Share

Bab 4

Penulis: Azril
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-07 21:17:47

"Sudah bisa, Bu. Kebetulan pasien sudah siuman dan memangil-manggil nama Dio," tutur Dokter.

"Baik, Pak. Terimakasih."

Dio tergesa ingin segera melihat keadaan sang istri. Namun, Bu Minah dengan cepat menerobos masuk kedalam ruangan dan secepat mungkin menutup pintu agar Dio tidak bisa masuk. Dio pun beringsut mundur.

"Birkan saya dulu yang masuk! Kamu tunggu di sini!," perintahnya.

Dio mengangguk lemah dengan emosi yang hampir saja akan meledak. Ia tahan sekuat tenaga, karena bagaimana pun Bu Minah adalah mertuanya sekaligus ibunya.

"Pa, kenapa kita gak masuk? Aku mau lihat ibu," rengek Tasya yang tak sabar ingin segera bertemu ibu sambungnya.

Walaupun Tasya hanya anak sambung Marisa. Tapi Tasya begitu menyayangi ibu sambungnya itu. Bahkan sebaliknya, Marisa pun menjaga Tasya dan mengurusnya di bumbui rasa kasih sayang yang begitu dalam, sudah seperti anak kandung Marisa sendiri. Itulah yang membuat Dio kagum pada istrinya.

"Kita tunggu disini dulu ya, biar Nenek duluan," kata Dio menenangkan Tasya.

Dio mengajak Tasya kembali duduk di kusi tunggu, seraya menunggu mertuanya keluar.

***

Marisa membuka mata pelan, ia tertegun ketika melihat ruangan yang berbau obat dan jarum infus menancap di tangannya, tak tahu keberadaan dirinya sekarang di mana, seingat Marisa tadi dia di rumah.

Bu Minah segera menghampiri anaknya yang masih terbaring lemah di atas hospital bed, "Marisa, bagaimana keadaanmu, Nak."

Betapa Marisa kaget saat melihat wanita yang berada di hadapannya adalah Ibu kandungnya diiringi dengan Keke, "i-ibu."

Bu Minah menangis sesenggukan saat melihat anak cikalnya berada di depan mata, betapa ia sangat merindukannya.

Marisa berusaha bangkit dari tidurnya dan bersandar di kepala ranjang, betapa kepalanya masih terasa pusing ditambah akibat benturan ujung meja. Marisa menatap wajah sang bunda dengan bahagia, betapa Marisa pun merasakan hal yang sama.

"Aku lebih mendingan, Bu."

Bu Minah memeluk Marisa dengan erat, "Kenapa kau bisa sakit? Dan kenapa juga asam lambung mu bisa kambuh? Apa kamu telat makan, Nak. Jangan-jangan kamu jarang …"

Dengan cepat Marisa menyergah ucapan Bu Minah, "Tidak, Bu!."

Mereka saling menangis dan berpelukan sudah lama sekali Bu Minah dan anak cikalnnya tidak bertemu.

"Kak, emang kakak bahagia menikah sama tukang cendol? yang pendapatannya receh, emang Kakak gak kelaparan gitu?" tanya Keke pada sang Kakak sekaligus menyepelekan suami Kakaknya sendiri.

Marisa menyudahi pelukan erat sang bunda, "Aku bahagia Ke, setidaknya Mas Dio bertanggung jawab dan memperlakukanku dengan lemah lembut, layaknya seorang ratu. Bagiku dia suami idaman, dia sempurna."

Keke tertegun mendengar penuturan Kakaknya yang sangat mengejutkan, "What! Ratu." Keke menggedikkan bahu sambil tertawa terbahak-bahak, "Kakak bilang ratu. Kak, ratu itu adanya di istana mewah dan megah, bukan tinggal di gubuk derita seperti rumah Kakak." Tak hentinya Keke meledek rumah bahkan suami Kakaknya.

Memang mulut Keke sama persis seperti sang bunda dia hanya memikirkan harta dan harta yang selalu mengelilingi isi kepalanya.

"Andai saja Kakak menikah dengan Bang Ringgo, mungkin saat ini berada di istana Kak, hidup mewah, uang yang banyak. Tapi sayang, Kakak lebih memilih kabur dari rumah dan nikah siri dengan tukang cendol dekil itu," ulang sang adik tak hentinya menghina Dio.

