Share

Bab 5

Author: Azril
last update Last Updated: 2023-08-07 21:42:09

Melihat reaksi Dio, Bu Minah paham sekali bahwa Dio sedang gelagapan membutuhkan uang, jangankan untuk membayar biaya rumah sakit, untuk makan sehari-hari pun pasti mereka berjuang setengah mati. Mumpung Dio sedang kesusahan Bu Minah pun muncul untuk menjadi pahlawan.

"Kamu pasti bingung kan Dio?" seru Bu Minah tiba-tiba menghampiri menantunya.

Bu Minah duduk di sebelah Dio, betapa Dio terperanjat saat melihat Mertuanya yang sangat membencinya bisa duduk bersanding.

"Iya, Bu. Aku sedang bingung dengan biaya pengobatan Marisa."

"Makannya kamu jangan miskin!" ledeknya.

"Bu, siapa sih yang ingin miskin, semua orang pun ingin berkecukupan," lirih Dio menumpahkan isi hatinya.

"Sudahlah! Kok kamu jadi curhat sih! emangnya saya mamah dedeh apa."

Bu Minah mengambil amplop berwarna coklat dari dalam tasnya, amplop itu begitu tebal sepertinya memang isinya uang yang banyak, "Kamu tahu ini apa?"

"Uangkan bu," jawab Dio.

"Iya, betul sekali. Kamu bisa pake uang ini asalkan …"

"Beneran, Bu."

"Asalkan kamu ceraikan anak saya sekarang juga!" tegas Bu Minah.

Betapa Dio tertegun mendengarnya, Dio menatap wajah mertua yang di sebelahnya dengan sorot mata yang amat kecewa. Ibu macam apa Bu Minah, untuk membayar pengobatan anaknya saja mesti ada syarat. Mungkin hati Bu Minah terbuat dari batu sehingga ia tak peduli sama sekali dengan anaknya sekalipun.

"Bu, Marisa anak Ibu!" ungkapnya Dio.

"Saya tak peduli! Kalau kamu setuju, saya serahkan uang ini padamu!"

"Maaf, Bu. Uang masih bisa dicari!" tampik Dio seraya pergi meninggalkan Bu Minah.

Entah apa yang ada di pikiran Mertuanya itu hingga tega akan memisahkan keluarga yang utuh. Pria muda itu sangat kecewa, ibu mertuanya benar-benar sudah kelewatan batas. Walaupun diterjang badai hebat sekalipun Dio tak akan menceraikan istrinya yang selalu menemaninya disaat suka maupun duka.

"Sialan! Si Dio pake acara nolak. Lihat saja nanti, kamu pasti balik lagi mohon-mohon," pekik Bu Minah kesal karena penolakan Dio.

***

Dio berjalan dengan tergesa diiringi dengan ponsel yang terus menerus berbunyi di genggaman tangannya, sesekali ia celingukan melirik sekeliling rumah sakit.

Keke, yang sedang duduk mencari sinyal merasa curiga dengan tingkah Dio yang terlihat panik.

"Mau kemana dia, jelas sekali ada kegelisahan di raut wajahnya, apa karena belum dapat uang biaya pengobatan Kak Marisa? Ah, bodo amat," gumam Keke seraya sibuk dengan ponsel di tangannya.

'Tapi, kenapa dia tidak mengangkat ponsel yang terus berbunyi?' batin Keke merasa penasaran, ia yakin sekali bahwa suami Kakaknya sedang menyembunyikan sesuatu.

Keke pun segera mengikuti langkah Dio yang mencurigakan, Keke yakin sekali bahwa arah tujuannya ke toilet.

"Ngapain juga Dia kesini. Ah, bisa jadi dia sedang kebelet," ujar Keke.

Keke menghela nafas kasarnya betapa kecurigaannya saat ini, amatlah salah. Keke yakin mana mungkin seorang tukang cendol punya rahasia.

Ketika Keke akan berbalik arah terdengan suara samar-samar dari dalam toilet, "Tapi, kenapa sepertinya Kak Dio sedang berbicara dengan seseorang di dalam toilet, dengan siapa? Kenapa harus di dalam toilet?"

Kali ini Keke benar-benar penasaran, gadis itu mempertajam pendengarannya dengan menempelkan daun telinga pada daun pintu yang telah tertutup sempurna, Keke mencari lobang kecil untuk mengintip kedalam. Namun tak kunjung ketemu.

