Sebuah tangan memegang kasar tangan Evalista, bahkan Nayna sudah melindungi wajahnya karena yakin kalau Evalista pasti akan menamparnya, Nayna yang merasakan tangan Evalista tidak mendarat diwajahnya langsung membuka matanya yang tadi sempat terpejam.
Ternyata...
"Siapa kau?" geram Evalista menarik tangannya yang dipegang kasar oleh pria itu.
"Aku Lukas, calon suami Nayna. Kenapa? Anda mau menyakiti calon istri saya?" tanya Lukas menatap tajam pada Evalista.
Nayna yang sejak tadi hanya diam saja langsung terkejut saat mendengar Lukas mengaku kalau dia adalah calon suaminya Nayna. Tapi untuk sekarang Nayna tidak mau mempermalukan Lukas, apa lagi hal ini bisa menyelamatkan Nayna juga dari amarah Evalista karena kejadian tadi pagi.
"Tuan, istri mu memeluk suamiku tadi pagi! Kau marahi istrimu sebelum aku jambak rambut istrimu itu!" Evalista marah bahkan dia juga menunjuk-nunjuk Nayna dengan tatapan amarah.
Lukas menatap Nayna dan langsung memutar bola matanya malas.
"Kenapa aku harus memarahi calon istriku? Walaupun calon istriku salah, aku tidak akan memarahinya karena aku tau dia punya alasan tertentu melakukan hal itu." Lukas memeluk Nayna dengan erat.Evalista semakin kesal dengan sikap Lukas yang terlihat ingin mempermalukannya, Evalista tidak mengatakan apa pun lagi. Dengan menginjak-injakan kakinya Evalista pergi dari sana meninggalkan Nayna dan Lukas.
Tangan Evalista mengepal kuat karena dia merasa kalah dari Nayna, baru kali ini ada wanita yang mendekati suaminya dan suaminya tidak melakukan apa pun pada wanita itu.Padahal sebelumnya Dion pernah digoda lebih parah oleh wanita lain, tapi reaksi Dion sangat berbeda. Saat itu Dion marah dan langsung melaporkan wanita murahan itu ke pada polisi walaupun dengan alasan tidak jelas.
"Aku yakin sekarang pasti ada yang aneh, wanita itu bukan hanya masa lalu Dion tapi lebih dari sekedar masa lalu. Awas saja kamu!" Evalista marah sampai mengancam Nayna.
Nayna menatap pada Lukas yang masih berdiri disampingnya.
"Beraninya kau! Aku sudah mengijinkan kamu tinggal dan sekarang kamu malah mengakui kalau kamu calon suami aku, dasar tidak tau malu!" Nayna mendorong dada Lukas hingga membuat Lukas mundur kebelakang."Maafkan aku, Nona. Tapi aku tidak suka ada orang yang melakukan hal itu padamu, maafkan aku." Pandangan Lukas langsung menunduk dia merasa kalau hal yang dia lakukan adalah benar-benar salah.
"Tidak apa, tapi jangan lakukan hal itu lagi. Sekarang ayo kita bayar baju kamu ini," sahut Nayna.
Lukas mengikuti Nayna sambil menuntun tangan Saka agar tidak hilang dari pandangannya. Di kasir Nayna membayar semua pakaian yang dia pilih tadi, tidak lupa dia juga membayar pakaian bagus yang Lukas pakai. Nayna tidak habis pikir karena Lukas malah memilih celana bahan dan jas hitam untuk pakaian Lukas sehari-hari.
Nayna mengeluarkan uang sedikit banyak untuk membayar itu semua, tapi Nayna tidak mempermasalahkannya. Sekarang kalau Nayna marah maka dia akan semakin tidak terkendali, hal itu karena akibat Evalista ditambah lagi dengan masalah Lukas.
Nayna memberikan beberapa paper bag yang isinya pakaian itu pada Lukas, untuk pertama kalinya Nayna melihat seorang pria bahagia karena mendapatkan barang dari Nayna, padahal dahulu Dion tidak sebahagia itu saat mendapatkan hadiah dari Nayna.
