Share

BAB 2 : PELAKOR DALAM SELIMUT

Lisa tentu saja sangat ketakutan melihat amarah sahabatnya, namun ia hanya bisa menunduk dan menangis dalam diam. Tahu betul kalau memang bersalah, namun tak menampik kalau dirinya juga takut kehilangan sahabat satu-satunya tapi di samping itu tak mau lepas dari Aditya.

Melihat Lisa tidak memberikan respon apapun, pandangan Naina beralih kepada Aditya.

"Kamu sungguh tega ya Mas! Berselingkuh seperti ini di belakangku! Bahkan terlalu tega karena sudah berselingkuh dengan sahabatku sendiri! Sungguh aku sakit hati melihat kenyataan pahit ini!" sarkas Naina sembari menarik dengan kuat kerah kemeja suaminya yang masih dalam keadaan setengah terbuka.

Aditya pasrah dan mengalah pada Naina, baginya percuma membela diri sekarang sudah tidak bisa mengelak lagi, bagaimanapun juga Naina sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri bukti nyata perselingkuhannya bersama Lisa.

Karena Aditya yang tidak mau mengakuinya kini arah pandangan kembali tertuju kepada sahabatnya, sahabat karib bahkan sudah dianggapnya seperti saudara sendiri ternyata bisa tega menusuknya dari belakang dengan menjadi pelakor dalam selimut tanpa disadari telah merebut Aditya darinya.

"Lisa! Padahal aku selama ini sudah begitu baik kepadamu, tapi ternyata ini balasannya? Aku yang menyuruhmu untuk bekerja di sini, tapi ternyata kau justru menggoda suamiku hingga ia menjadi tergila-gila padamu! Sudah lupa kalau dulu kita selalu berkata bahwa persahabatan kita begitu berharga?"

Mendengar pertanyaan Naina, Lisa hanya bisa terus menundukkan kepala, menghindari tatapan Naina secara langsung, yang terlihat terlalu tajam dan menyeramkan.

Naina menggelengkan kepalanya pelan, masih tidak percaya jika Lisa bisa berbuat seperti ini padanya.

"Sahabat, masih pantaskah aku memanggilmu sahabat setelah semua yang terjadi? Mana ada sahabat yang tega merebut suami sahabatnya sendiri, dasar wanita tidak tahu terima kasih!" umpat Naina yang mulai meninggikan suaranya, merasakan pedih di relung hatinya.

"Apa salahku Mas, hingga dengan teganya kamu melakukan ini semua kepadaku? Ketulusan cinta yang selama ini aku berikan, kenapa harus kamu balas dengan pengkhianatan yang begitu menyakitkan?" tanya Naina dengan lirih dengan terus merasakan perih di hati.

"Maafkan aku, semua ini aku lakukan atas dasar rasa cinta! Kenyataanya aku memang sangat mencintai Lisa! Dia sangat menarik justru kau yang sudah tidak menarik di pandanganku sekarang!" ungkap Aditya, tidak memikirkan perasaan istrinya sedikitpun saat mengatakan semua itu.

Tubuh Naina seketika merosot, begitu lemasnya hingga sekarang ia terduduk lemas di lantai, menangis tanpa suara sambil terus memukul-mukul dadanya berusaha untuk menghilangkan rasa sesak yang semakin menghimpit relung hatinya, tapi kenyataannya sesak tersebut sangat sulit dihilangkan.

Air matanya juga semakin mengalir deras tak terbendung, hatinya begitu sakit dan hancur, serasa dunianya sudah runtuh, harapannya untuk hidup bahagia bersama suami dan calon anaknya telah lenyap tak tersisa setelah melihat kelakuan mereka.

Istri mana yang tidak sakit hati saat mengetahui bahwa suaminya telah mengkhianati cintanya dengan begitu mudahnya seperti ini.

Terlebih berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, membuat sakit hatinya bertambah berkali lipat lebih dalam lagi.

"Aku berencana untuk hidup bersama selamanya dengan Lisa! Aku sangat mencintainya, Nai! Jadi mustahil sekali kalau meninggalkannya! Aku bolehkan menikahinya untuk menjadikannya istri kedua?"

Jantung Naina dalam sekejap berhenti berdetak, sangat tidak menyangka kata-kata tersebut bisa keluar dari mulut pria yang telah mengucapkan ikrar di depan Papanya lima tahu silam, sangat sulit untuk dipercaya, namun inilah kenyataan yang harus ia terima.

"Tenang saja, aku berubah pikiran! Tidak akan menceraikanmu tapi izinkan aku untuk berpoligami!"

Naina seperti dihantam batu besar dengan begitu kerasnya, tatkala dihadapkan dengan kenyataan yang terlalu pahit, karena ternyata selama ini suaminya sangat mencintai sahabatnya sendiri.

padahal sedari awal mereka menjalin hubungan, Naina pernah bilang tidak akan mau dimadu, tapi sekarang justru Aditya secara terang-terangan menanyakan hal itu.

"Kalau kamu mencintai Lisa, apa itu artinya kamu sudah tidak lagi mencintaiku, Mas? Karena yang aku tahu hati manusia hanya satu dan cukup untuk satu nama saja yang berdiam di dalamnya, sekarang katakan siapa yang kau cinta?! Apakah benar hanya Lisa seorang?"

