Share

LAURA HILANG?

last update Last Updated: 2023-07-06 21:52:35

Sambil bicara demikian, Kenriki melepaskan pegangan tangan Laura dari tubuhnya yang ingin memapahnya agar ia bisa berbaring di tempat tidur saja.

Dorongan yang dilakukan oleh Kenriki begitu kuat sampai membuat tubuh Laura tersungkur. Celakanya, saat tersungkur kemeja yang dipakai Laura tersingkap hingga memperlihatkan bagian perut Laura yang langsung membuat Kenriki semakin berang.

Pria itu berusaha untuk berdiri dengan benar karena memang sempat tertidur saat masih mengerjakan pekerjaannya.

Ia tidak berniat untuk membantu Laura berdiri, meskipun sang istri tersungkur seperti itu akibat dorongan keras darinya.

"Baru saja beberapa saat yang lalu kamu berjanji untuk menjaga sikap, kau lagi- lagi melanggarnya! Kau memang tidak bisa dipercaya!"

Tidak bisa dipercaya!

Tidak bisa dipercaya!

Tidak bisa dipercaya!

Kalimat di ujung yang dikatakan Kenriki berulang-ulang di benak Laura. Rasanya membuat hati gadis itu sesak karena Laura paling tidak bisa dikatakan demikian lantaran selama ini ia berusaha untuk menjaga sikap agar ia tidak menjadi seseorang yang tidak amanah.

Ayah dan ibunya selalu menerapkan nasihat, bahwa manusia itu harus bisa memegang kata-kata. Karena jika itu bisa dilakukan, maka kepercayaan yang sulit didapatkan akan mudah diperoleh.

Tetapi, baru beberapa hari dengan Kenriki, ia sudah beberapa kali dicap sebagai gadis yang tidak bisa memegang kata-kata.

Ingin menyerah, tapi semua sudah terjadi, ia sudah bersedia menikah dengan pria itu, dan tidak mungkin juga ia menggantikan uang dua milyar milik Kenriki jika ia tidak mengalah saja.

Perlahan, Laura bangkit, dan ia menahan sang suami dengan panggilannya ketika Kenriki berbalik dan ingin meninggalkan dirinya begitu saja dalam kemarahannya.

"Aku enggak bermaksud menyentuh kamu, Ken! Aku cuma mau memindahkan kamu ke atas tempat tidur, enggak ada maksud lain, kalau kamu tidur dengan posisi duduk seperti itu, kamu akan mengalami keram leher, itu enggak baik untuk kesehatan kamu!"

"Kamu tidak membaca peraturan yang aku buat? Jika di kamar ini, dalam keadaan apapun, kamu tidak boleh menyentuhku! Apapun, Laura, kau bisa membedakan kalimat itu, kan? Lagipula, aku sudah sering tertidur seperti tadi, nanti juga akan bangun sendiri, tidak perlu bantuanmu!"

Setelah bicara demikian, Kenriki keluar dari kamar tersebut. Ia benar-benar tidak bisa satu kamar dengan seseorang yang sudah membuatnya marah.

Laura menghela napas panjang. Lelah sekali rasanya ia sekarang. Apapun penjelasannya tidak akan membuat posisinya berubah menjadi seseorang yang benar.

Yang tidak punya uang selalu kalah, itulah faktanya.

"Sabar, Laura, ini hanya sementara. Pernikahan ini hanya sementara, setelah semua dianggap lunas kamu akan bebas, minimal bertahan selama pengobatan Kak Lyoudra, tidak selamanya...."

Laura mencoba menghibur diri, berusaha untuk melapangkan hatinya yang sesak karena selalu dianggap salah oleh Kenriki.

Sementara itu, Kenriki yang sudah keluar dari kamar membiarkan dirinya di dalam gelap.

Ia berdiri di tepi kolam yang ada di lantai bawah rumah orang tuanya. Kacau sekali pikirannya sekarang. Apakah keputusannya menikah dengan Laura itu sebuah keputusan yang salah?

Faktanya, ia justru semakin merasa terganggu jika berdekatan perempuan itu walaupun ia percaya sebenarnya Laura tidak bermaksud untuk menyentuhnya.

Sebuah pesan masuk ke ponselnya dan Kenriki segera memeriksanya.

