Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 26"Iya si Opi masa bilang katanya adiknya tega ngerebut suaminya. Adiknya si Opi siapa lagi kalau bukan si Arin, iya 'kan?" kata Bu Wiwin.Ibu mertua diam, lalu melirik pelan ke arahku sambil menghela napas. Aku menunduk saja. Sudah kadung lemes, males juga kalau harus jelasin, mending kalau mereka ngerti, kalau nggak? Percuma."Halah, biasa itu, lagi ada percikan dikit, kesalahpahaman, palingan juga entar pada baikan lagi." Ibu mertua merespon santai akhirnya, sambil mengibaskan tangannya di depan wajah."Ah masa sih? Kok kayak lagi ada masalah gede ya? Si Opi sampe koar-koar di Facebook gitu. Mana komenannya pedes-pedes kayak nyindir si Arin." Bu Wiwin maksa."Udah biarin aja. Namanya anak muda, kakak beradik pasti ada aja kan gesekannya? Kita yang tua-tua yang harus paham. Iya 'kan ibu-ibu?" respon Ibu mertua lagi, sambil senyum lebar pada mereka berdua."Ya iya sih, tapi emang bener kalian lagi slek Rin?" Bu Wiwin menyikut lenganku.
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 27"Aku puas ... benar-benar puaaas! Tak kusangka usahaku untuk menghancurkan si Arin dengan menjebaknya malam kemarin ternyata berhasil," katanya lagi.Dadaku langsung bergemuruh. Darahku terasa berdesir hebat. Sementara tangan dan rahangku juga pelan-pelan mengencang.Mbak Opi, ternyata dia emang sengaja melakukan ini? Ya Tuhan, aku tak pernah menyangka dia sejahat itu.Aku mati-matian ingin menjelaskan padanya bahwa semua ini hanya salah paham, tapi ternyata semua ini memang rencananya? Keterlaluan, sebenarnya apa masalah dia denganku?Aku yang geram baru akan menendang pintu kamar dengan kencang saat aku ingat, tak perlu aku berlaku anarkis sekarang. Mengumpulkan bukti bahwa aku memang tak bersalah dan Mbak Opi adalah dalang di balik semua ini kurasa akan lebih baik dari pada sekarang aku harus melabraknya.Oke, saat itu juga buru-buru aku membuka ponsel dan menyalakan perekam video. Pintu kamar agak terbuka sedikit, mungkin gambarny
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 28POV OPI'OTW jalan-jalan sama misua dan keluarga tercinta.'Aku melotot saat melihat status WA si Arin pagi-pagi. Dia mengunggah sebuah foto selfie bersama keluarganya di depan mobil berikut beberapa koper dekat mereka.Si Arini mau jalan-jalan? Gak salah?Cepat aku bangkit dan mengintip dari jendela kamar. Benar rupanya, mereka tengah bersiap untuk pergi. Sopirnya yang kemarin dan ART rumah itu tengah sibuk memasukan koper-koper mereka ke dalam bagasi. Sementara si Arin dan suaminya baru saja masuk ke dalam mobil gagah mereka."Eh serius mereka mau jalan-jalan? Kok bisa sih? Bukannya harusnya rumah tangga mereka bubar ya? Kok malah pada jalan-jalan sih?" Aku menggerutu sendiri. Bingung sekaligus kesal melihat mereka hendak pergi sambil ketawa ketiwi. Seolah tak ada apa-apa antara mereka.Tak puas melihat dari jendela, aku pun pergi ke luar. Sayang, mereka malah udah otw dengan mobil mereka yang mengkilap itu. Argghh sial."Apaan sih
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 29"Loh Mas, tapi ... kenapa aku harus pergi? Aku ....""Mulai sekarang kamu bukan istriku lagi. Aku ceraikan kamu Opi. Sana balik ke rumah ibumu. Jelas?"Mataku melotot, dadaku sesak, sementara mulutku menganga."M-Mas kamu ... kamu ... kamu bener mau ceraikan aku?" tanyaku dengan tubuh yang sudah lemas dan mata yang terhalang kabut."Bukan mau, tapi udah. Gak denger kamu tadi aku ceraikan kamu? Dasar perempuan gak jelas," hardiknya.Dia lalu melengos ke depan pintu dan berusaha membukanya. Cepat kuhampiri dia lagi."Mas, Mas tunggu!""Apa lagi sih?""Tapi Mas, aku gak mau cerai sama kamu. Dan kamu gak bisa ceraikan aku sepihak gini dong."Matanya menyipit, "gak mau diceraikan sepihak? Kamu tenang aja Opi, karena aku pasti akan menceraiaknmu resmi di pengadilan secepatnya."Mataku makin melotot dengan dada yang bergemuruh hebat."Nggak. Bukan gitu Mas, aku gak mau cerai sama kamu. Kamu gak boleh ceraikan aku, Mas. Kita baikan ya. Aku maa