Tanpa diduga, Aditya mengangguk dengan mantapnya.

"Iya, aku sangat mencintai Lisa, aku sudah tidak mencintaimu! Maafkan aku tapi pada kenyataannya Tuhan yang telah memberikan perasaan ini!"

Naina mencengkeram erat ujung bajunya dengan erat, tak tahu lagi harus bersikap seperti apa sekarang. Dalam hati ia bertanya pada dirinya sendiri, siapa yang patut disalahkan atas perselingkuhan ini? Dia yang kurang menarik atau Lisa yang terlalu menggoda.

"Kalau hanya mencintai Lisa, buat apalagi aku bertahan denganmu?! Sedari dulu aku sudah bilang tidak akan mau berbagi suami, apalagi dengan sahabatku sendiri! Bagiku suami bukanlah makanan yang harus dibagi dengan wanita lain. Bagaimana kamu bisa bertanya seperti itu, Mas, setelah bertahun-tahun kita bersama?!" pekik Naina.

"Itulah kenyataannya, aku susah tidak punya perasaan kepadamu! Dan sekarang mungkin memang waktunya untuk aku mengatakan ini semua! Aku sangat mencintai Lisa, dan itu adalah fakta berasal kejujuran yang ada dalam hatiku saat ini!" timpal Aditya dengan begitu jelasnya, tidak peduli dengan reaksi istrinya nanti seperti apa.

Karena sudah tidak tahan lagi, Naina langsung bangkit dan berdiri tepat di hadapan Lisa.

Tanpa berpikir panjang karena sudah terpantik kemarahan, ia melayangkan cengkraman tepat di leher sahabatnya itu tanpa ampun dengan kedua tangannya, dalam batinnya akan terasa puas jika mendengar jeritan rasa sakit yang Lisa rasakan.

"Dasar wanita penggoda! Perusak rumah tangga sahabatnya sendiri! Baru terkuak, ternyata begini kelakuanmu saat di belakangku! Berpura-pura mendukungku tapi kenyataannya perusak rumah tanggaku!!"

Melihat sang istri yang sangat marah dan seperti orang yang kesurupan, Aditya tak bisa melakukan apapun selain memandangi mereka berdua karena masih dalam keadaan sangat terkejut.

Lisa terus menjerit-jerit kesakitan, sedangkan Naina terlihat tersenyum sembari menitihkan air matanya, ada perasan tidak tega bercampur rasa puas karena sudah menyakiti wanita penggoda suaminya itu.

Naina sendiri juga tidak paham dengan apa yang sedang dirasakannya sekarang, padahal dulu kebahagiaan dan juga keselamatan Lisa menjadi prioritasnya, namun kini justru sebaliknya, ia ingin wanita itu menjadi sangat menderita seumur hidupnya karena sudah merebut kebahagiaan terbesarnya.

"Adit, tolong aku!"

Dalam kesakitannya, Lisa masih bisa meminta pertolongan dari Aditya di saat Naina berada tepat di hadapannya.

"Naina tolong lepaskan aku! Kenapa kamu tega?!" rintih Lisa dengan nafas yang mulai tersengal-sengal.

"Bukannya meminta maaf justru kau bertanya kenapa aku tega?! Aku menjadi tega karena akibat dari ulahmu sendiri! Aku juga sangat menyesal mengenal sosok wanita ular sepertimu!" teriak Naina begitu kerasnya menggema ke seluruh ruangan.

Karena takut karyawannya mendengar teriakan nyaring Naina, juga tak mau terjadi sesuatu pada Lisa, wanita yang dicinta, membuat Aditya berusaha untuk melerai pertengkaran mereka, namun sayangnya ia terlalu keras mendorong Naina hingga ke samping sampai perut istrinya itu terbentur sudut meja kerjanya dengan keras, seketika perut Naina terasa begitu sakit tak tertahankan.

Tidak peduli dengan istrinya yang kesakitan, Aditya justru menghampiri Lisa.

"Kamu tidak apa-apa "kan sayang?"

Aditya terlalu kejam karena justru sibuk memperhatikan selingkuhannya tanpa memperdulikan Naina yang saat ini sedang dalam keadaan sangat kesakitan yang sedang dalam keadaan mengandung darah dagingnya.

Lisa tidak menjawab pertanyaan dari Aditya, karena masih memegangi lehernya yang memerah, berusaha untuk mengatur pernafasannya yang dalam sekejap tadi telah tersendat.

"Mas Adit, kenapa kamu berubah?!" Naima terus menitihkan bulir-bulir bening air matanya dengan hanya bisa menatap suami kejamnya itu dengan nanar.

Karena tidak kuat lagi menahan sakit yang sangat, pada akhirnya Naina terduduk lemas.

Kedua bola mata Aditya membulat dengan sempurna tatkala mendapati darah segar yang mengalir deras dari sela kaki istrinya itu.

"Gawat! Apa yang telah aku lakukan! Sungguh aku tak sengaja!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
muak baca cerita klu istri sah tolol,cengeng dan g punya harga diri. sampah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status