"Tutup mulutmu!" sentak Marisa.

Marisa benar-benar meradang dengan Keke yang selalu mencemooh Dio, padahal istrinya pun tidak merasa keberatan mempunyai suami seorang tukang cendol.

"Sudah! Kalian malah ribut gak jelas. Ucapan Keke memang ada benarnya, emang kamu kabur kok." Bu Minah membela anak bungsunya dan tidak terima kalau Keke disalahkan.

Inilah salah satunya kenapa Marisa dulu minggat dari rumah, lantaran sang bunda yang selalu pilih kasih terhadap kedua anak perempuannya. Keke si bungsu anak kesayangan yang selalu dimanjakan. sedangkan Marisa si sulung selalu disalahkan sejak dulu. Bahkan Ibu tak pernah memperdulikan perasaan Marisa, ia sibuk dengan dirinya dan Keke, hingga kala itu Bu Minah akan menikahkan paksa Marisa dengan Bang Ringgo juragan kambing di kampungnya.

Untung saja Marisa sudah mengenal pria yang kini menjadi suaminya, hingga akhirnya wanita muda itu pun nekat untuk kabur dari rumah, selain tak kuat dengan perlakuan ibunya ia juga tidak mau kalau masa mudanya direnggut oleh Bang Ringgo untuk dijadikan istri kedua.

Sungguh malang nasib Marisa pada saat itu, pada akhirnya Marisa memilih nikah siri dengan Dio dan bertahan sampai sekarang. Setidaknya kehidupan sekarang walaupun kekurangan harta. Namun, masih dipenuhi dengan bumbu cinta dan kasih sayang.

"Memangnya kamu sudah ketemu dengan mertuamu Mar?" tanya Bu Minah.

Marisa hanya menggelengkan kepala, "Belum."

"Memangnya kamu gak takut kalau suamimu seorang nafi atau pembunuh bayaran," ujar Bu Minah menakuti Marisa.

"Maksud Ibu apa?"

"Bisa saja Mar, kamu aja gak tau bobot-bebet suami kamu bagaimana, apalagi kamu gak tau asal-usul Dio dari mana."

Memang, ada benarnya ucapan sang bunda, Marisa sampai saat ini belum mengetahui seluk beluk suami yang dicintainya itu. Jangankan asal-usul Dio, kartu identitasnya saja Marisa belum pernah melihat.

"Tapi, kata Mas Dio orang tuanya sudah lama meninggal karena kecilakaan angkot yang di tumpanginya, Bu."

"Sudahlah, Bu. Jangan bahas suamiku," tampik Marisa segera mengalihkan pembicaraan, tak enak hati jika suaminya mendengar perkataan keluarganya.

Akan tetapi, sudah dari tadi Dio mengintip dari celah pintu yang tak tertutup sempurna daun telinganya mendengar jelas perbincangan mertua dan istrinya.

Betapa hatinya tersayat mendengar ucapan demi ucapan mertuanya dan adik ifarnya yang memang sangat menyakitkan. Perih sekali rasanya. Dio teringat masa lalunya yang begitu kelam kepada sang mantan istri yang gila harta.

Kriet!

Tak sengaja Tasya menyenggol daun pintu sehingga terbuka lebar.

Marisa terperanjat kaget, "Mas."

"Bolehkah kami masuk, Bu?" tanya Tasya.

Marisa menyambut antusias putri kesayangannya walaupun bukan terlahir dari rahimnya. Tapi ia sangat menyayanginya lebih dari apapun.

Dio dan Tasya melangkah menghampiri Marisa serta mertuanya, tak lupa Dio menjinjing rantang yang sudah di jinjingnya sedari tadi.

Seorang perawat datang menghampiri, "Maaf ya, Pak, Bu, mengganggu. Bu Marisa sudah bisa pulang nanti sore tapi kami harap Bapak selaku suaminya membayar administrasi nya terlebih dahulu."

"Baik, Sus," ucap Dio dengan begitu lemah.

Marisa mengerti betul dengan kondisi ekonominya saat ini sedang kesusahan.

