Share

SUAMI YANG DIREBUT SAHABATKU
SUAMI YANG DIREBUT SAHABATKU
Penulis: Nabila Khansa

BAB 1 : KETAHUAN

"Selamat! Bu Naina sebentar lagi akan menjadi seorang ibu!" ucap Dokter, sembari tersenyum lebar ke arahnya.

Mendengar pernyataan tersebut, Naina menjadi terkesiap karena masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengarkan, dan sekarang hanya bisa terdiam untuk mencerna semua yang Dokter katakan.

Dokter tidak heran dengan reaksi pasiennya tersebut, menganggap hal yang wajar karena mungkin saking terkejutnya setelah mendengar berita bahagia tersebut.

"A-apa, Dok? Bisa diulangi lagi? Saya tidak salah dengar 'kan tadi?"

"Anda tidak salah dengar, Ibu sekarang memang sedang hamil! Selamat ya!" Dengan sabar, Dokter mengulanginya lagi dengan wajah yang sumringah.

"Saya beneran hamil Dok?" Naina bertanya untuk memastikannya lagi.

Dokter pun mengangguk pelan sambil terus tersenyum, ikut bahagia atas kehamilan pasiennya.

Setelah lima tahun menjalani mahligai rumah tangga bersama Aditya, akhirnya Naina hamil juga, membuatnya bisa membuktikan kepada semua orang di luar sana bahwa ia juga wanita normal dan bukan wanita tidak berguna seperti yang selama ini mereka duga.

Karena saking bahagianya, Naina sampai menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangan, tanpa sadar air matanya pun ikut mengalir, tangisan terharu bercampur bahagia jadi satu dan pecah saat itu juga.

"Jadi ini alasannya kenapa saya begitu mual tadi? Berarti saya tidak sedang sakit berat ya Dok?!" tanya Naina dengan begitu lugunya.

Dokter menggelengkan kepalanya pelan sembari menahan tawa, tidak habis pikir dengan pasiennya padahal itu salah satu gejala kehamilannya justru dianggap sebagai pertanda sedang mengidap penyakit yang berat.

"Bukan penyakit berat kok Bu! Pada awal kehamilan, memang gejala mual dan muntah wajar terjadi, sehingga mulai sekarang jangan khawatir apalagi sampai ketakutan seperti ini lagi ya!"

Naina sangat senang mendengarnya, tidak menyangka akhirnya dia bisa merasakan gejala hamil, seperti yang pernah dirasakan wanita normal pada umumnya.

"Karena usia kandungan Ibu baru tiga minggu, masih sangat lemah, saya sarankan untuk tidak terlalu lelah, hindari pekerjaan yang terlalu berat dan tidak boleh sampai stress juga, karena nanti bisa berpengaruh pada kehamilan Ibu saat ini," tutur Dokter dengan lembut.

Setelah mencerna semuanya, Naina mengangguk dengan cepat.

"Tentu saja, saya pasti akan menjaga kehamilan ini dengan baik, kalau begitu saya permisi dulu dan terima kasih banyak atas semua informasinya!"

Setelah berpamitan dengan Dokter, Naina bergegas meninggalkan rumah sakit, hendak menemui suaminya untuk memberikan kabar bahagia yang tidak terduga.

Naina awalnya hendak pulang, beristirahat di rumah setelah mendengar penjelasan Dokter tadi bahwa ia harus banyak istirahat, sehingga berencana untuk memberitahukan saat Aditya pulang kerja saja, namun segera ia urungkan karena sudah tidak sabar untuk mengungkapkan berita bahagia yang selama ini sudah mereka tunggu.

"Mas Adit pasti senang! Karena aku datang dengan membawakan kabar yang selama ini begitu kita impikan! Lagian aku juga sudah lama tidak pergi ke kantor, rasanya rindu sekali untuk bertegur sapa dengan para karyawan!" gumamnya sembari mengelus perutnya yang masih rata.

Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit, akhirnya Naina sampai juga di PT. Wijaya group.

Naina terus mengelus perutnya, melangkahkan kakinya pelan dengan tetap mengembangkan senyuman.

Tampak para karyawan sangat terkejut tatkala melihat kedatangan Naina ke kantor, disebabkan sebagian dari mereka memang sudah tahu apa yang atasannya lakukan di belakang istrinya selama ini, namun tidak berani mengungkapkan secara langsung kepada Naina karena takut dipecat oleh Aditya.

"Selamat pagi! Apa kabar semuanya?!"

"Kok terlihat bengong begitu melihat kedatangan saya?" sapa Naina dengan ramah.