Dari Sakti sahabatnya.

[Udah kagak perjaka lagi nih? Udah ronde ke berapa? Minimal kalo reuni sama yang lain, lu kagak lagi dikatai banci atau penyuka sesama, udah punya bini sekarang]

Pesan dari Sakti membuat Kenriki jadi sebal kembali. Bayangan apa yang dilakukan Laura lagi-lagi berkelebat di benaknya, lalu perut wanita itu yang tersingkap karena ia dengan sadisnya mendorong dengan keras.

Ronde apaan? Andai saja Sakti sekarang ada di dekatnya, ia pasti akan mencekik sahabatnya itu karena membahas sesuatu yang makin membuat otaknya penuh.

Hanya karena ia masih perjaka, teman-temannya menganggap ia tidak normal, ditambah lagi ia tidak pernah berhubungan dengan wanita, semakin meluas-lah gosip tentang dirinya yang tidak normal hingga membuat sang ayah getol mendesak dirinya untuk cepat menikah.

Demi perusahaan, Kenriki harus bisa menepis isu tidak sedap itu sampai akhirnya ia memilih Laura untuk menikah dengannya dalam satu perjanjian.

Daripada ia menikah dengan perempuan anak teman bisnis ayahnya? Kenriki lebih percaya dengan pilihannya sendiri, akan tetapi ternyata semua justru membuat ia tidak senang.

Laura terlalu polos sampai ia merasa mau gila menghadapi istrinya tersebut.

Kenriki memilih tidak membalas pesan dari Sakti. Ia tidak mau membuat pikirannya yang sudah penuh menjadi semakin penuh.

"Lho, kenapa kamu ada di sini? Tidak di kamar? Mana istrimu?"

Sebuah suara mengejutkan Kenriki, dan ia spontan membalikkan tubuhnya. Wajahnya berubah ketika ternyata ibunya sudah berada di belakangnya sambil menyalakan lampu hingga tempat itu jadi terang benderang.

"Ah, Laura sedang gugup, aku cuma memberinya kesempatan untuk sedikit rileks, jadi di sini dulu nanti masuk setelah ia sudah tenang."

Kenriki menjelaskan, berusaha untuk mencari alasan yang tepat agar sang ibu tidak curiga ia keluar kamar karena sedang marah dengan sang istri.

Sang ibu tersenyum penuh arti.

"Gugup ya? Berarti kalian sudah melakukan pemanasan? Ya, tadi Mami juga menengok dia sebentar, memang terlihat gugup, tapi itu wajar, berarti istrimu itu wanita baik-baik. Ken, kamu laki-laki, kalau istri sedang gugup jangan ditinggalkan, hibur dia, ayolah kembali ke kamar."

Sambil bicara demikian, satu tangan sang ibu meraih lengan sang anak dan mendorong anaknya agar kembali naik ke lantai atas untuk ke kamar.

Pemanasan apa? Otakku yang panas karena dia terlalu bodoh!

Ucapan itu dikatakan Kenriki di dalam hati, tapi untuk menyuarakannya, jelas ia tidak bisa, sang ibu sepertinya mengira ia dan Laura sudah melakukan apa yang harus dilakukan pasangan pengantin baru di malam pertama.

Itu sebabnya, perempuan itu memaksa Kenriki untuk kembali ke kamar.

Karena tidak mau ibunya curiga, Kenriki menurut. Ia akhirnya melangkah menapaki anak tangga untuk kembali ke kamar, namun, suara ibunya membuat ia menghentikan langkah, Kenriki berpaling dan menatap sang ibu yang berdiri di ujung anak tangga pertama.

"Berikan cucu buat Mami segera, ya, Mami sudah tidak sabar menimang cucu."

Ucapan sang ibu cukup membuat jantung Kenriki berhenti berdenyut. Cucu? Membayangkan saja Kenriki tidak sanggup.

Namun, karena sedang berakting, pria itu hanya mengiyakan saja permintaan sang ibu.

Membuat cucu tidak seperti membuat kue, kan? Perlu waktu yang panjang, Kenriki tidak perlu mencemaskan masalah itu, tinggal bicara belum diberi Tuhan saja kalau nanti sang ibu bertanya kenapa Laura tidak kunjung hamil. Begitu rencana Kenriki.