("Paman terima kasih bantuannya, ini sangat membantu. Lain waktu saya akan bayar semuanya yang telah paman kasih pada saya,") ucap Dio yang sedang berbicara dengan ponselnya, dan entah siapa yang menghubunginya itu.

("Nanti sore kita ketemu, Paman sudah kangen dengan keponakan Paman yang satu ini.")

("Baiklah Paman, dan satu lagi, Paman. Jangan sampai Ayah tahu kalau aku disini,") ujar Dio.

'Hah, Paman. Siapa ya?' batin Keke bertanya seraya masih mendengarkan.

'Dan kenapa Kak Dio bilang Ayah gak boleh tau, memangnya kenapa? Berarti dia masih mempunyai ayah, padahal kata Kak Marisa orang tuanya sudah tidak ada. Ini ada yang tidak beres! Tapi kenapa harus dirahasiakan aneh banget.' Lanjut batin Keke.

Penasaran sekali rasanya. Tapi, Dio sudah mematikan ponselnya. Keke pun yang sedang fokus mendengarkan tersentak, dan secepat mungkin bersembunyi di tempat yang aman agar Dio tidak mengetahui bahwa adik iparnya sedang mengintai.

Dio keluar dari toilet terlihat wajahnya yang sangat sumringah, bibirnya tak henti melengkung membentuk senyuman.

Dio melanjutkan melangkah, Keke pun tidak mau kehilangan jejaknya akan terus mengikuti langkahnya kemanapun ia pergi.

Tapi ternyata Dio pergi ke BRilink, mungkin untuk mengambil uang pinjaman, "Tapi pinjam dari siapa? Bisa jadi dari yang barusan di panggilnya dengan sebutan Paman, berarti tukang cendol itu masih ada keluarganya tapi kenapa Kak Marisa juga gak tahu siapa keluarganya dan dari mana asal-usulnya, kenapa juga harus di sembunyikan." Membuat Keke semakin penasaran.

***

"Bu, kapan kita pulang? Kenapa Mas Dio lama sekali di ruangan administrasinya ya?" tanya Marisa kepada sang Ibu.

"Mungkin suamimu sudah gelagapan lantaran tak bisa membayar pengobatanmu Mar," ujar Sang Ibu.

Andai saja Marisa tidak sakit atau menahan sakit ini supaya tidak di bawa kerumah sakit, mungkin Marisa tidak akan merepotkan suaminya. Kasian sekali Dio harus mencari uang yang nominalnya lumayan banyak dalam waktu terbilang lebih singkat.

"Ya sudah, pake uang Ibu dulu. Tunggu di sini Ibu akan membayar semuanya."

"I-ibu dari mana punya uang?"

"Kamu tidak perlu tahu, nanti Ibu jelaskan di rumah," tegasnya.

Marisa menunggu dalam ruangan, sudah tidak betah sekali rasanya kalau harus berlama-lama di tempat ini.

***

Sudah yakin sekali Dio tidak akan sanggup membayar semua biaya berobat istrinya Bu Minah Pun sudah tahu bahwa dirinya yang akan menang.

"Hah!" Bu Minah terperanjat saat melihat seorang Dio menantu yang selalu di sepelekannya sudah didepan mata, sedang menandatangani pembayaran.

"Sudah ya, Pak. Silahkan Mbak Marisa sudah bisa pulang," perintah Suster.

Betapa bahagianya Dio, akhinya bisa membawa istrinya pulang ke rumah. Raut wajah yang bimbang seketika menjadi riang.

"Sayang kita pulang," ucap Dio merasa bahagia.

"Beneran Mas, kita pulang?" tanya Marisa antusias.

Dio dan Marisa bersorak bahagia, Dio mencium dan segera menggendong Tasya yang sejak tadi bersama ibunya.

"Bahagia sekali kalian," cetus Bu Minah yang baru datang.

"Iya, Bu. Akhirnya kita bisa pulang kerumah, terimakasih ya Bu," ucap Marisa.

"Jangan terimakasih sama Ibu."

"Kenapa? Memang ibu yang sudah bayar biaya pengobatan kukan, Bu?" tanya Marisa.

"Bukan ibu, tapi suamimu," tunjuk Bu Minah ketus pada Dio.

"Bukankah barusan …"

"Sudahlah Mar, kita pulang. Tidak penting siapa yang membayar, yang terpenting sekarang kamu sehat," ujar Dio.