"Terimakasih, Nona." Lukas mengucapkan terimakasih sambil membungkukkan badannya berkali-kali.
"Tidak masalah," ucap Nayna dingin.
**
Nayna keluar dari kamarnya, Nayna sudah berpakaian rapi karena akan berangkat bekerja. Dia melihat Lukas sedang sibuk memasak di dapur, baru kali ini Nayna melihat ada seorang pria yang suka memasak. Jika saja mereka menikah mungkin mereka akan menjadi pasangan yang terbalik karena Istri yang bekerja dan suami yang sibuk di dapur.
"Nona, mau berangkat? Makanlah dahulu." Lukas menyiapkan masakannya di atas meja makan.
"Kau juga makanlah," ketus Nayna.
"Nanti saja, aku akan makan bersama Saka." Lukas kembali menyiapkan makanan lagi di dapur.
Nayna menggukan kepalanya, tanpa bicara lagi Nayna langsung makan dan akan berangkat ke tempat dia bekerja karena sudah hampir terlambat.
"Aku akan berangkat, jangan lupa jaga rumah dan Saka." Nayna berucap sambil memakai tas yang selalu dia bawa ke tempat kerja.
Tak lupa dia juga menitipkan Saka pada Lukas. Nayna akhirnya bisa berangkat dengan tenang untuk bekerja setelah sekian lama Nayna takut terjadi sesuatu pada Saka, apa lagi di panti tempat Saka diasuh banyak sekali anak-anak yang nakal.Sesampainya di perusahaan, Nayna langsung berkumpul bersama rekan kerjanya karena akan ada meeting untuk menentukan lokasi pembangunan pabrik. Rekannya menatap aneh pada Nayna, hingga seseorang teman Nayna memberanikan diri bertanya pada Nayna.
"Nay, kemarin kamu memeluk tuan Dion?" tanya Indah temannya.
Degh!
Inilah pembahasan yang Nayna hindari, tapi sayang teman-temannya seolah menunggu jawaban dari Nayna, Nayna tersenyum kaku. Tatapannya menatap pada semua rekan kerjanya.
"Ya, aku memeluk tuan Dion kemarin!" Nayna berucap dengan jujur.Teman-temannya langsung terkejut mendengar kejujuran dari Nayna, bahkan ada temannya yang menyangka kalau Nayna wanita murahan.
"Kenapa bisa?"
"Apa dia tidak marah?"
"Ada istrinya juga kan?"
"Apa kalian punya hubungan?"
Pertanyaan itu datang dari teman-teman Nayna, dan Nayna hanya tersenyum saja. Nayna masih tenang walaupun teman-temannya itu mengklaim Nayna dengan pemikiran aneh mereka.
"Aku memang memeluknya, kalian tau? Tuan Dion mirip sekali dengan Papahnya Saka, replek saja aku langsung memeluknya karena aku merindukan Papahnya Saka. Mungkin kalian berpikir kalau aku gatal atau murahan, tapi aku hanya seorang kekasih yang ditinggal pergi kekasihnya." Nayna beralibi agar teman-temannya tidak banyak bertanya tentang hubungan dia dan Dion."Kasihan kamu, Nay. Menjadi ibu tunggal, pasti susah ya?" tanya Indah yang dibalas anggukan kepala oleh Nayna.
"Setidaknya aku masih punya Saka," papar Nayna.
"Apa papahnya Saka meninggal? Karena apa?" tanya seorang laki-laki, masih rekan kerja Nayna juga.
"Papah Saka meninggal karena kecelakaan, saat itu Saka masih dalam kandungan aku." Nayna kembali berbohong lagi hanya untuk meyakinkan agar teman-temannya tidak mempertanyakan masalah itu lebih banyak.
"Kasihannya, Saka tidak melihat bagaimana rupa Papanya." sahut yang lain yang dibalas anggukan kepala oleh Nayna.
