dia sudah jadi juara! Hi-hi-hi," hati Qeiza terkikik sendiri."Arlando, putra kesayangan kita berdua," ucap Mami. "Bagaimana mungkin, kami bisa percaya kalian ingin menikah? Bukankah selama ini, kalian tidak pernah bertemu! Bagi kami, itu hal yang lucu!"DEG!Arlando dan Qeiza terte
Arlando mencoba menenangkan diri. Perlahan, dia duduk di samping tubuh Qei yang telentang. Tanpa sadar, Arlando kemudian mengelus pipi mulus Qeiza."Mmm ,,,," Qeiza menggerakkan tangan dan membalikkan tubuh menghadap Arlando."Eh," Arlando kaget karena tangan Qeiza malah memeluk pinggangnya. Arlando diam tak bergerak, dilihatnya tangan Qeiza yang melingkar manis dipinggangnya. "Astaga, bagaimana ini?!" Kemudian Arlando perlahan melepaskan diri dari pelukan Qeiza, tapi yang ada tangan Qeiza malah semakin erat memeluk pinggangnya disertai kepala yang menyelusup ke perut. "Ya ampun!" Arlando jadi tertegun karena posisi kepala Qeiza tepat berada di atas juniornya.Air dari ujung rambut Arlando yang basah jatuh tepat di kening Qeiza sehingga membuat Qeiza terbangun. "Mmm ...," perlahan mata Qeiza terbuka, tapi detik berikutnya Qeiza terkaget karena posisi kepalanya sangat di luar dugaan, dengan cepat segera duduk. "Kenapa?!" tanya Arlando mengangkat kedua alis tebalnya. "Aku ...," dengan
"Apa kabar Tante?" tanya Arlando dengan penuh hormat pada Mamanya Qeiza."Kamu ...," wajah Mama seperti sedang mengingat sesuatu. "Arlando?!" Qeiza menarik tangan Arlando agar berdiri di sampingnya. "Iya, ini Arlando!""OMG! Mama pikir yang datang selebritis." Mama melihat dari atas sampai bawah. "Kamu ganteng banget nak dan juga sangat tinggi."Qeiza terkekeh. "He-he-he. Mungkin di luar negeri, Arlando makannya pohon bambu makanya jadi tinggi begini.""Hush!" tegur Mama pada Qei kemudian memanggil suaminya. "Pa, ke sini Pa! Kita kedatangan tamu."Tak lama seorang pria berumur limapuluh tahunan datang. "Ada apa Ma?!" tanya Papa."Lihat Pa, kita kedatangan tamu. Apa Papa masih ingat dengan dia?!" tanya Mama pada suaminya.Kening Papa mengernyit menatap wajah Arlando. "Dia ini ..."Dengan segera Arlando menyalami pria yang akan menjadi mertuanya. "Hello Om Bram.""Arlando! Kamu Arlando bukan?!" tanya Om Bram.Arlando mengangguk. "Iya Om!""Sampai pangling Om melihatmu." Om Bram kemudi
Wajah Arlando langsung berubah kecut. "Sialan, si brengsek itu tidak mau melepaskan Qei! Akan kuberi pelajaran dia!" dalam hati Arlando meluapkan marahnya. "Aku dan Damar sudah putus!" ucap Qei kesal. "Tidak ada urusan lagi!""Sudah putus?!" Mama kaget. "Apa putus karena kalian ...."Qeiza langsung memotong. "Ma! Tidak seperti apa yang Mama pikirkan!"Tuan Bram menepuk pelan punggung tangan istrinya. "Ssttt, dengarkan dulu mereka bicara.""Tapi Pa, ini terlihat aneh. Kita tahu, Qei dan Damar itu sedang ...."Lagi-lagi sang suami menepuk punggung tangan istrinya agar berhenti bicara.Setelah terdiam beberapa saat, Arlando kembali membuka pembicaraan. "Om, Tante. Pertama-tama saya minta maaf, mungkin dengan niat baik saya ini telah membuat Om dan Tante terkejut dan bingung.""Tentu saja kita berdua bingung," ucap Mama Qei. "Tidak ada hujan, tidak ada angin tiba-tiba membicarakan pernikahan."Arlando melirik sebentar pada Qei. "Tapi asal Om dan Tante tahu, saya benar-benar tulus ingin m
Mama menatap heran. "Ya sudah kalau tidak mau, kita batalkan pertemuan keluarga malam ini!" ujar Mama pergi ke luar kamar. "Kalau bisa dibikin gampang, ngapain dibikin susah?!""Batalkan?!" gumam Qeiza. "Eh, Mama! Tunggu!" panggilnya teriak, bergegas ke luar menyusul Mamanya. Papa hampir saja tabrakan dengan Qeiza begitu ke luar dari kamar. "Astaga!""Sorry, Pa!""Bikin kaget saja!" ucap Papa melihat punggung putrinya semakin pergi menjauh.Di dapur, Mama sedang bicara dengan si Mbak Sum. "Ma," panggil Qeiza langsung berdiri di samping Mamanya."Ada apa lagi?!""Acara nanti malam jangan dibatalkan," jawab Qei. Mama melangkah pergi. "Bukankah tadi kamu sendiri yang bilang, tidak mau ada acara pertemuan lagi dengan keluarga Arlando? Mama sekedar mengikuti keinginan mu itu."Qeiza sejenak menghela napas sebelum mengikuti Mama dari belakang. "Bukan begitu maksudku. Mama jangan salah paham!" Mama berhenti melangkah, membalikkan tubuh menatap tajam wajah putrinya. "Qeiza Noura! Ini pern