"Tunggu sebentar, Mas ke ruang administrasi dulu." Langkahnya begitu lemas.

"Berapa Biaya pengobatan istri saja, Sus?" tanya Dio ketika baru saja sampai di ruangan administrasi.

"Dua juta, Pak."

"Apa! Dua juta!" Dio terperanjat, " Baiklah Sus, nanti siang saya bayar semuanya."

Dio duduk sejenak di kursi tunggu sambil menangkupkan kedua tangan di wajahnya, ia terlihat gelisah. Kemanakah harus meminta bantuan sedangkan mencari pinjaman sangatlah susah kalau tak ada jaminan di zaman ini. Kalau harus menghubungi keluarga Dio untuk meminta bantuan, sepertinya tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi. Tawaran bantuan ayahnya sekalipun Dio tolak mentah-mentah. Dio benar-benar dirundung pilu hari ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 114

    Melihat tindakan Kania itu membuat Bu Sonia iba memandang air matanya yang tidak henti mengucur deras.Hampir saja Bu Sonia memaafkan Kania namun dengan tiba-tiba Salsa datang bersama pria yang saat itu bersama Kania, yaitu Hendra."Jangan biarkan Ibu memaafkan dia Bu, air mata Kania tidak tulus sama sekali. Itu hanyalah sandiwara semata," sahut Salsa."Diam kamu Salsa kamu tidak apa-apa dengan urusanku!" sentak Kania pada Salsa.Kania tercengang kala melihat Hendra sudah berada di samping Salsa. 'Mengapa Hendra ada disini? Untuk apa dia bersama Salsa?' batin Kania bertanya seraya ada rasa cemas di benaknya."Jangan kamu bilang aku tidak tau urusanmu Kania. Jelas aku sangat tahu betul siapa kamu dan anak siapa yang kamu kandung itu, dulu kamu menghancurkan hidup aku dengan memfitnah berselingkuh dengan Diki, sekarang tak akan ku biarkan kamu melakukan itu lagi pada siapapun Kania!" tunjuk Salsa pada perut Kania.Aku dan Mas Dio juga mertuaku merasa heran. Apa yang dimaksud Salsa sebe

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 113

    "Mama." Suara seruan anak kecil membuyarkan lamunan Salsa yang sedang termenung duduk di kursi halaman rumahnya.Salsa menoleh ke arah suara anak yang memanggilnya Mama barusan."Tasya," sahut Salsa. Bibir wanita itu membentuk senyuman manis di bibirnya. Tak terkira sama sekali di benaknya bahwa dia akan di panggil Mama oleh anak yang selama ini di tinggalkannya bertahun-tahun.Tasya berlari untuk memeluk sang Mama. Begitu Salsa merentangkan tangan seraya memeluk dengan erat Sanga anak."Nak Mama kangen padamu," bisiknya kala memeluk Tasya. Air matanya begitu deras mengucur membasahi pipi.Dio sungguh terharu tatkala melihat Tasya dan Salsa saling berpelukan. Ternyata tidak ada yang bisa memisahkan ibu dan anak kandung. Berdosakah Dio kerana terlalu melarang Marisa untuk mendekatkan Salsa dan Tasya."Ma, jangan tinggalin Salsa lagi ya, Mama mending tinggal bareng aja sama Papa Dio dan Tasya disana juga ada Ibu Marisa. Pasti Mama betah." Keinginan anak itu begitu polos."Mama tidak bis

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 112

    Ketika Salsa memilih pulang saja karena Tasya sudah dibawa pergi oleh Bu Sonia. Begitu kejamnya wanita paruh baya itu hingga kini dia masih membenciku dan tidak mau memaafkan ku. Padahal aku dulu di jebak oleh Kania bukan keinginanku untuk berselingkuh dengan Diki -adik ipar Dio.Di tengah perjalan Salsa begitu lesu, anak kandungnya kini malah menjauh akibat dijauhkan oleh mertuanya itu. Bahkan Tasya pun tak merespon sama sekali pada Salsa.Entah harus melakukan apa lagi agar anak semata wayangnya itu tau dan aku menerima Salsa sebagai ibu kandungnya."Aku menyesal Nak, dulu telah meninggalkanmu dengan nenekmu yang jahat ini. Tapi kalau aku bawa kamu pergi dengan Mama. Aku takut tidak bisa merawatnya dan tidak bisa membahagiakannya. Setelah orang tuaku meninggal aku tidak tau harus bagaimana. Aku menyesal!" ungkap Salsa di sela perjalanan ia menangis histeris.Namun Salsa terus saja melangkah walaupun langkahnya begitu berat. Pada saat akan mengembang jalan Salsa melihat Sang anak yan