"Makannya aku sangat mohon pada kalian agar tidak lagi mengungkit-ungkit Papanya Saka karena itu hanya akan membuat luka semakin dalam di hatiku," ujar Nayna.
"Maafkan kami, Nayna. Kami hanya mendengar kabar itu lalu kami asal mengkliam kalau kamu ingin merebut Tuan Dion. Kamu tau, 'kan? Tuan Dion itu sangat terkenal jadi kami mengira kalau kamu mau sama dia."
"Tidak masalah, saat melihat tuan Dion, aku ingat pada Papanya Saka. Nanti aku akan minta maaf pada Tuan Saka karena sudah berlaku tidak sopan." Nayna melakukan dramanya sedikit.
Brak!
Lukas menggeleng menatap pada hadiah yang baru saja dikirimkan oleh seseorang itu, baru kali ini Lukas melihat ada hadiah yang isinya bangkai kucing. Nayna langsung menatap pada Lukas, banyak pertanyaan yang terlintas di benak Nayna tapi untuk kali ini Nayna tidak ingin membuat masalah lagi karena pernikahannya sebentar lagi."Aku akan kubur kucing ini," ujar Lukas mengambil bangkai itu dan segera menguburnya dibelakang apartemen itu.Baunya begitu menyengat bahkan baunya masih menyengat didalam apartemen Nayna walaupun bangkainya sudah dibawa pergi. Nayna berpikir sejenak dan mencoba mengingat-ingat musuhnya yang begitu nekad.Tapi Nayna tidak tau siapa pengirim dari hadiah itu, tidak heran karena Nayna tidak punya musuh selain keluarga Dion saja."Apa yang mengirimnya Dion?" gumam Nayna bertanya-tanya."Kira-kira siapa yang mengirimnya?" tanya Lukas yang baru saja datang ke sana setelah selesai mengubur bangkai itu."Aku tidak tau!" kesal Nayna."Apa kamu punya musuh?" tanya Lukas.
Malam harinya Nayna masih memikirkan tentang ucapannya tadi di cafe, jika Nayna tau akan seperti ini mungkin Nayna tak akan menyatakan itu. Tapi hanya itu satu-satunya yang bisa Nayna katakan agar dia tak di cap sebagai pelakor."Bagaimana ini?" gumam Nayna.Pintu kamar Nayna terbuka dan ternyata Lukas datang ke sana membawa segelas susu untuk Saka, tapi sayangnya Saka sudah tertidur. Nayna memperhatikan Lukas yang terlihat gagah walaupun Lukas dari kampung, bahkan Nayna berpikir kalau Lukas adalah orang kaya karena perawakan dan wajah Lukas tidak menunjukkan tanda-tanda kesusahan."Jangan pergi, aku mau bicara sesuatu padamu," ujar Nayna menghentikan langkah Lukas yang akan pergi dari sana.Lukas mendekat pada Nayna dan duduk di kursi dekat meja rias Nayna, "Ada apa Nona?" tanya Lukas."Mulai sekarang jangan panggil aku Nona, panggil aku Nayna." Nayna ingin langsung to the point tapi dia juga ragu takutnya Lukas akan menolaknya."Oke, Nayna," ucap Lukas.Nayna menatap pada Lukas. Nam
"Hah, anakku?" beo Dion.Dion yang sudah berjalan menjauh dari posisi Nayna berdiri langsung menatap pada Nayna karena tak percaya pada apa yang Nayna katakan barusan, Dion kembali mendekat pada Nayna. Ternyata Dion tidak mengindahkan ucapan Aluna barusan tapi Dion hanya mendekat dan mentertawakan Nayna yang mengatakan kalau Nayna punya anak dari Dion."Hahaha, tak salah kamu mengatakan kalau kamu punya anak dariku?" tanya Dion tertawa terbahak-bahak.Nayna hanya diam termenung menatap Dion yang tertawa terbahak-bahak dihadapannya, Nayna sudah tidak ingin berdebat dengan Dion karena memang keberadaan Saka tidak diketahui oleh Dion dulunya. Nayna menghela nafasnya kasar, dan pergi tanpa menggubris Dion.Sebuah kekecewaan bagi Nayna karena penantian dia selama bertahun-tahun ternyata harus sirna karena Dion tidak setia pada Nayna. Nayna semakin kecewa karena Dion ternyata sudah menikah dengan seorang wanita yang cukup berada, bahkan Nayna juga yakin kalau dulu Dion pergi meninggalkan Na