Geram sekali rasanya Bu Minah harus menerima kekalahan. Lantaran Dio sudah berhasil membayar biaya Marisa tanpa bantuannya.

'Bangsat! Dari mana tukang cendol mendapatkan uang sebanyak itu' batin Bu Minah bergemuruh hebat.

Bu Minah pun berjalan cepat seraya kesal di benaknya. Bu Minah benar-benar heran dari mana Dio dapat uang sebanyak itu.

"Ibu, tunggu," teriak Keke dari kejauhan berlari menghampiri sang bunda dan Kakak.

"Dari mana saja kamu? Ibu cari-cari tidak ketemu," pekik Bu Minah.

"Aku mencari sinyal Bu, disini susah sekali sinyal." Alasan yang begitu kuat.

Dio dan Marisa serta Tasya berjalan pelan perlahan sedangkan Bu Minah dan Keke berjalan lebih cepat, lantaran ingin segera beristirahat.

"Bu, kayaknya ada yang mencurigakan dengan tukang cendol itu," beber Keke.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Oma Zian
keke mulut pedes banget kaya cabe seperti ibunya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 114

    Melihat tindakan Kania itu membuat Bu Sonia iba memandang air matanya yang tidak henti mengucur deras.Hampir saja Bu Sonia memaafkan Kania namun dengan tiba-tiba Salsa datang bersama pria yang saat itu bersama Kania, yaitu Hendra."Jangan biarkan Ibu memaafkan dia Bu, air mata Kania tidak tulus sama sekali. Itu hanyalah sandiwara semata," sahut Salsa."Diam kamu Salsa kamu tidak apa-apa dengan urusanku!" sentak Kania pada Salsa.Kania tercengang kala melihat Hendra sudah berada di samping Salsa. 'Mengapa Hendra ada disini? Untuk apa dia bersama Salsa?' batin Kania bertanya seraya ada rasa cemas di benaknya."Jangan kamu bilang aku tidak tau urusanmu Kania. Jelas aku sangat tahu betul siapa kamu dan anak siapa yang kamu kandung itu, dulu kamu menghancurkan hidup aku dengan memfitnah berselingkuh dengan Diki, sekarang tak akan ku biarkan kamu melakukan itu lagi pada siapapun Kania!" tunjuk Salsa pada perut Kania.Aku dan Mas Dio juga mertuaku merasa heran. Apa yang dimaksud Salsa sebe

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 113

    "Mama." Suara seruan anak kecil membuyarkan lamunan Salsa yang sedang termenung duduk di kursi halaman rumahnya.Salsa menoleh ke arah suara anak yang memanggilnya Mama barusan."Tasya," sahut Salsa. Bibir wanita itu membentuk senyuman manis di bibirnya. Tak terkira sama sekali di benaknya bahwa dia akan di panggil Mama oleh anak yang selama ini di tinggalkannya bertahun-tahun.Tasya berlari untuk memeluk sang Mama. Begitu Salsa merentangkan tangan seraya memeluk dengan erat Sanga anak."Nak Mama kangen padamu," bisiknya kala memeluk Tasya. Air matanya begitu deras mengucur membasahi pipi.Dio sungguh terharu tatkala melihat Tasya dan Salsa saling berpelukan. Ternyata tidak ada yang bisa memisahkan ibu dan anak kandung. Berdosakah Dio kerana terlalu melarang Marisa untuk mendekatkan Salsa dan Tasya."Ma, jangan tinggalin Salsa lagi ya, Mama mending tinggal bareng aja sama Papa Dio dan Tasya disana juga ada Ibu Marisa. Pasti Mama betah." Keinginan anak itu begitu polos."Mama tidak bis

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 112

    Ketika Salsa memilih pulang saja karena Tasya sudah dibawa pergi oleh Bu Sonia. Begitu kejamnya wanita paruh baya itu hingga kini dia masih membenciku dan tidak mau memaafkan ku. Padahal aku dulu di jebak oleh Kania bukan keinginanku untuk berselingkuh dengan Diki -adik ipar Dio.Di tengah perjalan Salsa begitu lesu, anak kandungnya kini malah menjauh akibat dijauhkan oleh mertuanya itu. Bahkan Tasya pun tak merespon sama sekali pada Salsa.Entah harus melakukan apa lagi agar anak semata wayangnya itu tau dan aku menerima Salsa sebagai ibu kandungnya."Aku menyesal Nak, dulu telah meninggalkanmu dengan nenekmu yang jahat ini. Tapi kalau aku bawa kamu pergi dengan Mama. Aku takut tidak bisa merawatnya dan tidak bisa membahagiakannya. Setelah orang tuaku meninggal aku tidak tau harus bagaimana. Aku menyesal!" ungkap Salsa di sela perjalanan ia menangis histeris.Namun Salsa terus saja melangkah walaupun langkahnya begitu berat. Pada saat akan mengembang jalan Salsa melihat Sang anak yan