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 111

    "Mas, a-aku boleh minta sesuatu dari kamu lagi?" ucap Kania ketika melihat Dio yang telah sibuk dengan laptop di hadapannya."Minta apa? Kalau untuk minta uang maaf aku tidak bisa kasih," sergah Dio.Belum juga Kania berbicara tapi Dio sudah terus terang berbicara seperti itu, seolah sudah tahu kalau Kania akan meminta uang."Mas, tapi aku sangat butuh uang itu sekarang, bolehkan aku minta lagi," bujuk Kania ketika Dio tidak mau memberinya."Kania, kemarin kamu minta uang. Dan sekarang kamu minta uang lagi, kamu pikir gampang cari uang tinggal manjat gitu, aku juga harus kerja keras untuk mendapatkan uang banyak!" gerutu Dio."Mas kok kamu pelit banget sih, aku ini sedang hamil anak kamu! Pengeluaran aku banyak harusnya kamu mengerti dengan keadaan aku yang saat ini berbadan dua!" Kania kembali menggerutu Dio balik."Pokoknya Mas sekarang tidak mau memberimu uang lagi, pengeluaran kamu sekarang semakin banyak tapi Mas tidak tahu uang itu kamu pakai untuk apa?!""Ya untuk keperluan aku

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 110

    "Mana sih tuh orang jam segini masih belum datang juga! Katanya butuh duit! Malah gue yang harus nunggu!" gerutu Kania pada Hendri. Pria yang di tunggunya belum kunjung datang juga.Wanita itu terus saja celingukan sambil sesekali melirik ponsel untuk melihat jam.Salsa tak sengaja lewat melihat Kania sedang gelisah menunggu seseorang. Akhirnya Salsa berniat menemui Kania yang berada di restoran tersebut."Panik bener wajahnya," sindir Salsa ketika menghampiri Kania yang telah duduk di kursi dalam restoran tersebut.Kania menyimpan ponsel yang baru saja ia ambil. Kania menoleh ke arah Salsa. Wanita itu nampak kesal saat yang di tunggu Hendra yang datang malah musuh bebuyutannya."Heh ngapai Lo disini? Kasihan banget gak diakui sama anak sendiri emangnya enak. Makannya Lo jagain anak Lo dari bayi, biar gak di gondok sama si Marisa. Lo tu insaf jangan mesum mulu. Jadinya begini anak sendiri aja gak mau mengakui kalau Lo adalah ibu kandung yang udah ngelahirin dia. Kasihan, kasihan, kasi

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 109

    Ting! Benda pipih yang yang tergeletak di atas meja terus saja berbunyi, namun tak ada satupun orang yang mengangkatnya. Entah ponsel siapa? Ku hampiri ponsel yang tersimpan di atas meja itu, memastikan. Dan ternyata adalah ponsel maduku sendiri.Awalnya aku tak ingin mengambilnya, apalagi harus diantarkan pada Kania, rasanya malas sekali. Namun suara deringan ponsel itu tak berhenti membuat berisik.Tak ada pilihan lain, tak ada salahnya kalau aku berikan ponsel miliknya Kania itu. Siapa itu memang telepon penting."Kania, Kania," seruku di balik pintu, namun tak ada sahutan sama sekali. Entah di mana keberadaan wanita itu. Kebetulan pintu kamarnya tidak tertutup rapat, apakah mungkin di dalam kamar mandi. Lalu ku memberanikan diri masuk ke dalam bilik kamarnya."Kalau ku angkat, takutnya penting. Apalagi nomornya dari nomor baru, tapi kalau dibiarkan suara dering nya cukup mengganggu," gumamku seraya mencari keberadaan maduku.Saat mata ini tak sengaja melihat ke halaman belakang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status