Brak!Dion menjatuhkan berkas yang ada di tangannya dengan sengaja, Tanpa mereka duga ternyata Dion sudah datang ke sana dan mungkin mendengar obrolan mereka, karena sekarang Dion adalah orang paling penting jadi dia akan sering datang ke perusahaan tempat Nayna bekerja. Tapi sekarang tidak ada rindu sedikitpun dalam hati Nayna, sekarang yang ada hanya rasa dendam dan rasa keingintahuan Nayna tentang alasan Dion meninggalkannya dahulu.Selain itu Nayna tidak perduli pada apa yang akan Dion lakukan, walaupun dalam hatinya tetap saja Nayna mengharapkan Dion datang padanya dan mengakui Saka sebagai anak mereka."Sekarang kalian bersiaplah, kita akan pergi ke lokasi untuk meresmikan pembangunan pabrik." Dion berucap didepan semua orang dengan tatapan ketus dan dingin.Semua orang langsung pergi dari sana karena akan menaiki kendaraan yang akan mereka tumpangi untuk pergi ke sana, tapi saat ini Nayna hanya diam disana dan menatap tajam pada Dion. Setelah mata mereka bertemu pandang, Nayna
Sebuah tangan memegang kasar tangan Evalista, bahkan Nayna sudah melindungi wajahnya karena yakin kalau Evalista pasti akan menamparnya, Nayna yang merasakan tangan Evalista tidak mendarat diwajahnya langsung membuka matanya yang tadi sempat terpejam.Ternyata..."Siapa kau?" geram Evalista menarik tangannya yang dipegang kasar oleh pria itu."Aku Lukas, calon suami Nayna. Kenapa? Anda mau menyakiti calon istri saya?" tanya Lukas menatap tajam pada Evalista.Nayna yang sejak tadi hanya diam saja langsung terkejut saat mendengar Lukas mengaku kalau dia adalah calon suaminya Nayna. Tapi untuk sekarang Nayna tidak mau mempermalukan Lukas, apa lagi hal ini bisa menyelamatkan Nayna juga dari amarah Evalista karena kejadian tadi pagi."Tuan, istri mu memeluk suamiku tadi pagi! Kau marahi istrimu sebelum aku jambak rambut istrimu itu!" Evalista marah bahkan dia juga menunjuk-nunjuk Nayna dengan tatapan amarah.Lukas menatap Nayna dan langsung memutar bola matanya malas."Kenapa aku harus mem
Brak!Nayna membuka pintu rumahnya dengan sangat kasar, Saka dan Lukas yang sejak tadi berada di ruang tamu terkejut melihat sikap Nayna yang pulang bekerja langsung marah-marah.Lukas paham kalau sepertinya ada sedikit masalah pada Nayna, maka dari itu Lukas meminta Saka untuk tetap bersama dengannya karena takutnya Nayna sedang tidak mau di ganggu."Om Lukas, punya pacar?" Saka bertanya karena penasaran, anak sekecil itu sudah tau pacaran pasti Saka mendengar dari berita atau dari orang dewasa.Lukas menggelengkan kepalanya, pertanyaan Saka sangat tidak penting bagi Lukas, karena Lukas tidak pernah pacaran. Alasannya karena memang tak ada wanita yang mau pada Lukas. Terkadang Lukas juga menutup diri untuk tidak terjebak dalam kondisi pacaran."Om tidak pacaran, kenapa kamu bertanya begitu?" tanya Lukas."Kenapa tidak pacaran sama Mamah saja?" tanya Saka yang semakin membuat Lukas terdiam karena semakin diladeni anak kecil ini akan semakin banyak pertanyaan."Saka, aku akan antarkan