Wajah para karyawan tidak luput dari perhatiannya, bagaimana tidak, sikap mereka tidak biasanya dan cukup membuat Naina bertanya-tanya, namun pada akhirnya bisa ia duga kalau para karyawannya tersebut pastilah terkejut dengan kedatangannya yang cukup tiba-tiba itu tanpa pemberitahuan sebelumnya.

"Selamat pagi juga Bu, kami bengong karena terpesona melihat kecantikan Ibu yang semakin bertambah juga bersinar, senang sekali bisa melihat Ibu datang ke sini!" timpal salah satu karyawan.

"Ah, kamu bisa saja, semangat kerja ya semuanya! Saya ke ruangan Pak Aditya dulu ya!"

Setelah menyapa semua karyawan, Naina kembali melanjutkan langkahnya, tapi saat tiba di area karyawan, Naina menatap heran karena ternyata tidak mendapati Lisa berada di sana.

"Lisa kok tidak ada? Padahal selain ingin menemui Mas Adit, alasanku datang ke sini ingin menemuinya dan bercerita banyak dengannya! Sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama!"

"Tapi kemana dia? Apa mungkin di toilet? Kalau begitu aku ke ruangan Mas Adit dulu," gerutunya.

Ketika sampai di depan pintu ruangan CEO, Naina langsung memegang gagang pintu hendak membukanya saat itu juga, tapi justru mendengar sesuatu yang membuat ia tidak jadi melanjutkan aksinya.

"Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi aku akan menceraikannya, dan lanjut menikahi kamu sayang, wanita tercantikku!" ucap Aditya yang begitu jelas terdengar di telinganya.

"Aku pegang janjimu!" balas seorang wanita yang dikenali olehnya sebagai suara Lisa.

Deg!

Naina pun menjadi terhentak, ada rasa sakit seperti ditusuk ribuan belati, tubuhnya bergetar dengan hebat, keringat dingin langsung bercucuran, berusaha untuk tidak percaya, namun semua itu nyata, karena ia begitu mengenal suara mereka.

"Apa yang baru saja aku dengarkan? Lisa bukannya berada di di toilet, tapi ternyata dia sedang berada di ruangan suamiku?" tanyanya pada dirinya sendiri dalam hati.

Karena begitu penasaran, akhirnya Naina memutuskan untuk masuk saja tanpa mengetuk terlebih dahulu untuk bisa masuk ke dalam ruangan tersebut, tangannya kembali menggerakkan gagang pintu, dengan cepat ia mulai mendorong pintu tersebut hingga terbuka dengan lebar, terbentur tembok, hingga menimbulkan suara di sana.

Naina langsung terperanjat tatkala melihat pemandangan yang menjijikkan sedang tersaji tepat di hadapannya saat ini, suami dan sahabatnya sedang bermesraan di dalam ruangan yang seharusnya dipakai untuk bekerja, bahkan kancing kemeja suaminya itu terlihat terbuka sebagian dan Lisa berada di atas pangkuannya.

Melihat kehadiran Naina yang begitu tiba-tiba juga tidak terduga, tentu saja membuat Aditya dan Lisa tidak kalah terkejutnya dan langsung terburu-buru untuk menghentikan apa yang sedang mereka lakukan.

Aditya berlari untuk menutup pintu ruangannya kembali, tidak mau aibnya ini menjadi tontonan para karyawan yang mungkin penasaran, meskipun sebagian sudah mengetahuinya.

"Nai?!" kata Aditya, dengan masih sangat terkejut melihat istrinya sudah berada di hadapannya itu.

Naina tidak kunjung menjawab, sedang menatap marah pada mereka berdua, sambil mengarahkan pandangan penuh tanya pada wanita yang sudah dianggapnya sebagai saudara sendiri.

"Tak pernah kusangka, ternyata kamu selama ini berusaha untuk merebut Mas Adit dariku, Lisa!!" bentak Naina dengan suara yang hampir tercekat.

Tak hanya itu tangannya juga mengepal erat, karena saking marahnya ototnya menjadi terlihat hingga kuku-kukunya menancap pada daging telapak tangannya.

Air matanya tumpah tanpa diminta, sakit, hancur, kecewa, semua perasaan ia rasakan semuanya.

"Kamu benar-benar keterlaluan Lisa, begitu teganya menusukku dari belakang! Bersikap seperti sahabat, tapi justru kau adalah pengkhianat!"

Wajah Naina terus memerah karena marah, diikuti tangisan sangat kecewa atas perbuatan dua orang yang begitu ia percayai melebihi siapapun.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
saudara kandung aja udah mau menikung apalagi cuman sahabat.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status