Bagaimana bisa hamil? Kenriki sudah bertekad untuk tidak menyentuh istrinya itu sampai pada akhirnya pernikahan mereka mungkin usai karena Laura bosan dengan aturan yang ia buat. Yang penting mereka sudah saling menguntungkan, begitu pikir Kenriki.

Ia meraih handle pintu, memutarnya dan mendorong. Kenriki masih melihat sekilas ibunya tetap berdiri di bawah untuk memastikan ia masuk kamar.

Segera Kenriki menutup pintu. Tegang sekali jika sudah berada di luar kamar, keluhnya.

Namun, kamar itu kosong. Tidak ada sosok Laura di manapun ia mengedarkan pandangannya. Hati Kenriki jadi was-was. Ke mana sang istri?

"Laura, di mana kau?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMI TAK TERSENTUH   SUAMI TAK TERSENTUH

    "Iya, kamu benar, aku juga berharap seperti itu, lagipula apa yang bisa kita takutkan? Anak ini anak kita, dites berapa kali juga tetap saja anak kita."Kenriki menarik napas lega mendengar ucapan sang istri, artinya istrinya tidak lagi merasa tertekan karena situasi yang baru saja mereka alami. Genggaman tangannya di telapak tangan istrinya semakin erat seolah menegaskan, ia tidak akan meninggalkan istrinya apapun keadaannya nanti di masa depan. "Aku tadi sedikit terkejut mendengar kata-kata kamu tadi pada Kak Lyoudra, seperti bukan kamu, tapi aku tahu kamu melakukan itu karena kamu ingin membuat kakakmu sadar sudah terlalu berlebihan pada kita."Kenriki bicara, dan Laura tersenyum tipis mendengarnya."Kamu juga, enggak seperti biasanya, merespon perkataan dia yang tadi, aku cuma mengimbangi, karena kurasa kamu sedang merencanakan sesuatu jadi aku hanya ikut saja meskipun aku tidak tahu apa yang sebenarnya kamu rencanakan.""Istri cerdas. Terima kasih, dan semoga saja itu membuat K

  • SUAMI TAK TERSENTUH   TANTANGAN DARI KENRIKI!

    Telapak tangan Laura mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak, jika tadi ia berniat untuk diam saja tanpa ingin ikut campur apa yang mungkin menjadi rencana Kenriki, sekarang, Laura sudah hilang kesabaran. Mungkin Kenriki yang merespon cemoohan kakaknya itu benar kakaknya memang harus sekali-kali dijawab dengan sombong agar perempuan itu juga bisa menghargai ia dan suaminya mulai sekarang."Untuk Kenriki, aku memang menanggalkan semua perasaan malu atau pasifku selama ini, Kak! Kalau aku tidak berinisiatif untuk menyentuhnya, dengan berbagai cara, aku tidak akan membuat dia bisa disentuh, mungkin selamanya dia tetap menjadi suami tak tersentuh, jadi untuk sebuah hal yang mendesak, aku memang tidak seperti Laura yang biasanya, tapi bukankah itu baik? Aku agresif pada suamiku sendiri!"Kenriki dan juga Lyoudra dibuat kaget ketika tiba-tiba saja, Laura bicara seperti itu pada Lyoudra. Apalagi Lyoudra, ia terlihat tidak hanya kaget, tapi juga merasa marah karena wajahnya jadi

  • SUAMI TAK TERSENTUH   MELADENI LYOUDRA!

    "Kamu serius?" tanya Kenriki saat usai mendengar harapan sang istri.Laura mengangguk, dan Kenriki tersenyum melihat anggukan kepala istrinya."Kau tidak malu kalau ada yang bilang aku aneh karena aku yang seperti itu?" Kembali Kenriki melontarkan pertanyaan, dan Laura memeluk tubuh Kenriki yang masih polos seolah meyakinkan apa yang ia putuskan benar -benar sebuah harapan yang ia inginkan."Tapi, kalau aku ingin kamu seperti itu, aku pasti akan membuat kamu tersiksa, jadi semua aku kembalikan sama kamu, di luar dari pada itu tentu saja kamu yang sehat adalah sebuah harapan untukku, keinginan aku itu hanya sebuah keinginan bahwa aku tidak rela ada perempuan lain yang merebut kamu dariku."Laura bicara sambil memeluk suaminya, dan Kenriki balas memeluk sang istri sambil sesekali mengecup kening istrinya seolah menegaskan bahwa ia senang dengan apa yang diucapkan oleh Laura padanya."Sebenarnya, apa yang kamu harapkan itu pernah aku pikirkan sebelumnya....""Benarkah? Kau juga berharap

  • SUAMI TAK TERSENTUH   TIDAK INGIN KAMU SEMBUH....