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 111

    "Mas, a-aku boleh minta sesuatu dari kamu lagi?" ucap Kania ketika melihat Dio yang telah sibuk dengan laptop di hadapannya."Minta apa? Kalau untuk minta uang maaf aku tidak bisa kasih," sergah Dio.Belum juga Kania berbicara tapi Dio sudah terus terang berbicara seperti itu, seolah sudah tahu kalau Kania akan meminta uang."Mas, tapi aku sangat butuh uang itu sekarang, bolehkan aku minta lagi," bujuk Kania ketika Dio tidak mau memberinya."Kania, kemarin kamu minta uang. Dan sekarang kamu minta uang lagi, kamu pikir gampang cari uang tinggal manjat gitu, aku juga harus kerja keras untuk mendapatkan uang banyak!" gerutu Dio."Mas kok kamu pelit banget sih, aku ini sedang hamil anak kamu! Pengeluaran aku banyak harusnya kamu mengerti dengan keadaan aku yang saat ini berbadan dua!" Kania kembali menggerutu Dio balik."Pokoknya Mas sekarang tidak mau memberimu uang lagi, pengeluaran kamu sekarang semakin banyak tapi Mas tidak tahu uang itu kamu pakai untuk apa?!""Ya untuk keperluan aku

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 110

    "Mana sih tuh orang jam segini masih belum datang juga! Katanya butuh duit! Malah gue yang harus nunggu!" gerutu Kania pada Hendri. Pria yang di tunggunya belum kunjung datang juga.Wanita itu terus saja celingukan sambil sesekali melirik ponsel untuk melihat jam.Salsa tak sengaja lewat melihat Kania sedang gelisah menunggu seseorang. Akhirnya Salsa berniat menemui Kania yang berada di restoran tersebut."Panik bener wajahnya," sindir Salsa ketika menghampiri Kania yang telah duduk di kursi dalam restoran tersebut.Kania menyimpan ponsel yang baru saja ia ambil. Kania menoleh ke arah Salsa. Wanita itu nampak kesal saat yang di tunggu Hendra yang datang malah musuh bebuyutannya."Heh ngapai Lo disini? Kasihan banget gak diakui sama anak sendiri emangnya enak. Makannya Lo jagain anak Lo dari bayi, biar gak di gondok sama si Marisa. Lo tu insaf jangan mesum mulu. Jadinya begini anak sendiri aja gak mau mengakui kalau Lo adalah ibu kandung yang udah ngelahirin dia. Kasihan, kasihan, kasi

  • SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT   Bab 109

    Ting! Benda pipih yang yang tergeletak di atas meja terus saja berbunyi, namun tak ada satupun orang yang mengangkatnya. Entah ponsel siapa? Ku hampiri ponsel yang tersimpan di atas meja itu, memastikan. Dan ternyata adalah ponsel maduku sendiri.Awalnya aku tak ingin mengambilnya, apalagi harus diantarkan pada Kania, rasanya malas sekali. Namun suara deringan ponsel itu tak berhenti membuat berisik.Tak ada pilihan lain, tak ada salahnya kalau aku berikan ponsel miliknya Kania itu. Siapa itu memang telepon penting."Kania, Kania," seruku di balik pintu, namun tak ada sahutan sama sekali. Entah di mana keberadaan wanita itu. Kebetulan pintu kamarnya tidak tertutup rapat, apakah mungkin di dalam kamar mandi. Lalu ku memberanikan diri masuk ke dalam bilik kamarnya."Kalau ku angkat, takutnya penting. Apalagi nomornya dari nomor baru, tapi kalau dibiarkan suara dering nya cukup mengganggu," gumamku seraya mencari keberadaan maduku.Saat mata ini tak sengaja melihat ke halaman belakang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status