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 30"Bu, oleh-oleh nih dari ibu mertua," katanya, sambil menaruh plastik besar yang entah isinya apa ke atas meja.Ibu membuang muka dan melipat tangannya di dada."Gak usah, bawa lagi aja sana. Gak Sudi Ibu terima oleh-oleh dari anak yang udah bikin malu keluarga dan bikin rumah tangga Mbakmu sendiri hancur," ketus Ibu.Aku cekikikan dalam hati. Rasain kamu Arin. Emang enak diketusin ibu."Ibu tuh kenapa sih? Oleh-oleh dari ibu mertua sama Arin yang bikin malu apa hubungannya?" respon si Arin akhirnya."Ya ada tentu aja. Bagi Ibu, haram hukumnya makan makanan dari orang yang gak tahu malu kayak mau. Karena apa? Karena Ibu bisa kena sial dan ikutan nanggung dosa kamu nantinya!" pekik Ibu, membuat si Arin seketika menarik napas berat dan panjang.Sementara aku masih memilih diam. Mayan, kekeselanku tadi sedikit terobati saat melihat si Arin diomeli dan makin dibenci sama ibu begitu. Haha."Udah sana kamu balik! Bawa lagi tuh semua yang kamu
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 31POV ARIN"Ariin! Ya ampun Nak, syukurlah kamu udah sadar." Ibu mertua langsung memelukku yang masih dalam pembaringan ranjang rumah sakit.Aku sadar bagaimana kondisiku ketika aku membuka mata. Terakhir aku ingat, aku sedang dicekik oleh Mbak Opi di rumah ibu, mungkin aku hampir mati makanya sekarang aku dilarikan ke rumah sakit.Ya Allah kepalaku juga agak nyeri saat aku bergerak, tapi untunglah aku bisa sadar lagi."Arin, Ibu kata juga apa? Kamu itu jangan gegabah kalau mau pergi ke rumah ibumu, minta temenin Mumun 'kan bisa," kata Ibu mertua lagi, mengangkat dirinya dari dadaku.Ibu mertua tampak khawatir dengan kondisiku, mata beliau bengkak, mungkin habis menangis entah berapa lama."Maaf Bu, tapi Arin udah gak apa-apa kok.""Iya tapi kamu itu berhasil bikin kami semua khawatir selama seharian ini. Dari tadi pagi kamu masuk rumah sakit, baru sekarang kamu sadar. Siapa yang gak khawatir?"Aku mengulum senyum tipis, "maaf ya, Bu. A
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 32"Iya Jay. Tega banget perempuan itu fitnah adiknya sendiri. Untung aja Arin langsung dapat bukti kebenarannya bahwa dia gak bersalah, kalau nggak, mungkin kamu dan Arin udah entah gimana."Bang Jaya melirik ke arahku."Maafin Abang ya, Abang kemarin sempet kecewa sama kamu, Abang pikir kamu beneran tega karena Mas Agas sendiri ngaku kalau kalian punya hubungan," ucapnya kemudian."Agas itu emang stres Jay. Ibu saksinya kalau istrimu ini gak pernah selingkuh, jadi apa pun yang dikatakan pria itu, kamu gak boleh langsung percaya aja sama dia," kata Ibu mertua lagi.Bang Jaya mengangguk dan langsung menarikku dalam dadanya."Maaf ya.""Abang ih, malu ada Ibu.""Biarin, emang kenapa?"Aku menutup wajah dengan telapak tangan. Duh, merah banget pasti nih pipi karena mesra-mesraan diliatin sama bumer hehe."Nah gitu dong pada akur, apaan kemarin diem-dieman? Ribet Ibu lihatnya juga."Aku dan Bang Jaya menggelak tawa."Eh, besok pada ikut Ibu
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 33"B-Bu, ini ... ini ... ini gak seperti yang-""Apa semua ini Opi?!""B-Bu!"Plak!Tamparan dari tangan ibu mendarat keras di pipi Mbak Opi. Nyeri dan panas Aku yakin sekarang sedang menjalar ke seluruh tubuhnya. Hmh rasain kamu Mbak, ini baru permulaan."Jadi semua ini adalah ulahmu sendiri Opi? Untuk apa kamu melakukannya, hah?!""Bu, tap-tapi ini ... Opi bisa jelasin. Opi terpaksa melakukan ini Bu, karena Opi kesel sama si Arin sampai saat ini suami Opi selalu ingat dan nyebut-nyebut nama si Arin. Opi gak salah 'kan, Bu? Opi gak salah 'kan?""Diam kamu! Kamu bener-bener udah bikin Ibu kecewa!" sentak Ibu lagi, sebelum akhirnya Ibu masuk ke kamar dan membanting pintunya dengan kencang.Mbak Opi cepat menggedor pintu tersebut."Bu! Bu! Tapi Opi gak salah, Bu. Yang salah itu si Arin Bu, siapa suruh dia selalu jadi wanita idaman suami Opi, Bu! Bu, buka, Bu!"Mataku melebar, tanganku mengepal."Tutup mulut kamu itu, Mbak. Aku gak tahu me