    Kenriki gugup, hingga hal itu membuat dirinya langsung menangkap tangan istrinya lalu ia membalikkan tubuhnya ke arah sang istri. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya seperti orang bodoh dengan jantung yang berdebar kencang. Padahal, mereka sudah sering melakukan hal yang sangat intim namun tetap saja Kenriki seperti baru berdekatan dengan sang istri dengan perasaan dan hati yang tidak tenang, disertai debaran jantung yang juga tidak bisa membuat dirinya rileks."Melakukan tugas yang harus aku lakukan...."Laura menjawab dengan wajah yang merona, dan Kenriki geleng-geleng kepala mendengar hal itu. "Tidak perlu memaksakan diri, kamu tertekan dengan situasi sekarang yang tidak memungkinkan kita untuk -""Riki! Laura! Kalian di dalam?"Tiba-tiba saja, suara Tante Keisya terdengar, memotong ucapan Kenriki yang tadi sudah separuh kalimat. "Ya! Ada apa, Mi!" sahut Kenriki dengan suara sedikit terbata lantaran terkejut ibunya tiba-tiba berteriak. "Mami mau nyusul Papi dulu, ada yang harus k

  • SUAMI TAK TERSENTUH   DITANTANG KENRIKI!

    "Soal apa itu?" tanya Kenriki dengan wajah yang terlihat tegang. Tidak ingin melihat istrinya khawatir seperti itu.Mendengar pertanyaan Kenriki, Laura bukannya langsung menjawab, perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah lain menghindari tatapan mata suaminya yang sedang menatapnya dengan sorot mata yang tajam karena khawatir dengan apa yang diucapkannya tadi."Sayang, kenapa tidak bicara? Kamu khawatir soal apa? Apakah karena obat itu, Erna menekan kamu?" tanya Kenriki lagi dan pertanyaan keduanya kini membuat Laura menatapnya sesaat dengan wajah yang terlihat sedikit salah tingkah. Membuat Kenriki semakin penasaran."Wajahmu merah, apakah yang kau khawatirkan itu bukan hal yang berbahaya tapi.....""Ah! Tidak! Aduh, gimana ya, ngomongnya, aku enggak tahu, apakah aku harus percaya atau tidak, tapi mungkin untuk masalah ini, kita bisa konsultasikan pada Dokter Linda kalau kita sudah punya uang.""Sampai harus konsultasi? Memangnya ada apa? Apa yang dikatakan Erna padamu?" Kenr

  • SUAMI TAK TERSENTUH   MASIH KHAWATIR....

    "Ya.""Kamu serius?""Serius, tapi, bukannya kamu sekarang enggak suka lagi sama aku? Percuma aja, kan? Lupakan aja.""Aku selalu suka sama kamu, Erna, meskipun kamu tidak menyukaiku karena di hatimu hanya ada Riki, tapi buat aku kamu tetap seseorang yang aku sukai.""Kenapa? Aku sudah banyak membuat kesalahan, aku bikin hidup Kenriki rusak, aku juga membuat perusahaan orang tuanya bangkrut, aku, ah! Kamu akan malu kalau kamu bersama dengan aku.""Asalkan kamu berubah, aku tidak akan malu, kamu sudah menyerahkan obat penawar itu pada Riki, artinya, kamu sudah berubah dan sadar kesalahan, sekarang, tiba waktunya kamu belajar melupakan dia, karena masih ada seseorang yang tulus untuk kamu."Erna bungkam. Perasaan dan hatinya bergejolak, rasanya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, sampai akhirnya...."Kalau begitu, apakah sekarang kita jadian?" tanya Erna sambil berpaling dan menatap wajah Sakti dengan sorot mata penuh arti."Asalkan kamu berjanji untuk merelakan Riki dengan Laura.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status